Chapter 11 – Dimulainya Pertarungan Kematian ⑤
Inilah
kali keduanya kumelihat kegelapan ini. Sebenarnya, aku tak merasa senang bisa
datang ke sini untuk kedua kalinya dalam sehari, apalagi kini kumerasa
terbiasa.
"Jadi, kau akan membunuhku
lagi?"
Kugerakkan
kepalaku untuk melihat ke arah wanita berambut panjang yang sudah membunuhku
sebelumnya.
Oh?
Aku
bisa menggerakkan kepalaku?
Kalau
begitu, mungkin tubuhku bisa..... tidak.
[Tidak]
Menanggapinya
dengan kurang baik, berbeda dengan sebelumnya, wanita itu tersenyum hingga aku
bisa dengan mudah melihat kesenangannya.
[Terima
kasih]
".... Hah?"
Aku
sama sekali tak mengharapkan rasa terima kasihnya, jadinya aku terdengar
sedikit bodoh.
[Terima
kasih, aku bersyukur]
"Tidak, tunggu! Perkataanmu itu cuma membuatku merasa
cemas!"
[Terima
kasih. Sungguh, terima kasih]
Kali
ini, dia menundukkan kepalanya.
......
Ada apa dengannya? Sungguh orang aneh.
......
Mungkin dia tak seburuk yang kukira?
Dia
berbuat sesuatu yang mungkin bisa membuatku trauma, tapi..... aku akan menjadi
orang yang lebih dewasa dan melupakannya!
[Terima
kasih]
"Tak apa, jangan terlalu
mengkhawatirkannya"
[Benarkah?]
"Ya"
[Kalau
begitu—matilah]
"Ya—hah?"
***
....
Cara yang paling buruk untuk bangun. Kurang ajar, kenapa aku harus bermimpi
soal diriku yang terbunuh setiap kalinya?
Aku
pasti akan membalasanya saat nanti kita bertemu.
Pasti.
"..... Daichi, kau sudah bangun?"
Mendengar
suara yang kukenal saat bangun, kumelihat duo serigala yang membahayakan.
.....
Besarnya. Panorama dari bawah sini begitu menakjubkan.
Tidak,
mereka cuma cantik, cantik..... tunggu, ini bukan waktunya untuk bilang begitu,
bodoh.
".... Hamakaze"
"Ya? Ada apa?"
".... kau memberikanku pangkuanmu
lagi untuk dijadikan bantal?"
Ada
kelembutan yang empuk pada bagian belakang kepalaku. Sensasi ini sudah pernah
kurasakan sebelumnya.
Paha
teman sekelasku, Hamakaze, sungguh berfaedah.
Kini
dia, yang jadi budakku, dulunya adalah seorang gadis populer di kelas.
Memikirkan
itu, seharusnya aku senang.
"Ya! Kupikir akan membuatmu
nyaman, Daichi"
Dia
sedikit tersipu, dan tersenyum kecil.
.....
Ini aneh. Hamakaze kelihatan lebih manis dari sebelumnya.
Malah
jadi makin tegang, apa mungkin aku yang jadi aneh?
"...... Baiklah. Aku akan tetap
seperti ini untuk sedikit lebih lama lagi"
"Apa pahaku terasa
nyaman?"
".... Tidak, sama sekali tidak"
Aku
berbalik, yang membuatnya tertawa.
Aku
cukup yakin kalau dia tahu aku melakukannya untuk menyembunyikan wajahku yang
memerah.
Akibatnya,
Hamakaze pun mulai mengelus kepalaku.
Mungkin
karena aku baru saja melalui pertarungan sampai mati, tapi ini rasanya sangat
menenangkan. Apa semua gadis itu mempunyai toleransi yang tinggi?
Jangankan
sampai bisa menyentuh seorang gadis, sampai sekarang saja aku bahkan belum bisa
berbicara benar-benar dengan mereka, jadinya aku tak tahu apa-apa..... tunggu,
kenapa aku malah mengejek diriku sendiri?
Aku
terus membulak-balikkan kepalaku, lalu kuputuskan untuk bangun dan menempatkan
kepala Hamakaze pada pangkuanku.
"Giliranku yang menyerang"
"U-Umm, Daichi?"
Kubelai
rambutnya, bukan berarti ada darah atau kotoran apa pun pada rambutnya.
Berbuat
begitu banyak hal hingga rambutnya kotor, dia juga sudah berjuang dengan keras,
ya.....
".... Daichi"
"Apa?"
"Sekarang ini.... aku, aku
sangat senang"
"B-Benarkah...."
Hentikan
itu.
Buat
seorang perjaka sepertiku, semua ini terlalu berlebihan. Aku bahkan tak bisa
menatap langsung matanya.
".... Hamakaze"
"Apa?"
"Setelah kita keluar dari tempat
ini, akan kuberikan kau satu keinginan, jadi pikirkanlah"
"..... .... ... Baik!"
Tepat
saat suasananya mulai terasa seperti komedi romantis, kumelihat seseorang yang
menatap kami dengan terdiam dan mata yang dingin.
"..... Ah, jadi kau juga di
sini, ya?"
Orang
yang menatap itu adalah Iblis merah tertentu, tatapan mata merah lembayungnya
menusuk kami.
"Kau melupakanku?!"
Sediki
kesal saat keberadaannya dilupakan, wanita itu pun mengembungkan pipinya yang membuatnya
begitu mudah dipahami.
"Aku cuma bercanda, memangnya
aku akan melupakan orang yang sudah membunuhku"
Aku
mengangkat bahuku. Ya, aku takkan lupa.
"Kau sudah kubunuh sebelumnya, jadi
di sinilah kita sekarang"
"Jangan bercanda, keparat"
Si
Iblis pun memukulkan tangannya ke tanah.
"Kau membunuhku?! Lihat? Aku harusnya
sudah mati!"
Si
Iblis pun menanggalkan jubah yang ia kenakan.
Tubuh
telanjangnya bisa terlihat sepenuhnya. Lubang yang harusnya terbuat di dadanya
pun hilang, digantikan oleh dua tonjolan garang yang keluar agar keberadaannya
diketahui.
"Aku seharusnya mati, tapi aku
berada di sini, dan masih hidup! Tubuhku bahkan kembali normal! Apa yang kau
lakukan padaku, keparat"
"Lah, jadi kau lebih memilih
untuk tetap mati?"
"Mati tanpa rasa malu adalah
jalannya para Iblis!"
"Terus, kenapa aku harus
peduli?"
"Hah?!"
Menerima
penghinaan yang begitu hebat karena masih hidup seusai dikalahkan, sang Iblis
pun sangat geram pada kami.
Dia
bahkan mungkin akan segera memukulku. Yah, bukan berarti aku perlu cemas.
Kenapa?
Karena dia sudah jadi milikku.
"Aku sudah membuatmu jadi
budakku"
"..... Hah? Aku, budak....?
Yang benar saja....."
"Kalau kau ingin melihatnya,
kau bisa memeriksa status-mu. Coba periksa saja sana"
"Omong kosong...... kalau kau bohong....
tunggu, tidak mungkin......"
"Cepat dan lihat saja
sendiri"
"..... Open"
Informasi
miliknya pun muncul.
Akina
Leadred
Job :
High-Grade Slave Lv. 74
Stamina : 5200
Mana : 3800
Strength : 6700
Resistance : 2900
Dexterity : 4000
Unique Abilities
:
· [Devilish
Aura] Nilai Mana menurun 100 kali berdasarkan perbedaan
level antara sang pengguna dan target. Ditambah lagi, takkan pulih sampai sang
pengguna pingsan atau mati.
· [Devil
Flame] Memerlukan 100 Mana untuk mengaktifkannya. Tak
memerlukan mantera untuk mengaktifkannya dengan kemampuan serangan yang
setara dengan flame orb tingkat kerajaan.
· [Curse
of the Demon God] Mampu menghentikan serangan Pahlawan. Mengurangi
semua nilai status-nya 1000. Ditambah lagi, sihir menjadi takkan bisa
digunakan lagi.
· Kondisi penghilangan terpenuhi. Menghilangkan
kondisi? Silahkan jawab dengan YA atau TIDAK.
Special
Condition :
· [High-Grade
Slave] Master : Katsuragi Daichi. Setiap serangan
terhadap master-mu diblokir. Dipaksa patuh sampai dilepaskan.
|
"....
Ap?"
Si
Iblis membelalakkan matanya, perlahan mulai memahami posisinya.
Kemarahan
yang sebelumnya pun, kini sirna.
Dia
duduk dengan menyilangkan kakinya dan menenggelamkan diri ke dalam pikirannya.
"Tidak mungkin. Tapi, hmm,
kalau begitu....."
Untuk
sejenak ia pun bergumam sendiri, tapi tiba-tiba, si Iblis—tidak, Akina Leadred
mulai gemetaran. Mungkin aku sendirilah yang menyuruhnya untuk melihatnya, tapi
aku juga malah terkejut.
Aku
tak yakin mengapa, tapi kelihatannya dia tak mempunyai kemampuan spesial. Tapi
dia mempunyai kemampuan unik, sama sepertiku.
"Hei, Leadred. Ada sesuatu yang
ingin kutanyakan—"
—padamu.
Aku berhenti sebelum bisa menyelesaikan perkataanku.
Karena
Leadred mulai tertawa pelan.
Tawanya
perlahan mulai semakin keras, dan akhirnya mengatakan sesuatu yang tak jelas.
"Begitu ya...... jadi Pahlawan
ini...... dia....? Kuhahaha! Menarik! Menarik sekali! Wanita itu..... seorang manusia......
akhirnya dia..... ahahahahaha!!"
Leadred
terus tertawa sembari memukul-mukul lututnya.
"Hei, Pahlawan!"
"Ap-apa? Jangan bilang kalau
kau tak ingin jadi budakku"
Aku
sedikit bingung saat ia mendadak memanggilku, tapi aku sedikit berhasil
mengatasinya.
Martabatku
sebagai majikannya akan hilang kalau aku mengelak.
"Tidak! Aku akan dengan senang
hati melayanimu! Tapi jawablah dulu pertanyaanku agar aku bisa tahu apa kau ini
adalah majikanku sebenarnya atau bukan! Ya?!”
Majikan
sebenarnya.......?
Apa
maksudnya?
Bahkan
tanpa itu pun, aku masihlah akan jadi majikanmu.
Apa
ada yang salah dalam kepalanya saat dia dihidupkan kembali?
Aku
cuma memertanyakan kewarasannya, tapi kelihatannya dia menganggap aku yang
terdiam menyetujuinya dan mengajukan pertanyaan padaku.
"Kau! Pada kemampuan unik—kau
mempunyai Revenge of the Grudgebearer,
‘kan?"
"—!!"
Tubuhku
pun mulai menggigil.
Ada
apa ini? Bagaimana bisa dia mengetahui kemampuanku?!
Apa
dia juga bisa melihat jendela status-ku?
.....
Tidak, aku harus tenang!
Aku
harus menggunakan otakku untuk membuat keputusan terbaik. Saat ini, Leadred
sudah menjadi budakku. Dia takkan bisa menyerangku.
Dan
kalupun kita akhirnya bertarung bersama, ujung-ujungnya aku juga harus
menjelaskan kemampuanku padanya.
Aku
tak perlu lagi bingung karena dia sudah menyadarinya.
Dia
sudah menyatakan kalau dia akan melayaniku. Dia cuma ingin memastikan apakah
aku ini majikan sebenarnya atau bukan.
Seharusnya
takkan menjadi masalah kalau aku memberitahunya dengan jujur.
"...... Ya, memang benar. Aku
mempunyai kemampuan yang bernama Revenge
of the Grudgebearer. Kalau kau pikir aku bohong, aku bisa menunjukkan
status-ku padamu"
"Begitu, ya..... jadi
kau......"
Dengan
langkahnya yang goyah, Leadred pun menghampiriku.
Hamakaze
dan aku pun bersiap-siap untuk menghadapi kemungkinan kalau dia memutuskan
untuk menyerang, tapi pada akhirnya tak perlu ada yang dicemaskan.
Leadred
berhenti, berlutut dengan satu lututnya dan menundukkan kepalanya.
"Kami telah menunggumu.....
tidak, demi Yang Mulia. Harapan kami. Keinginan kami. Demi Yang Mulia, yang
pantas untuk memerintah semua—"
Lalu,
dia pun menyimpulkannya.
"—Demi Pahlawan yang akan
membimbing kami, menyelamatkan kami"
"Saya...... Pahlawan"
"Saya disegel ditempat itu
hingga saya bisa melayani Anda. Demi menunjukkan pada Pahlawan kami cara untuk
membebaskan rekan-rekanku lainnya yang tersegel. Saya selalu menjalankan tugas
saya. Dan kini, kita akan menghancurkan umat manusia bersama"
Oh,
sial. Kepalaku sakit.....
".... Tunggu sebentar"
Aku
menghentikannya, berusha menahan sakit kepalaku.
"Aku sudah jadi Pahlawan. Kau
paham, ‘kan? Malahan, cuma semua itu yang harus kukatakan"
"Ya, saya tahu. Yang Mulia
adalah seorang Pahlawan"
"Benar? Aku tak bisa pergi dan
menghancurkan umat manusia, ‘kan?"
Aku
tak tahu apa yang akan dilakukan Dewi yang berpikiran sederhana terhadapku
kalau aku melakukan itu.
Dia
mungkin akan jadi sangat marah hingga menghapus keberadaanku.
"Sebenarnya, Yang Mulia menjadi
Pahlawan karena tujuan Anda adalah untuk melenyapkan umat manusia"
"Tapi, aku belum pernah dengar
Pahlawan manapun yang menghabisi umat manusia?!"
Leadred
sedikit memiringkan kepalanya ke samping.
Aku
merasa pemikiran kita berbeda.......
Setidaknya,
dia sadar kalau aku adalah Pahlawan. Mungkin arti Pahlawan buat dirinya
berbeda?
"Leadred. Bagimu Pahlawan itu
apa"
Terlihat
seakan dia berencana menuruti perintahku, Leadred pun mulai mengatakan soal
Pahlawan yang dibayangkannya.
"Pahlawan adalah seseorang yang
berjuang untuk melindungi kami dari para monster kejam yang menghancurkan rumah
dan harta milik kami. Seseorang yang mempunyai keberanian untuk memimpin dan
menyerang musuh, seseorang yang tak takut menggunakan tubuh mereka untuk
melindungi sekutunya. Seseorang yang merupakan cahaya harapan kami, seseorang
yang menghalau kegelapan keputusasaan"
Dia
mulai menatapku dengan rasa hormat, berbicara seperti sedang mabuk.
".... Jadi begitu"
Aku
mengerti kalau aku sama sekali tak mengerti maksudnya.
Jenis
Pahlawan yang digambarkannya berbeda dengan yang kubayangkan.
Sepertinya
aku harus menemukan tempat untuk tinggal dan membicarakannya lagi dengan dia
nanti.
Kalau
dipikir-pikir, aku lupa setelah dia memanggilku Pahlawan-nya, tapi ada hal lain
yang sangat penting.
"Leadred. Ada lagi yang ingin kutanyakan
padamu...."
"Selama saya mengetahuinya, saya
akan memberitahukan apa pun"
"Apa aku bisa kembali ke
permukaan dengan pergi ke lantai terbawah dungeon
ini?"
Tujuan
awal kami adalah untuk keluar dari sini dan memberikan Samejima penderitaan
yang setimpal dengan yang dia berikan pada kami.
Semakin
cepat kita bisa keluar, semakin bagus.
Sebaliknya,
aku tak berpikir aku bisa mengalahkan seseorang yang lebih kuat dari Leadred.
"Saya sudah menyiapkan formasi
sihir teleportasi yang sudah siap, jadi seharusnya tak ada masalah bila kita
menggunakannya"
"Begitu, ya! Kau sudah menyiapkannya?"
Tunggu,
dia sudah menyiapkannya?
Bukannya
itu sudah disiapkan?
Pertanyaanku
pun dengan cepat terselesaikan.
"Ini adalah lantai terakhir Rigal Den. Saya, Akina Leadred,
bertugas sebagai Penjaganya"
Dia
berbicara dengan tersenyum, benar-benar berbeda saat kita bertarung.
"Dungeon Terselsaikan. Selamat, Pahlawan"
The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 11 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
3 komentar
Keren min... Lanjut ya
ReplyLanjut min makin keren
ReplyGood
Reply