Prolog
Aku
adalah target penindasan di kelasku.
Kalau
harus kukatakan alasannya, akan ada terlalu banyak untuk dihitung. Aku bahkan
tak tahu harus mulai dari mana.
Alasan
: Wajahku jelek. Badanku gendut.
Bagaimana
bisa aku melakukan sesuatu mengenai wajahku? Apa yang bisa kulakuan mengenai
badanku?
Keluhanku
pun diabaikan.
Alasan
: Karena aku orang yang membosankan. Karena aku mempunyai gim percintaan.
Itu
hanyalah sekedar hobi pribadiku. Orang lain tak berhak mengatakan apapun mengenai
hobiku. Selain itu, selain gim percintaan aku lebih memilih gim pertarungan.
Keluhanku
pun ditolak.
Alasan
: Karena aku tak pandai belajar maupun berolahraga, karena aku seorang pemuram
kurang ajar yang tak bisa mendapatkan teman.
Itu
semua karena kalian lah aku sama sekali tak bisa mendapatkan teman. Aku
berusaha melakukan yang terbaik untuk belajar dan berolahraga. Memangnya apa
yang kalian tahu?
Keluhanku
pun diinjak-injak.
Teman-teman
sekelasku dan murid-murid seangkatanku semuanya merendahkanku seakan mereka
melihat setumpukan sampah, memperlakukanku layaknya sampah dan mencaci makiku.
Aku
akan dipukuli layaknya sandbag dan
dipaksa membersihkan kekacauan dengan kain usang setiap harinya.
Dan
sekarang—sekarang, aku digunakan sebagai umpan demon.
"Ah—"
Walau
berusaha mendorong tubuhku untuk melawan, aku dilemparkan ke bawah.
Di
bawahku ada berbagai macam monster yang sedang berkumpul.
Ada
yang berbentuk serigala.
Ada
yang berbentuk kalajengking.
Ada
yang berbentuk semut raksaksa.
Mereka
semua sedang menunggu untuk mengisi perut mereka dengan makanannya, yakni aku.
Aku
bahkan memukul lantai sebelum aku bisa berteriak. Tubuhku yang mati rasa pun tak
bisa bergerak.
Para
demon itu mendatangiku dari segala
arah.
Aku
merasakan jemariku yang digigit dan dikunyah.
Aku
mersakan kakiku yang dirobek sepotong demi sepotong.
Sakit,
sakit, sakit, sakit, sakit......!
"————"
Aku
berteriak tanpa bersuara.
Kenapa
mereka tak langsung memakan kepalaku saja? Setidaknya, aku akan langsung mati
saat itu juga.
Aku
ingin dibebaskan dari penderitaan ini sesecepat mungkin.
Perlahan,
penglihatanku mulai kabur. Apa aku kehabisan darah?
Kelihatannya
sarafku putus, rasa sakit yang menyakitkan sebelumnya pun telah sepenuhnya
hilang.
Yang
bisa kudengar hanyalah suara kunyahan.
Aku
tak bisa melihat teman sekelasku.
Hanya
gelap gulita.
Para
monster itu gusar walaupun mereka sedang memakanku, kurasa tangganya pun sudah
ditutup sehingga mereka takkan bisa mengikutinya.
Tidak,
mungkin saja mataku sudah tak berfungsi dengan baik lagi.
Mari
coba pikirkan hal lain sebelum aku mati.
Sesuatu
yang lebih bagus..... tidak, tak ada hal bagus apapun. Setiap harinya, tak ada
hal lain selain penghinaan demi penghinaan.
Itu
tak pernah berubah, ‘kan?
Rasa
sakit, luka, sekarat.
"Ah"
Akhirnya
kepalaku digigit.
Merasakan
perasaan itu, kesadaranku pun hilang.
The Forsaken Hero - Volume 01 - Prolog Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
4 komentar
wah boleh nih kayaknya :3 udah lama gak mampir kesini wkwkwk
ReplyHampir sama kayak Arifureta jadi tumbal.
ReplyAnjai merip arifureta....
ReplyTapi mantap lahhπππ
maaf min telat hehe ...baru baca dan kenal web ini semanagt min lanjutkan
Reply