Chapter 12 – Kukembali, Permukaan
"Kau yakin? Terus terang saja,
Hamakaze sudah kehilangan diri saat kau melancarkan serangan pertamamu. Devilish Aura-mu mengosongkan
pikirannya"
"Tapi dia masih bisa
bergerak?"
"Itu karena kemampuanku yang
bernama Absolute Command"
"Jadi begitu!"
Leadred
terlihat sudah mengetahuinya.
Kurasa
karena dia sudah tahu akan kemampuan Revenge
of the Grudgebearer-ku sekaligus kalau aku ini adalah Pahlawan, jadi
seharusnya dia juga tahu soal kemampuan Absolute
Command-ku.
"Hamakaze terlihat masih bisa
bergerak saat kusuruh untuk menghindari serangan pertamamu. Karena itulah aku
memutuskan untuk melawanmu"
"..... Jadi saat itulah Anda
terpikirkan perangkap itu?"
Aku
takut mati lagi, jadi kubuat rencana untuk digunakan dalam pertarungan tersebut.
Bukan
berarti aku ini sepenuhnya berotak-otot dalam bertarung.
"Meski kau mengalahkanku
layaknya boneka kain. Tapi, yah semuanya berjalan dengan lancar. Peranku hanya
untuk mengalihkan perhantianmu. Setelahnya, aku hanya perlu memberikan perintah
yang takkan menarik perhatianmu"
"Jadi teriakan itu......"
"Tepat. Teriakan itulah tanda
untuk membunuhmu. Dia mendengarku dan menusukmu menggunakan belati, lalu mengaktifkan
sihirnya"
"Kurasa.... saya tertipu, lalu
dikalahkan dengan mengagumkan? Terbunuh seperti itu terasa melegakan"
Leadred
memanduku dan Hamakaze ke bagian belakang ruangan.
Perasaanku?
Jelas,
terasa bagus. Mengingat begitu banyaknya aku membicarakan strategiku.
Maksudku,
aku menyelesaikan dungeon. Itu
menyenangkan dan juga menyakitkan, tapi sungguh, aku berhasil melakukannya.
Hari
ini hari yang mengagumkan. Mari buat hari ini jadi hari libur. Ya, ayo buat.
Aku
sangat senang karena aku sungguh bisa merasakan kegembiraan.
"Kau terlihat senang,
Daichi"
"Kau bisa tahu?"
"Ya, karena aku ingin bisa
memahami semua yang kau pikirkan dan yang kau rasakan, Daichi"
......
kau seharusnya berhenti berkata begitu, aku tak terlalu biasa mendapatkan
begitu banyak niat baik yang tulus dari siapa pun.
Kalau
tidak, kelemahanku itu akan terpampang di wajahku. Nanti, bisa jadi salah
paham.
Maaf
karena mempunyai harsat bodoh begitu.
"—Pahlawan, lewat sini"
Waktunya
tiba lebih cepat dari yang kuduga karena Hamakze dan aku mengobrol dan merasa
aman untuk pertama kalinya.
Ruangannya
sederhana, tak terlalu ada banyak hal.
Satu-satunya
yang ada di ruangan kubik itu adalah formasi sihir.
Formasi
sihir tersebut nampak dibuat hanya untuk dipergunakan sebagai teleportasi saja.
Aku sedikit cemas.
"Leadred. Apa ini benar-benar
akan membawa kita ke permukaan?"
"Ini akan berfungsi selama Anda
mengisinya dengan mana dan melafalkan
Teleport. Hanya saja, pastikan untuk
melakukannya berbarengan dengan saya. Kalau tidak, formasi sihirnya takkan
berfungsi dan pintu masuk akan tertutup sendiri, disusul dengan penghentian dungeon."
"Itu mengerikan......"
"Itu karena Anda harus
mengalahkan Penjaga terlebih dahulu untuk memasuki ruangan ini. Rasanya seperti
saya melenyapkan segalanya bersama saya"
Kurasa
aku bisa mengerti.
Mungkin
aku akan membuat jebakan yang serupa.
Sesudah
memberi harapan bahwa mereka akhirnya bisa kembali ke permukaan, akan
kuhancurkan harapan tersebut dan membiarkan mereka jatuh ke dalam keputusasaan.
Aku
ingin melakukan itu pada Samejima.
Melihat
dia yang bisa membuat perangkap seperti ini, kupikir kita akan bisa berteman baik.
"Kalau begitu, apa kalian
berdua siap?"
"Aku siap kapan saja"
"Yah, tak ada masalah"
Kami
berpegangan tangan bersama untuk membentuk lingkaran di tengah ruangan.
Begitu
kami mulai mengisi formasi sihir-nya denga mana,
cahaya biru cerah pun memenuhi ruangan.
Kecil,
kristal mirip salju terbentuk di udara, menari seolah memberkati kami.
"Kalau begitu, mari pergi. 3,
2, 1—"
""" Teleport!! """
Langit
biru, awan putih. Cahaya matahari bersinar terang.
Tak
ada bau darah, udara yang pengap, dan tak ada tembok di sekitar kami.
Melihat
ke sekitar, sejauh mata memandang terlihat padang rumput yang hijau.
Hembusan
angin membelai pipiku.
Aku
kembali dari neraka.
Aku
kembali.....!
Perasaan
meluap dari dalam lubuk hatiku.
Karena
tak tahan akan perasaan tersebut, aku pun berteriak dengan segenap tenaga.
"AKU KEMBAALIIIIIIII!!"
Sebelas
hari semennjak kudatang ke dunia lain.
Empat
hari semenjak teman-teman sekelasku membuangku.
Dengan
mati tujuh kali—aku pun menyelesaikan dungeon
Rigal Den.
The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 12 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia