Chapter 02 –
Dipanggil Dewa ke Dunia Lain ②
Sudah
seminggu semenjak kami tiba di istana.
Dipimpin
oleh Samejima, semuanya mendiskusikan mengenai bantuan dari istana.
Informasi
yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :
Istana
ini berada di negeri yang disebut Wrystonia. Ini adalah negeri yang paling maju
di antara semua negeri di Rostalgia.
Baginda
Ginger kelihatannya mendukung penuh Samejima dan yang lainnya, bahkan tanpa
menanyai mereka.
Kebanyakan
pengajar yang terkemuka dan ahli dalam kemampuan berpedang, sihir, dan bela
diri berada di istana ini.
Setiap
masing-masing orang diberi kamar dan pelayan sendiri untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Aku iri.
Dan
kini untuk bagian yang terpentingnya.
Itu
tak termasuk diriku.
Alasannya
karena pemeriksaan kemampuan kami lima hari yang lalu.
Aku
mengingat kejadiannya dengan jelas.
Pertama,
kami dikumpulkan di ruangan istana yang luas.
Mereka
mengidentifikasi status semuanya, sesuatu yang penting dalam pertempuran.
Karena
semuanya bingung saat mereka mengatakan status, Heige Strauss, Jenderal militer
Wrystonia, menjelaskannya dengan detail.
Di
Rostalgia, sebuah jendela dengan status-mu akan muncul di atasmu saat kau mengatakan
kata open.
Stamina
tepat seperti namanya. Walaupun kau takkan mati saat stamina-nya menyentuh angka nol, kau hanya akan pingsan dan tak
bisa bergerak. Saat pingsan di dungeon
sama dengan mati, kami disarankan agar tak membiarkannya sampai nol.
Mana
mengacu pada jumlah jiwa yang habis saat kau mengaktifkan sihir. Kami
diberitahu untuk berhati-hati supaya tak terlalu sering menggunakannya karena
akan membuat pikiran kami melemah.
Strength
sederhana, yakni kekuatan fisik setiap harinya. Dalam pertarungan langsung,
seseorang yang mempunyai strength
lebih tinggi akan unggul.
Resistance
adalah jumlah nilai yang diberikan untuk berapa banyak damage yang kita terima berkurang. Semakin kau terbiasa dengan rasa
sakit, maka semakin tinggi pula jumlahnya.
Dexterity
berkaitan dengan seberapa cepat kau bisa bergerak. Semakin tinggi jumlahnya,
maka semakin mudah pula menghindari serangan.
Merasa
bahwa keselurahan sistem-nya serupa dengan gim, aku pun membuka status-ku
sendiri untuk melihatnya.
“Open”
Katsuragi
Daichi
Job : Hero
Lv.1
Stamina : 75
Mana : 20
Strength : 50
Resistance : 300
Dexterity : 10
Special
Abilities :
·
Tidak ada
|
....
Huh?
Angka-angkanya
tak sekalipun terlihat tinggi.....?
Bukannya
aku mendapatkan sebagian kekuatannya Claria?
....
Tidak, mungkin ini cukup dianggap kuat?
Seperti
resistance-ku yang sangat tinggi.....
itu karena aku terbiasa dengan rasa sakit.
Lalu,
tepat seperti yang bisa diduga, secerah harapanku itu pun musnah.
"Hebat, Shinji!"
Samejima
Shinji
Job : Hero
Lv.1
Stamina : 500
Mana : 430
Strength : 480
Resistance : 300
Dexterity : 500
Special
Abilities :
·
[Holy
Guidance] Keefektifan sihir cahaya dua kali lipat
·
[Dangersense]
Meningkatkan dexterity 10% saat musuh menyerang
|
Selain
satu status-nya, semuanya lima kali lipat dari milikku.
Dia
bahkan mempunyai kemampuan spesial.
Sedikit
mengejutkan bahwa resistance-nya sama
denganku. Aku sama sekali tak mempuyai satu hal pun yang kuat.
Semakin
banyak orang yang memeriksa status-nya, tapi mereka semua mempunyai kekuatan spesial
juga.
Tak
ada satu pun dari mereka yang mempunyai status yang lebih tinggi dari Samejima,
tapi setidaknya status mereka dua kali lipat dari punyaku.
Mereka
pastinya menerima perlindungan suci Claria. Sudah jelas bahwa Samejima diberi
perlakukan istimewa juga.
Setelah
itu, aku pun sedikit mendengarnya, tapi bakan prajurit biasa pun rata-rata
nilai status-nya lebih dari seratus.
Sebagai
orang yang paling hebat dalam pasukan negara, statusnya Heige sudah mencapai
sekitar empat ratus.
Pokoknya,
aku lebih lemah dari prajurit pemalas.
Aku
bisa mengambil peran pertahanan untuk memanfaatkan resistance-ku, namun stamina-ku
sangat rendah sehingga aku bisa langsung roboh.
Aku
tak berguna.
Mengapa
cuma aku?
Karena
aku lemah?
Karena
aku jelek?
Aku
tak tahu kenapa.
Setelah
itu, status-ku pun diketahui oleh yang lainnya, yang dengan cepat membuatku
dikenal sebagai Pahlawan tak Berguna di antara penghuni istana.
Baginda
Ginger pun dengan cepat memutuskan dukungannya terhadapku. 29 orang lainnya
adalah pahlawan berlevel tinggi, dia tak punya alasan untuk mengurusiku.
Aku
pun tidur di kandang kuda. Teknik berpedang, bela diri, sihir, aku terpaksa
mempelajari semua itu sendiri.
Tak
mungkin aku bisa mempelajari semuanya. Tapi kalau aku mengeluh, mereka pasti
mengusirku. Setidaknya, aku ingin terhindar dari hal itu.
Ini
semua karena aku lemah.
Tak
bisa melakukan, mengalahkan, atau memenangkan apapun.
Aku
tak menginginkannya!
Aku
diberitahu kalau aku akan di bawa ke ekspedisi dungeon selanjutnya karena belas kasihan, tapi kehidupanku di dunia
ini akan berakhir kalau mereka menilai bahwa aku tak layak untuk melakukan
apapun.
Siapapun
bisa melihatnya.
Karena
itulah aku akan melakukan yang terbaik sepanjang minggu ini, lebih dari
sebelumnya.
Aku
mengurangi jam tidurku sampai batas maksimal.
"98..... 99.... 100!"
Setiap
harinya aku mengayunkan pedang sebanyak 3 set dengan 100 kali setiap setnya dan
memastikan untuk berlari selama mungkin.
"Api, menyalalah! Fire Seed!"
Aku
juga berlatih sihir. Aku akhirnya bisa membuat api sampai seperti pemantik api.
Teman-teman
sekelas brengsekku kelihatannya bisa menggunakan sihir yang lebih efektif dan
kuat, tapi aku kalah kalau aku mencemaskannya.
Sebaliknya,
aku ingin memuji diriku yang sudah melakukannya sampai sejauh ini. Kerja bagus,
diriku.
Aku
mampu membodohi diriku seperti itu.
Aku
bisa sedikit lebih kurus karena mereka memberiku makan sangat sedikit dan seberapa
banyaknya aku berolahraga.
Akan
tetapi, status-ku sama sekali hampir tak berubah.
Walau
strength dan stamina-ku sedikit meningkat. Tak peduli berapa kali aku
menggunakan sihir, mana-ku sedikit
pun sama sekali tak meningkat.
Ini
ada kaitannya dengan jiwa seseorang, jadi apa mungkin aku harus merasa senang?
Untuk
mencobanya, aku menghabiskan sepanjang hari dengan tersenyum. Menghindari
pikiran soal mengasihani diriku sendiri, aku pun mencoba berpikir positif.
Itu
membuat orang lain yang melihatku merasa tak nyaman, tapi berhasil.
Mana-ku
meningkat satu poin.
Aku
bersumpah kalau aku takkan pernah melakukannya lagi.
Aku
lalu memakai cara yang aku pikirkan untuk meningkatkan status-ku seefesien
mungkin.
—Tak
lama kemudian, hari yang penting pun tiba.
Dikawal
oleh Heige dan enam prajurit lainnya, kami memulai ekspedisi kami ke dalam dungeon terbesar Wrystonia, Rigal Den.
Semuanya
terlihat percaya diri walau sedang menuju pertempuran.
Atau
lebih tepatnya, mereka terlihat seperti anak SD yang sedang darmawisata.
Kenapa
mereka begitu menganggap remeh ini?
Aku
malah ingin segera kembali sekarang juga.
....
Setidaknya, mari pastikan agar aku berada dalam posisi terbaik untuk kabur. Dexterity-ku hanya naik 3 poin.
Saat
teman sekelasku yang terakhir memasuki dungeon,
aku pun mengikuti di belakang mereka.
Kala
itu aku tak begitu menyadarinya.
—Takdir
kejam yang telah menantiku.
*Karena novel ini mempunyai sistem yang mirip dengan game, maka untuk status, skill, nama sihir dan sebagainya, aku memilih untuk tidak menerjemahkannya kecuali deskripsi dan tingkatan (rank) sihirnya.
The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 02 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
2 komentar
Wow hampir mirip dengan arifureta ....
ReplyCharanya mirip Arifureta
Reply