Saturday, March 30, 2019

Waga Hero no Tame no Alchemuls Jilid 1 Epilog Bahasa Indonesia



Epilog


Juni.

Akhirnya kembali setelah luka sembuh, Omou Mia muncul di perpustakaan sepulang sekolah untuk yang pertama kalinya dalam waktu yang cukup lama. Tapi Takeru tidak bisa ditemukan.

"... Okina-kun terluka?"

"Ya. Kudengar karna kecelakaan lalu lintas atau apalah. Ya Tuhan, benar-benar dunia yang berbahaya untuk ditinggali. Maksudku, dia pingsan dan kau harus merawatnya tempo hari, kan... yang lebih penting! Apa kau baik-baik saja Omou-senpai !? Kudengar kau terluka parah, dan polisi dipanggil atau apalah, dan karena itu, kau nggak sekolah selama seminggu penuh...”

Ah, ya. Aku baik-baik saja, baik-baik saja. Agak campur aduk, tapi aku sudah lebih baik.”

"Gitu... ya."

Setelah wajahnya diselimuti kecemasan, Nozomi menggaruk pipinya.

Tidak, itu bagus. Lihat, bukankah ada terlalu banyak insiden aneh belakangan ini. Itu membuatku sensitif. Duh, serius deh, yang terbaik adalah tidak ada yang terjadi.”

Dengan senyum pahit, Nozomi bergumam.

"Benar-benar tidak ada jaminan besok tidak akan pernah datang seperti biasa."

Dia mencari Takeru untuk mengundangnya mengunjungi makam Sawako.

Seminggu terakhir ini, teman baik ayah Mia — perencanaan Yayasan membuatnya dirawat di rumah sakit, dan selama waktu itu, pemakaman dan penguburan Sawako semuanya dilakukan tanpa dirinya.

Sekarang, Sawako tidur di kuburan di Kota Tsukimori. Dia mendengar pemakaman digelar oleh orang tua Teiko FC, dan banyak sekali orang di lingkungan itu. Saat Mia keluar dari rumah sakit, ia tahu ia harus mengunjungi makam itu.

Menurut kepala pemakaman, Takeru juga tidak muncul di pemakaman. Teleponnya tidak terhubung. Kalau dia kecelakaan lalu lintas, apakah itu berarti dia dirawat di rumah sakit sekarang? Haruskah dia pergi menemuinya? Tapi dia tidak tahu apa yang harus dibicarakan dengan Takeru tentang hari-hari ini.

Mia kembali dari sekolah sendirian, dan menuju kuburan Sawako.

Mungkin karena musim panas sudah dekat, biru masih ada di langit. Langit cerah yang indah.

Ia naik kereta api umum dan membeli karangan bunga di dekat stasiun tempat ia turun.

Sawako selalu menyukai mereka: berbagai macam bunga hydrangea.

Dengan buket di lengan, Mia meminjam ember dan sekop di pintu masuk kuburan dan berjalan menuju kuburan.

Menuruni kuburan yang berbau dupa, ketika ia tiba di tempat yang ditujunya kaki Mia berhenti. Ada seorang pengunjung di makam Sawako.

Itu Takeru.

"... Take-chan?"

Pada suara Mia, teman masa kecilnya dengan kedua tangannya di depan kuburan membuat ekspresi terkejut di wajahnya. Mengenakan kacamata kuno yang sama seperti biasa, Takeru mengenakan pakaian santai. Itu membuatnya penasaran karena dia mengenakan baju lengan panjang dalam cuaca seperti ini, tapi dia sepertinya tidak terluka di mana pun.

"Apa kau baik baik saja? Kudengar kau cedera.”

Ya, sedikit tekilir. Lebih penting lagi, bagaimana denganmu...”

"Aku baik-baik saja."

Mia mengumpulkan semua kekuatannya untuk menjawab.

"... Aku baik-baik saja, jadi..."

"Begitu."

Kata-kata acuh tak acuh Takeru terdengar sangat baik.

Kuburan sudah terbaringi dengan bunga. Bermacam-macam hydrangea.

"... Kita membawa bunga yang sama."

"Ya."

"Sawa-chan akan berteriak, 'Aku tidak butuh sebanyak ini!' Ya kan?”

"Dia setidaknya berkata 'Pilih sesuatu yang lebih masuk akal'."

Ahaha, iya! Dia benar-benar akan berkata begitu, aku bisa mendengarnya! Sungguh, Take-chan, jangan membuatku tertawa.”

Mia tertawa. Tidak pada tempatnya, air matanya mengalir.

Ah, aku memutuskan untuk tidak menangis.

Tetapi jika aku menangis karena aku tertawa, maka itu tidak dihitung, kan?

"Jadi, air mata keluar meski aku tidak sedih... haha .... Aku benar-benar kalah di sana... tidak, tidak... dan tunggu, ada terlalu banyak yang keluar... haha, haha.”

Satu demi satu, kehangatan menetes di pipinya.

Momentum air mata mulai naik. Mulai datang ditemani oleh isak tangis.

"... Kenapa mereka tidak mau berhenti, kenapa, kenapa... aku memutuskan aku tidak akan menangis lagi."

Aku tidak bisa menangis lagi. Aku akan bertarung sendirian mulai sekarang.

Ini seharusnya menjadi kunjungan serius untuk melaporkan ketetapan hatinya. Seperti ini, ia tidak akan bisa melihat Sawako di matanya—

"Mia."

Dia dipanggil dengan suara nostalgia, nama nostalgia.

Takeru mengulurkan saputangan. Ada bintik-bintik basah di atas saputangan putih bersih.

Kau bisa menangis kalau kau mau. Kau tidak harus sok kuat saat bersamaku dan Sawa-chan.”

Dengan nada yang tidak berubah dari masa lalu.

Kau Mia. Kau belum berubah sama sekali, kau itu cengeng Omou Mia.”

"Take-chan...!"

Mia mendengus saat meraih saputangan itu. Kehangatan yang akan menerimanya apa adanya.

Untuk saat ini, untuk saat ini saja, untuk menghapus topeng seorang pahlawan.

Aku tidak akan pernah jatuh. Selama kau ada, tidak peduli berapa kali itu, aku akan kembali.

Mia menghentikan tangannya.

Suara mayat yang membeku bergema di dalam hatinya.

- Sampai bertemu lagi, Gaimoon... Pahlawan ku tercinta!

"... Terima kasih, tapi aku baik-baik saja."

Mia menarik tangannya. Setelah dengan paksa menghapus air matanya, ia menunjukkan senyuman.

Aku bukan lagi aku yang dulu. Jadi kau tidak perlu khawatir.”

Kau tidak bisa mendekat. Kau tidak bisa menunjukkan diri.

Kau tidak bisa membiarkan Alchemuls itu mencuri yang lainnya.

Take-chan, kau harus menyimpan pertimbangan itu untuk pacarmu. Bukan teman masa kecil sepertiku. Kalau tidak, kau tidak akan pernah populer, lo? … Kau tidak perlu khawatir tentangku lagi.”

Jadi aku akan memutuskan perasaan ini.

Untuk menjauhkan orang-orangku yang berharga dari pertempuran. Untuk melindungi kedamaian mereka.

"… Mengerti."

Takeru diam-diam menyelipkan saputangan dan mengambil tasnya.

"... Kau sudah mau pergi?"

Aku ada urusan yang harus kuhadiri setelah ini. Jadi, Mia,”

Sekali lagi, Takeru memanggilnya. Seseorang yang kasar, tetapi penuh dengan kebaikan.

"Sampai ketemu besok."

Tenggorokan Mia teratahan.

Sampai ketemu besok. Berapa kali Mia kehilangan besok 'normal' nya?

Tidak ada jaminan besok akan datang seperti biasa. Tidak ada sama sekali, jadi ia harus melindunginya. Untuk melindunginya itu Mia telah menjadi Pahlawan, menjadi Gaimoon.

Jadi Mia menjawab. Tedapat tekad tekadnya sendiri.


"Ya, sampai ketemu besok."

Take-chan.


Takeru berjalan.

Setelan penyokong tipis di bawah pakaian kasualnya menggerakkan anggota tubuhnya yang patah.

Mia tidak meragukannya sedikitpun. Dalam hal ini, sepertinya ia bisa pergi ke sekolah besok.

Pertemuan hari ini dipandu oleh Sawa-chan, atau mungkin kutukan.

Tetapi Mia sepertinya tidak akan pernah tahu bahwa antipati Sawako terhadap alter.

Ia sudah membuat pilihannya.

Saat ia membunuh Sawako, Takeru telah kehilangan kualifikasi untuk benar-benar bahagia.

Pemberitahuan SNS datang ke terminal tabletnya. Dari Ecole — Sakurai Kanon.

'Semuanya siap. Bisa pergi kapan saja. '

Ia segera mengetuk jawabannya.

'Dimengerti. Lanjutkan rencana sesuai jadwal. Aku akan memberi perintah dari sini. '

Hari ini, sekali lagi, kejahatan menggeliat di Kota Tsukimori. Para alter merayap.

Setetes air jatuh dari ujung hidung Takeru.

Langit yang cerah beberapa saat yang lalu, sebelum ia menyadarinya, telah tertutup selembar awan kelabu.

Dia tidak mengambil saputangan itu. Mia sudah menerima jalan untuk hidup sebagai pahlawan. Mulai sekarang, mustahil bagi Mia dan Takeru untuk bersebrangan.

Tidak mungkin bagi mereka untuk berinteraksi sebagai sesuatu selain musuh.

Saat ia merasakan kenyataan itu, dada Takeru sangat sakit hingga mungkin meledak.

Tidak ada cara untuk memutar kembali waktu.

Ia harus membuang emosi-emosi ini. Kita harus menghilangkan perasaan ini.

Jadi Takeru berteriak.

Untuk mendefinisikan kembali keberadaannya sendiri.

Akulah pemimpin Calamity Co. Leviathan, Lord Helvenom. Dan,

Akulah rasa takut, akulah rasa kagum, akulah bayangan,

Aku Alchemuls: Kejahatan absolut untuk pahlawanku.



⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

Waga Hero no Tame no Alchemuls Jilid 1 Epilog Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh