Sunday, March 4, 2018

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 08 Bahasa Indonesia


Chapter 08- Dimulainya Pertarungan Kematian ②




Menelusuri dengan mengikuti jalan mana pun yang terdapat banyak demon, kami pun akhirnya menemukan tempat yang mencurigakan.

Ada pintu logam yang tertutup rapat dengan rantai secara horizontal maupun vertikal.

Ada kabut yang terlihat berbahaya keluar dari celah pintu.

.... apa itu..... mana?

            "Daichi"

Hamakaze juga sepertinya merasakan sesuatu. Dia menatap pintu tertutup itu dengan saksama.

.... Haruskah aku masuk?

Pasti akan ada musuh yang lebih kuat ketimbang musuh yang sudah kami lawan sejauh ini.

Dan kalau kami bisa mengalahkannya, jalan menuju lantai selanjutnya pun mestinya terbuka.

Sejauh ini begitulah caranya. Ada demon kuat pada setiap ruangan terakhir di lantai 51 sampai 59. Kalau bukan, maka perangkap seperti Rumah Monster.

            ".... Kalau aku tak terus maju..... aku takkan bisa membalaskan dendamku....."

Kusingkirkan rasa takut yang mungkin perlahan menjalar dalam pikiranku dengan rasa benciku.

            ".... ayo pergi?"

Aku mengepalkan tanganku.

            "Ya, Daichi"

            "Hamakaze, kita akan melakukannya kayak biasa"

            "Aku mengerti"

Hamakaze mengangguk.

Aku bersiap-siap untuk menggunakan Berserk Tempest.

Hamakaze bergegas masuk dengan belati yang dikuasainya.

            "Wahai roh angin, sayatan udara. Wind slice!"

Rantai-rantai pada pintu pun mengeluarkan suara dentingan logam yang keras saat rantai-rantai itu terpotong. Segelnya terlepas, pintunya pun mulai terbuka dengan sendirinya.

Aku tak bisa melihat dengan baik melalui kabut. Kalau begitu......

            "Aku akan menyingkirkan kabutnya!!"

Tepat saat terdapat celah yang cukup lebar untuk dilewati satu orang, aku pun lari ke depan pintu masuk.

Yang bergerak pertama lah yang memutuskan alur pertarungan. Sebelum pergi ke dalam ruangan, aku pergi bertarung dengan menggunakan Berserk Tempest.

Kudorong tanganku ke depan bersama dengan sejumlah besar mana yang dikumpulkan sebelumnya.

            "Ubahlah semuanya menjadi debu dan kembalikan ke tanah! Berserk Te—"

Akan tetapi, tepat sebelum aku menyelesaikan mantra-nya, tanganku melengkung ke udara.

........ Huh?

Tanganku?

Apa?

H-huh?

Pikiranku tak bisa mengikutinya. Namun, rasa sakit itu menyentakkan tubuhku.

            "Gaaaaah!!?"

Darah terus menyembur keluar.

Rasa sakit yang menyakitkan ini menyerang pikiranku.

Ow, sakit, sakit sekali!

Sakit, sakit, sa—sakit, sakit, sakit, sakit!

            "Ugh.....!"

Aku merasa ingin muntah. Saat aku mencoba melawannya, aku jatuh berlutut dan bagian dalam isi perutuku pun keluar ke tanah.

.           "Hah... hah! Ah...."

Penglihatanku tak jelas, semuanya berkabut.

Apa aku terlalu kehilangan banyak darah?

Tidak, seharusnya aku memikirkan dulu untuk kabur.

Ayo lakukan itu, aku tak ingin terluka seperti ini. Aku akan pergi, lalu menyuruh Hamakaze menyembuhkanku.....!

Saat kucoba berdiri tegak, tangan yang kugunakan untuk menopang pada tanah sudah putus.
.....?

            "Uh?"

Karena tak adanya topangan apa pun dengan kedua tanganku yang sekarang hilang, aku pun terjatuh ke tanah.

Tubuh bagian atasku sepenuhnya masuk ke dalam ruangan.

Ah, sial.... ...... .......

            "GUOOOOOOH!"

Aku mendengar suara teriakan.

Aku mendongak untuk melihat dari mana teriakan itu berasal dan—

Aku tak bisa melihat apa pun.

Rasa sakit yang tajam menusuk leherku, aku pun kehilangan kesadaran.

***

Kegelapan. Hitam. Gelap gulita.

Hanya itulah yang bisa kugambarkan mengenai tempat ini. Kakiku tak menyentuh tanah. Aku melayang. Dan saat kucoba bergerak, anehnya aku merasa lamban.

[Senang bertemu denganmu, Pahlawan]

Saat kubalikkan tubuhku ke asal suara itu, aku melihat seorang wanita.

Aku tak bisa begitu melihat wajahnya karena rambut hitam panjang menutupinya. Entah kenapa, dia berdiri di dalam kegelapan ini. Dia mengenakan gaun hitam legam.

Dia mengulurkan tangannya dan melangkah sedikit lebih dekat.

Pada saat itu, terjadi perubahan dalam dirinya.

Perasaan haus darah yang liar mengalir keluar darinya, wanita itu menaikkan ujung mulutnya.

[Selamat datang..... dan berhati-hatilah]

Keringat dingin membanjiri tubuhku. Pikiranku bilang kalau aku harus kabur, aku harus lari darinya.
Tapi aku tak bisa bergerak. Aku tertahan seperti diikat.

            "S-Siapa kau!?"

Aku hampir tak berhasil mengeluarkan pertanyaan itu.

Ia mengabaikannya.

Ia hanya terus tersenyum. Aku hanya tak bisa melihat kalau senyumanya itu seperti demon yang murka.

Selangkah demi selangkah, dia mendekatiku.

[Modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modarlah!]

            "T-Tidak!"

Tubuhku langsung merespon saat diberitahu utuk mati.

Kenapa aku mesti mengalami rasa sakit ini?

Kenapa hanya aku yang mesti mengalami sesuatu yang begitu menyiksa?!

Tubuhku mengabaikan apa yang kukatakan dan menolak untuk bergerak seinci pun.

Bergeraklah!

Kumohon, bergeraklah!!

Bergeraklah kau brengsek!!

[Modar]

Seketika itu juga, jemarinya yang tipis dan seputih salju mencengkram leherku—

***

            "Tidaaaaaaaak!!"

            "Kyaaa!?"

            "—!"

Aku melompat ke arah suara gadis itu. Mengangkanginya, kudorong telapak tanganku ke kepalanya.

Kalau aku tak membunuhnya, aku akan dibunuh!

Bahkan kalau aku harus mengerahkan seluruh mana-ku, akan kuakhiri!

            "Wahai roh angin, sayatan udara!"

            "Daichi!!"

            "—Huh?"

Mendengar namaku dipanggil tepat sebelum aku menyelesaikan mantra-nya, aku pun berhenti.

Saat menarik kembali lenganku, aku melihat wajah yang kukenal.

            "..... Hamakaze?"

Bukan wanita itu.

Melainkan budakku, Hamakaze Shuri.

            "Ya..... aku Hamakaze Shuri"

            "T-Tidak mungkin. Kau pasti palsu. Maksudku, kau baru saja mau membunuhku....."

Aku bisa mengingatnya dengan jelas.

Seorang wanita misterius mencengkram leherku.....

Tapi pemandangannya berbeda, aku berada di dalam dungeon. Bahkan satu warna tembok usang pun tepat persis seperti yang kuingat.

Apa sih yang sedang terjadi.....!?

Siapa yang aku bunuh? Siapa yang mencoba membunuhku? Siapa yang akan membunuh siapa......?

            "Tenanglah, Daichi"

Suara Hamakze menyeretku keluar dari kebingungan dan membawaku kembali ke kenyataan.

            "Aku tak tahu apa yang membuatmu jadi bingung begini, tapi tolong tenanglah"

Melihatku yang kebingungan, Hamakaze pun mencengkram lenganku.

Kehangatan dan suara lembutnya menyelimuti pikiranku dan menghilangkan kebingunganku, menguraikan perasaan rumitku.

Saat pikiranku jernih, aku mulai memastikan apa yang terjadi.

Napas kasarku juga perlahan mulai tenang.

            "..... Daichi... apa kau baik-baik saja?"

            "Y-ya...."

            "Benarkah? Syukurlah....."

Hamakaze terlihat lega.

Itu menunjukkan bertapa anehnya aku tadi.

Sialan.... aku hanyut oleh rasa takut akan kematianku?

            "Um.... Daichi?"

            "Apa?"

            "Kalau.... kalau kau mau, aku tak keberatan untuk terus......"

Aku masih mengangkangi Hamakaze. Posisinya membuat payudaranya terlihat jelas lewat bajunya.

Aku menyadari apa yang dia maksud.

            "T-Tidak, aku tak bermaskud begitu. Aku akan menyingkir. Beri aku sedikit waktu dulu"
Pulih dari kebingunganku, aku ingin memastikan sesuatu.

Masih ada kemungkinan kalau dia adalah palsu.

            "Open"

Katsuragi Daichi

Job : Hero Lv. 46
Stamina : 3100
Mana : 3240
Strength : 4080
Resistance : 3400
Dexterity : 2130

Special Abilities :
·   [Heart of Steel] Nilai resistance jadi dua kali lipat selama pertarungan. Menangkal racun, lumpuh, hipnosis, kerusakan mental 1/3 dari waktunya.
·   [Indomitable Mentality] Mana takkan berada di bawah 100.
·   [Absolute Command] Muncul pada mereka yang dihidupkan kembali oleh Lich King yang level-nya lebih rendah darinya. Perintah apa pun yang diterima oleh budak akan ditaati sampai otoritasnya dihentikan.
·   [Magus of Slaughter] Damage yang diberikan pada musuh juga akan melukai spesies yang sama dalam radius 10 meter.
·   [Lich King] Mampu membuat kontrak dengan makhluk yang sudah mati, menghidupkannya kembali dan mematuhi perintahmu. Tiap kali sang pengguna mati, akan mendapatkan slot.
·   Saat ini : 2 slot terbuka

Unique Abilities :
·   [Reveng of the Grudgebearer] Tak peduli berapa kalipun kau mati, menghimpun kekuatan dari jurang kematian dan bangkit kembali
·   Saat ini : Mati 6 kali

Hamakaze Shuri

Job : High-Grade Slave Lv. 57
Stamina : 2000
Mana : 1750
Strength : 1900
Resistance : 1000
Dexterity : 980

Special Abilities :
·   [Auto Heal] Mengembalikan 5 stamina setiap 10 menit.
·   [Loyalty] Saat nyawa Master terancam, semua status meningkat menjadi 150%

Special Conditions :
·  [High-Grade Slave] Master : Katsuragi Daichi. Setiap serangan terhadap master-mu diblokir. Dipaksa patuh sampai dilepaskan.

Apa yang tertulis tak diragukan lagi kalau dia adalah Hamakaze Shuri.

Status-ku juga naik. Batasan pada Lich King meningkat jadi 3 orang.

Yang paling tepenting, jumlah kematianku naik jadi enam.

Dengan kata lain, ini bukan mimpi maupun halusinasi, ini adalah dunia.... setelah aku terbunuh pada pintu itu.

Semuanya nyata.......

            ".... .... Hah...."

Dengan lemah, aku jatuh menyamping ke lantai.

Seketika aku langsung merasa aman, aku kehilangan semua ketegangan.

            "Ada apa?!"

Tanya Hamakaze dengan panik.

            "Aku cuma sedikit lelah"

            "T-Tapi...."

            "Tak usah khawatir.... biarkan aku tidur sebentar... aku benar-benar..... tak bisa...."

Karena tak bisa menahan rasa kantuk yang menyerangku, aku pun tertidur.

⟵Back         Main          Next⟶





Related Posts

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 08 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh