Prolog – Penyihir Awal Mula
Di era yang sudah lama menghilang menjadi legenda
dan mitos.
Era di mana manusia masih belum membuat sistem
penulisan.
Konon di sebuah negara bernama Scarlet, ada seorang
ahli sihir.
Konon bahwa dia memberikan pengetahuan mengenai
bahasa dan penulisan, mengajarkan cara mengolah tanah, merawat hewan, dan
membawakan karunia—bukan, tapi sihir api.
Konon bahwa dia adalah seorang pemuda yang gigih,
seekor naga bersisik merah menyala, seseorang yang dipuja di mana-mana.
Konon bahwa orang ini merupakan Dewa Peradaban.
Namun anehnya, namanya nyaris dihapus dari catatan.
Makanya, ia hanya disebut sebagai—
—Penyihir Awal Mula.
Epiode Satu dari serial HHK’s Great People.
Episode ini membahas tokoh yang melegenda dengan
banyak rahasia : Penyihir Awal Mula.
"Kau
menontonnya lagi?"
Perhatianku terpusat pada televisi, aku mendengar
suara yang kukenal, suara yang mengejutkan dari belakangku.
"Aku
baru selesai beres-beres, jadi aku istirahat sebentar"
"Aku
tak bermaksud begitu..... tapi biarlah"
Aku tahu apa yang ingin ia katakan, tapi kujawab
seolah aku tak mengetahuinya.
Bahkan aku sedikit terkejut dengan diriku sendiri.
Aku mungkin sudah menonton rekaman ini setidaknya
sepuluh kali sekarang.
"Tiap
kali aku melihatmu duduk membungkuk di depan televisi seperti itu, kau terlihat
seperti seorang nenek-nenek tua saja"
"Yah,
kau memang benar kalau aku sudah tua"
Aku tak ingin seseorang seperti Nina, seorang gadis
yang lebih tua dariku baik dari segi fisik maupun mental mengatakannya padaku,
tapi tak peduli seberapa lama waktu berlalu, dia masih sama muda seperti
biasanya. Baik rambut pirang mengkilapnya atau kulit putihnya yang mulus, ia
hampir tak kelihatan seperti seorang remaja, apalagi orang dewasa. Bukan hanya
penampilannya, mentalitasnya pun sama. Dia sedang bermalas-malasan dengan
perutnya di atas sofa—menilai dari suara yang terdengar dari teleponnya—ia sedang
memainkan permainan.
"Serius,
Profesor Nina.... tolong bersihkan sendiri!"
Seorang gadis berambut hitam yang disanggul pun
muncul, mengembungkan pipinya.
Bicara soal pemuda, anak ini adalah Kanata. Usianya
sekitar dua puluhan, tapi pastinya yang termuda dalam hal kepribadian.
Menggumamkan keluhannya, dia membuat segel dan
beberapa kurcaci pun muncul. Mereka mengambil pakaian Nina yang begeletakan di
sekitar ruangan dan membawanya ke mesin cuci.
"Maaf,
ya. Lain kali akan kulakukan"
Ujar Nina, tapi bahkan tanpa menoleh untuk melihat,
aku bisa dengan mudah membayangkan kalau dia bahkan tak melepaskan pandangan
dari permainannya.
"Ada
keributan apa ini?"
Selesai dengan pembersihan piringnya, seorang gadis
mungil berambut merah pun muncul.
"Profesor
Yuuki! Tolong katakan sesuatu dong...... pada si elf malas pengurung ini!"
"Hmm.
Saat dulu dia tidak seperti ini.... ah, apa ini serial Great People? Aku mau
nonton juga!"
Saat Yuuki tersenyum dengan tampang kesusahan pada
wajahnya, ia melihat acara yang sedang kutonton. Dia datang dengan terbang
menggunakan alas duduk setelah menyadari acara itu, dan duduk tepat di
sampingku.
"Eeh....
tapi sejauh yang kuingat, Profesor Nina memang sudah seperti itu......."
Berkata begitu, Kanata juga duduk di sampingku.
"Aku
sudah menghabiskan sebagian hidupku untuk bekerja, jadi akan kuhabiskan
sebagiannya lagi sesuai dengan yang kuinginkan"
"Itu
semua terjadi sebelum kau lahir, Kanata. Dulunya dia seorang pekerja keras yang
hebat. Aku yakin dia bisa mengerjakan pekerjaan 10 atau 20 orang
sendirian"
Saat kulanjutkan apa yang Yuuki katakan, Nina
berguling jadi terlentang, terus-menerus mengetuk teleponnya.
"Nina,
Nina, coba cicipi ini dong, kumohoooooon?"
Lalu, Kruse pun muncul dan memasukkan sendok ke
mulut Nina.
Dia kelihatannya tak keberatan karena dia
mengunyahnya.
"Bagaimana
rasanya?"
"Mm.
Cukup pedas.... tapi dia suka pedas"
"Baiklah!"
"Eeek!
Profesor Kruse, tolong jangan mengejutkanku seperti itu!"
Berbalik menghadap Kruse setelah mendengar
tanggapannya yang bersemangat, Kanata pun berteriak kaget.
Apa yang dilihatnya setelah berbalik adalah kepala Kruse
dengan rambut pirang merah mudanya yang halus dan tangan kanannnya yang
melayang di udara.
"Maaf,
aku lagi sibuk sekarang, dan tak bisa melepaskan diri dari ini"
"Bukannya
kau cuma melakukan itu?!"
"Oh
ayolah, cepatlah terbiasa. Ini cuma lengan, kaki, kepala, dan isi perut"
Yah, bukannya aku tak setuju kalau organ-organ
terpisah dari tubuh sedikit berlebihan untuk seorang gadis.....
"Kalau
begitu, sana masak saja. Kana, maaf mengganggu "
"Kenapa
kau malah datang padaku—?!"
Kepala Kruse melayang ke Kanata, mendarat tepat pada
pangkuannya.
Kenapa begitu..... itu pasti karena reaksinya selalu
lucu.
"Kelihatannya
menyenangkan. Boleh Azel ikut juga?"
"Azel,
kerja bagus. Kau sudah selesai melipat cuciannya?"
"Sudah.
Kepala Azel juga bisa dilepas. Apa itu mengejutkanmu, Kanata?"
Diiringi dengan suara ‘pop’, Azel pun melepaskan
kepalanya sendiri.
"Hmm.
Azel, saat kau melakukannya, itu agak......"
"Naas"
"Profesor
Azel, kau sangatlah cantik hingga itu terlihat seperti hal yang sudah
sewajarnya saja"
Tepat seperti yang dikatakan Kanata. Walau cuma ada
kepalanya saja, tak terasa mengerikan. Mungkin karena dia sangat tak berekpresi
dan terlihat sangat baik. Rambutnya bagaikan karya seni batu kecubung.
"H-Hei,
aku juga di sini! Jadi aku juga manis, ‘kan?!"
Kruse juga cantik dengan rambut merah mudanya, tapi ekpresinya
terlalu berlebihan.
"Profesor
Kruse, tampangmu sedikit menjijikan"
Ujung-ujungnya, Azel dan Yuuki pun duduk dan
menonton televisi bersamaku.
"Oh
iya, apa Master lagi tidak ada?"
"Dia
lagi pergi belanja bersama Rin. Seharusnya sebentar lagi juga pulang"
"Ah,
kelihatannya dia baru pulang"
Saat Kruse menanggapi pertanyaan Azel, Yuuki bilang
begitu tanpa mengalihkan perhatiannya dari televisi.
"Aku
pulang—"
Seperti yang diperkirakan Yuuki, suara Rin bisa
terdengar dari pintu masuk.
"Hah,
Profesor Yuuki? Kau menggunakan apa, sihir tipe pendeteksi?"
"Tidak,
aku hanya mendengar langkah kakinya saja"
Yuuki menanggapi Kanata dengan linglung.
"Tidak,
tidak, tidak, kalaupun kau mendengar langkah kakinya saja, bukankah banyak
orang yang sedang berjalan di luar?"
"Begitulah
ras-nya, memang sedikit aneh"
Walaupun elf
mempunyai pendengaran yang luar biasa, mustahil bagi Nina untuk bisa membedakan
di antara sekian banyak orang. Dia berbicara dengan nada bosan.
Dan seperti yang bisa diduga, mana mungkin aku bisa
membedakannya pada jarak itu.
"Aku
lelah~"
Berkata begitu, Rin pun terjun ke sofa. Wanita
berambut biru yang hanya bisa digambarkan sebagai orang cantik elegan—segera
pindah dari tempat kosong untuknya ke Nina.
"Kau
berat! Masih ada tempat buatmu di sana!"
"Maaf,
ya. Karena aku mengambil seluruh sofa sendirian!"
Menatap sekilas ke kedua sisi, telingaku menangkap
suara langkah kaki orang lain yang datang dari pintu masuk.
Berbuath hal serupa yang dilakukan Yuuki tidaklah
mungkin bagiku, tapi aku takkan pernah keliru langkah kaki ini.
"Selamat
datang kembali"
"Aku
pulang"
Saat kubukakan pintu ruang tamu, sebuah senyuman
menerangi wajahnya.
"Oh,
semuanya ada di sini.... ah, kalian semua menontonnya lagi?"
Saat melihat ke arah televisi, dia mengucapkan hal
yang serupa seperti Nina.
Tapi bedanya dia mengucapkannya dengan tak terkejut,
dia mengatakannya dengan sedikit malu.
"Kakak,
mari nonton bersama kami. Meski sudah hampir selesai, sih"
Saat Yuuki mengambil tangannya dan membawanya ke
sekitar kami, Nina meletakkan teleponnya dan mengambil posisi di sampingku.
—Penyihir Awal Mula, orang misterius yang bisa
disebut juga sebagai Penjaga Umat Manusia bisa berada di antara kita bahkan
sekarang, mengawasi kita semua—
Dengan perkataan terakhir sang penyiar, acara
tersebut pun berakhir.
"—Begitu."
Ujar Nina dengan nada mengejek.
"Oh
Penjaga Umat Manusia, apa karunia hari ini?"
"....
Tiga daun bawang, masing-masingya 48 yen"
"Setidaknya
kau menjaga keuangan kita"
Tanggapnya, sebuah senyuman pun muncul pada wajahnya
saat dia tertawa sendiri.
"Hei,
hei! Aku baru nonton setengahnya, aku ingin menontonnya dari awal!"
"Ah,
aku juga! Aku juga akan membawa tubuhku ke sini "
"Tunggu
sebentar, aku mau menyimpan barang-barang ini ke kulas dulu!"
Yuuki mulai membuat kegaduhan dan Kruse pun bergabung
dengan meminta hal yang sama dengan diikuti oleh Rin yang berubah menjadi
seekor harimau besar dan berlari ke dapur bagaikan angin.
Saat semua orang berkumpul di ruang tamu, aku
memutar ulang acara ini dari awal.
"Master.
Seberapa benar informasi ini?"
"Hmm.....
setengahnya omong kosong, setengahnya lagi dijelaskan dengan aneh"
"Jadi
sebagian besarnya bohong?!"
Kanata bergabung ke dalam percakapan saat dia
menanggapi Azel.
Itu benar, ‘Penyihir Awal Mula’ yang dibicarakan di
televisi adalah orang yang sangat terhormat, orang yang takkan pernah salah
atau membuat kesalahan. Layaknya Dewa.
Kebenarannya sebenarnya bukan seperti itu...... aku
tahu betul.
Akan tetapi.
"Ya,
sebagian besarnya memang begitu"
Melihat kemiripan yang digambarkan dari ‘Penyihir
Awal Mula’ yang turun pada orang-orang yang tinggal di rumah batu, kata Nina.
Akan tetapi, aku juga tahu betul kesulitan yang ia
alami.
Karena ada sedikit kebenaran dalam cerita yang
dibahas pada acara televisi itulah yang membuatku sekarang bisa menutup mata
dan mengingat kejadian tersebut bagaikan baru saja terjadi kemarin.
—Konon bahwa negara Scarlet saat ini menjadi
Prefektur Anayama. Daerah cerita rakyat kaya yang diwariskan selama
bertahun-tahun—
Bersamaan dengan pemberitahuan itu, video sebuah
hutan yang di ambil dari atas pun mulai diputar.
Sembari mengeluh dalam hati, aku melihat ke
sampingku. Dia melakukan hal yang sama dan menatap wajahku.
Tanah awal mula, tanah perjanjian.
Hajimari no Mahoutsukai - Volume 01 - Prolog Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia