Sunday, August 19, 2018

Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 12 Bahasa Indonesia



Chapter 12


Akhirnya, aku berhasil kembali ke Kerajaan Lyngle dari rimba neraka.

Biarpun aku sebelumnya terluka dan diracuni oleh ular, Rose mampu menyembuhkan semua lukanya.

Saat ini, aku enggak bisa melakukannya sendiri.

Kalau dipikir-pikir.... sihir penyembuhan Rose hebatnya bukan main.

Mungkin karena selama ini aku diasingkan, rasanya sudah lama sekali, padahal sebenarnya baru 10 hari.

Sekarang ini, aku lagi merawat luka-luka si anak beruang Blue Grizzly, yang sekarang namanya "Bluerin”, dengan menggunakan sihir penyembuhan di kandang kuda lama dekat penginapan Pasukan Penyelamat.

Aku mengacak-acak bulu birunya dengan tanganku.

            "Fufufu, itu nama yang bagus meski aku sendiri yang bilang. Benar bukan, Bluerin?"

Enggak, kurasa Bluerin emang beneran nama yang bagus, deh.

Karena dia Blue Grizzly, jadi kuambil kata "Blue" dan "ri" lalu mengubahnya jadi rin.... dari berbagai sudut pandang, kau bisa mendapatkan nama yang imut dari karakter aslinya.

Biar begitu, di saat-saat seperti ini kata hatilah yang bicara.

Kuletakkan tanganku ke kepalanya Bluerin selagi mengangguk pada diri sendiri. Si beruang kecil itu menggerakkan kepalanya seolah seiya-sekata dengan kata-kataku—

            "...... Kapu."

Sembari membuat suara seperti itu, tanganku digigit.

.... Begitu, ya. Tampaknya kau senang sekali dengan nama itu. Hahaha, bahkan kau enggak bisa mendengalikan permainan menggigitmu meski darah keluar?

Dan saat ini, Bluerin diterima di kerajaan tanpa adanya masalah.

Jujur saja, kupikir kami bakalan diusir. Tapi Rose bilang, monster yang mematuhi manusia seperti si kelinci hitam Kukuru biasanya dianggap aman. Usai diamati selama beberapa hari, kami pun diizinkan untuk memasuki kerajaan.

.... Rupanya, aku juga mesti menyerahkan laporan yang ruwet dan beberapa hal lainnya. Tapi untuk persoalan tersebut, tampaknya Rose sendirilah yang akan melakukannya untukku.

Meskipun dia seorang guru yang menakutkan, tapi aku enggak benci bisa bergantung padanya di saat-saat begini.... itulah perasaan sejatiku.

            "Ngomong-ngomong....."

            "Kyu?"

            "Iya kau, dasar orang pengkhianat.... bukan, dasar kelinci pengkhianat."

            "Kyu~"
           
            "..... Percuma meski kau memiringkan kepalamu dengan sok imut gitu, tahu?"

Sesaat, hatiku terasa goyah karena kegemasannya dan merasa ingin memaafkannya.... tapi, kusimpan saja itu sebagai rahasia.

Hubunganku dengan Bluerin serupa dengan Rose dan peliharannya, yaitu Kukuru.

Kukuru adalah monster yang disebut [Kelinci Noir], dan Rose bilang monster itu cukup langka.

Aku punya sedikit dendam ama kelinci ini.

Aku lagi membicarakan soal hati polosku yang sudah dipermainkan. Sengaja membuat dirinya terluka hanya demi lebih dekat denganku, sesuatu yang kayak gitu.... biarpun aku paham tindakannya itu memang patut dipuji karena menjalankan tugas yang diberikan oleh pemiliknya—

            "Tapi, rasanya aku masih belum puas. Peliharaannya Rose.... kupikir bakalan naga atau makhluk legendaris.... kagak adil kalau ternyata peliharaannya menggemaskan, bukan?!"

            "Gwa!!"

            "Aduh?! Maaf! Bluerin juga ngegemesin, kok!"

Bluerin emang yang paling ngegemesin, oke?! Jadi.... jadi.... berhentilah memukuli kaki bagian bawahku.

Selagi mati-matian menahan rasa sakitku, Kukuru menatapku dengan tampang aneh. Ia pun melompat ke punggungku, menggunakannya sebagai batu loncatan dan melompat sekali lagi.

Menengok ke belakang, Kukuru berada di bahunya Rose.

            "Cup, cup, anak baik."

            "Rose-san...."

            "Ou, laporannya sudah kuurusi. Beruang ini sudah jadi properti Pasukan Penyelamat."      
            "..... Properti, ya."

Yah, begitulah adanya.

Bukan berarti mereka membiarkanku tinggal di sini secara gratis, Bluerin juga perlu makan. Enggak bakalan ada makanan kalau si kecil ini enggak kerja.

Sembari berpikir begitu, aku menghadap ke arah Bluerin. Dia menjejalkan wajahnya ke dalam tumpukkan jerami. Entah bagaimana, seluruh tubuhnya terasa seperti gemetar.

Bluerin, kau.... Enggak peduli seberapa menaktukannya Rose, bukannya itu berlebihan?

            "Pokoknya, masalah soal beruang ini sudah beres. Aku datang ke sini buat hal yang tak ada gunanya itu."

            "Enggak guna?"

Itu soal ular, ‘kan?

Menyebutnya enggak guna.... apa itu artian secara harfiah atau mugkin karena alasan yang sama sekali berbeda?

            "Kalau soal monster itu, aku menemukannya saat erm.... ‘Kukuru’ membawaku ke tempat yang ada air bersihnya."

            "Begitu, ya. Makhluk itu ada di tempat yang sulit kita temukan selagi menyembuhkan luka-lukanya dan menyimpan kekuatannya.... Tapi, ampe bisa membunuh Grand Grizzly......"

            "Umm....."

            "Ada apa?"

            "Emang seberapa bahaya sih Grand Grizzly itu? Aku cuman tahu itu dari buku-buku saja, jadi....."

Ini sungguh membuatku penasaran.

Aku sungguh penasaran seberapa bahanya sih tempat aku dilemparkan ke sana.

Merasa itu merepotkan, Rose melipat tangannya.

            "Gimana, ya. Sekalipun orang-orang terbaik negara ini dikumpulkan dan membentuk kelompok, mereka takkan bisa menandingi musuh. Sekuat itulah dia."

            "Apa kau bodoh?!"

            "Ah?"

            "Maafkan aku."

Aku jadi langsung minta maaf. Inilah situasi di mana aku bisa membuatnya mundur, tapi biarpun begitu.... aku secara refleks meminta maaf....!

Kalau kupiki-pikir dengan cermat, ular itu membunuh Grand Grizzly yang bisa dengan mudah mengalahkan sekelompok orang-orang terbaik. Ular itu juga memojokkanku hingga nyaris mati. Bukannya aku merasa hebat, tapi bukankah setidaknya aku ini sudah berusaha sedikit lebih keras?

Kuutarakan pemikiranku pada Rose yang enggak peduli untuk melihat reaksinya, dan herannya dia enggak mencemoohku seperti biasanya.

            "..... Sehubungan dengan kejadian kali ini, kau lulus. Tidak, kau bahkan bisa dibilang melebihi harapan. Biarpun kami sudah melukai ular itu sebelumnya, kaulah orang yang sudah membuatnya hingga ke keadaan itu. Kalu layak mendapatkan hak."

            "Hak apa, ya?"

            "Hak untuk berada di medan perang yang sama denganku. Dasarmu masih kurang, tapi kau memperoleh sesuatu yang berbeda dari para Healer lainnya."

            "Sesuatu yang berbeda?"

            "Tubuh untuk menahan rasa sakit, kemampuan fisik, dan...."

Rose menempatkan tinjunya pada dadaku.

            "Semangat yang teguh, sesuatu yang tak dimiliki oleh kedua sisa Healer lainnya di timku. Berbanggalah."

            "Aku sungguh masih belum sadar akan hal itu, tapi.... Nn? Dua Healer lainnya?"

Oh iya, ada dua Healer lainnya selain Rose dalam pasukan ini.

Akan tetapi, aku sama sekali belum melihat sosok mereka usai dijerumuskan ke dalam Pasukan Penyelamat.

            "Karena tubuh mereka lemah, jadinya mereka menjalankan klinik di kota."

            "Ah, jadi karena itu...."

..... Aku agak iri.

Bagaimanapun juga, mereka enggak harus menjalani pelatihannya Rose....

            "Mereka akan mendukung kita dari lini belakang, yang lainnya akan mengumpulkan orang yang terluka, sementara kau dan aku akan berada di barisan depan untuk menyembuhkan orang yang terluka."

            "Aku ada di berisan depan?!"

            "Tentu saja. Karena itulah, kau ini mirip denganku."

            "Ma.... maksdunya?"

            "Aku tak punya waktu. Pasukan Raja Iblis akan segera datang. Supaya tak gagal seperti terakhir kali, kurasa mereka akan mengincar kita kali ini. Dari sana, kau akan muncul sebagai permata tersembunyi."

Singkatnya, aku seperti kartu truf untuk pasukan Raja Iblis.... wah, bukannya itu terlalu berlebihan? Malahan, mungkin lebih seperti memperdaya mereka.

Rasanya seperti tugas yang penting, bisakah aku melakukannya?

Dalam pertempuran hidup atau mati, akankah kondisi mentalku masih sama seperti biasanya?

Melihat ekspresi suramku, Rose mungkin bisa menebak pikiranku dan berkata,

            "Sudah sewajarnya kalau kau merasa cemas. Tapi persiapkanlah dirimu, mereka pasti akan membruru para pahlawan di medan perang."

            "?!"

Kazuki dan Inukami-senpai.

Mereka berdua berbeda dariku, mereka adalah pahlawan sejati. Mereka sudah diarahkan untuk melawan pasukan Raja Iblis.

Mereka pasti akan bertarung di medan perang.

Apa yang mesti kulakukan?

Sejujurnya, aku beneran enggak mau ikut serta di medan perang.

Tapi, aku lebih enggak mau kehilangan teman di dunia ini.

Aku juga enggak ingin mereka berdua pergi tanpa diriku. Mereka berdua berjuang sebaik mungkin, jadi aku enggak mau kalau hanya aku saja yang berada di tempat yang aman. Ada juga kenyataan bahwa kami berada dalam situasi yang sama.

Memang mirip dengan anak kecil yang egois, tapi aku enggak bisa menutup mata terhadap hal itu.

Aku menatap Rose dengan ekspresi serius.

            "Aku.... enggak akan bertarung."

            "Ou."

            "Aku enggak bakalan bunuh musuh."

            "Ou."

            "Tapi aku akan menyelamatkan semua orang."

            "Begitu pun tak apa, toh kita ini pasukan medis, jadi tak perlu membunuh. Yang terpenting adalah seberapa banyak orang yang kita selamatkan. Orang-orang yang ingin mengorbankan diri mereka sendiri.... hajar mereka dan bawa balik. Orang-orang yang mau dibunuh musuh kita.... rebut mereka dari musuh. Orang-orang yang nampak seperti sudah sekarat.... lakukan semua yang kau bisa supaya mereka bisa tetap hidup seolah hidupmu sendiri sedang dipertaruhkan. Itulah tugas kita.... kau paham? Anggota baru. Teruslah bicara soal pemikiran idealis ini, tanpa mereka kita ini takkan bisa menjadi Pasukan Penyelamat."

Aku punya kekuatan.

Ini bukan kekuatan untuk membunuh lawan, melainkan kekuatan untuk membuat orang lain tetap hidup.

Hingga sekarang, aku enggak yakin soal jalanku sendiri. Tapi berkat kata-kata orang ini, sekarang aku sudah bisa mengambil keputusan.

Medan perang adalah tempat yang enggak kenal ampun, di mana orang bisa mati dengan mudah.

Akan tetapi, kalau kekuatanku ini bisa membantu menyelamatkan hidup seseorang di tempat yang seperti itu.... tanpa ragu, aku melangkah maju.

            "Ya! Ketua!!"

Pada saat inilah aku menjadi anggota Pasukan Penyelamat.



⟵Back         Main          Next⟶




Related Posts

Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 12 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh