Thursday, April 4, 2019

Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 56 Bahasa Indonesia



Epilog Menuju Prolog – Chapter 56



            Tubuh kekar Veldaroth yang hancur berkeping-keping diterpa angin.

            Wynn yang merasa lega pun melemaskan cengkraman pada pedangnya, jatuh berlutut dengan napas terengah-engah sewaktu cahaya yang menyelimuti tubuhnya memudar.

            "Kak!" seru Leti sewaktu berlari dan melompat pada punggungnya.

            "Uwah… aw! Leti! Sakit!" keluh Wynn saat tubuh mereka berdua jatuh terguling ke dataran berumput.

            "Aduh, sialan," keluh Oort saat melihat mereka. "Malah anak-anak itu yang jadi bintang utamanya."

            "Benar. Cih, laporan apa coba yang harus kutuliskan," omel si penyihir.

            Terlepas dari para kesatria yang memperlihatkan koordinasi tingkat tinggi dalam serangan mereka, Wynn terlibat dalam duel mematikan dengan Veldaroth yang nampak seperti suatu tarian yang rumit. Bahkan seorang petualang veteran sekaliber Oort pun merasa tak sanggup ‘tuk melibatkan diri. Andai mereka yang kaku ikut andil ke dalam tarian tersebut, kemungkinan mereka hanya akan menghambat Wynn. Nyaris tak ada ruang untuk melibatkan diri. Malahan, kedua orang gadis lah yang bisa membantunya, yakni Leti dan Evelina, sedangkan orang dewasa hanya bisa menonton saja, sungguh memalukan.

            Oort menggaruk kepalanya saat menghampiri Wynn dan Leti yang jatuh terguling. Sadar ada orang yang mendekatinya, Wynn pun berdiri. Lalu, tiba-tiba tinju Oort menghantam kepala Wynn.

            "Aww!"

            "Jangan bertindak sendirian begitu… petualang hebat adalah orang yang berhasil bertahan hidup. Lebih baik jadi pengecut ketimbang mati."

            Wynn memegangi kepalanya, dan Leti berdiri untuk melindunginya. Dia nampak ingin berkata sesuatu meski berlinangkan air mata. Oort yang tadinya melotot pun, kini tersenyum dan mengacak-ngacak rambut Wynn.

            "Kerja bagus, Nak."

            "Hehehe…." Wynn tertawa saat kepalanya ditepuk. Lalu, dia pun menjatuhkan lagi dirinya.

            Tubuhnya yang kelihatan terbakar seusai menjalani pertarungan hebat itu pun serasa dibuat nyaman oleh rerumputan. Dia pun pingsan dengan perasan tersebut.

            "Kak?!"

            Melihat Wynn yang memejamkan mata dan berhenti bergerak, Leti tergesa-gesa membangunkannya.

            "Tenang saja, dia hanya kelelahan," ucap Paul saat menghentikan Leti untuk meyakinkannya. Leti pun mendongak padanya, mengangguk paham dengan menjatuhkan kembali tatapannya pada Wynn.

***

            Sewaktu membuka matanya, Wynn mendapati dirinya terbaring di atas seprai serta ditutupi selimut, bukan di rerumputan.

            "E—Eh?"

            Wynn yang sempat tak tahu berada di mana, mengedipkan matanya dan melihat ke sekitar sebelum akhirnya sadar, bahwa dia ada di rumah Laura. Api berderak di perapian, percikannya berhembus ke atas cerobong asap. Wynn menyadari Leti yang masih tertidur meringkuk di sampingnya.

            "Ah, kau sudah sadar?"

            "Paul?"

            "Apa ada yang terasa sakit? Leti sangat khawatir karena kau tiba-tiba pingsan. Yah, kurasa kau baik-baik saja, tapi aku pernah dengar luka yang sepele bisa jadi serius. Jadi, bilang kalau kau merasa ada yang aneh."

            "Seluruh tubuhku terasa nyeri, tapi aku baik-baik saja, kok. Di mana kita?"

            "Di rumah Laura. Aku lagi mau menemui si penyihir yang sedang memasak sup."

            "Penyihir… eh, tunggu! Monster anjing anehnya sendiri bagaimana?!"

            "Jangan khawatir, kau sudah mengalahkannya. Kita baik-baik saja."

            Paul menyerahkan cangkir kayu pada Wynn.

            "Minumlah, itu akan menghangatkanmu."

            Cangkir tersebut berisikan susu hangat. Wynn pun duduk untuk meminumnya dan bertanya, "Bagaimana dengan Leti?"

            "Tadi, dia masih terjaga di sampingmu. Terlalu banyak menggunakan sihir mungkin membuatnya kelelahan. Dia bekerja sangat keras."

            "Begitu, ya…." renung Wynn. Susu itu membuat tubuhnya hangat, sehingga membuatnya terbangun. Dia pun teringat kembali akan pertarungannya melawan Veldaroth.

            Dia ingat akan tubuhnya yang terasa sangat ringan. Dia bisa melihat semua serangan yang berdatangan padanya, dan bisa dengan mudah menghindari serangan yang bahkan sebelumnya takbisa dilihat sekilas pun. Pedang yang digunakannya pun terasa ringan, seolah merupakan bagian tubuhnya sendiri. Setiap langkahnya membuatnya bisa bergerak sangat jauh, sehingga bisa mendekati musuhnya dalam sekejap.

            Apa semua itu berkat Leti, pikirnya sembari membelai lembut rambut Leti, berusaha untuk tak membangunkannya.

            "… mmm…." gumam Leti dengan sedikit bergeser.

            "U—um…." Wynn mendengar suara pelan dari balik pintu.

            Evelina mengintip dari pintu masuk, seakan ingin berkata sesuatu. Usai sempat merasa ragu, dia pun akhirnya memberanikan diri untuk menghadap Wynn dan Paul.

"Terima kasih banyak."

            "Tak masalah."

            "Sama-sama."

            Paul dengan canggung mengulurkan tangannya pada Evelina, sedangkan Wynn tersenyum padanya. Evelina tersenyum balik padanya. Itulah senyuman pertamanya semenjak desanya diserang setengah tahun lalu. Evelina berjinjit menghampiri Wynn. Mereka berbicara sebentar sebelum pergi keluar untuk memainkan permainan batu kerikil. Evelina mendengarkan peraturan yang Wynn ajarkan dengan saksama.

***

            Sewaktu bangun, Leti sadar bahwa Wynn sudah tidak ada lagi di sampingnya.

            "Dimana kakak?" tanya Leti.

            "Dia barusan keluar," jawab Paul.

            Dia mencari sosok Wynn di kamar tersebut, tapi langsung menyadari bahwa dia memang tidak ada di sana. Seperti yang dibilang Paul, Wynn ternyata sedang bermain bersama Evelina di luar.

            "Lina, curang!!" Leti yang cemburu mengembungkan pipinya.

            "Oh, kau sudah bangun! Sini, ikut main!"

            Walau sempat merasa jengkel, Leti masih tetap ikut main dengan mereka berdua.

            Laura dan para petualang pun kembali untuk melihat mereka bermain.

            "Oort, ku… kurasa aku akan mengadopsi anak itu."

            "Dia itu dari bangsa lain, lo? Bukannya bakalan sulit?"

            "Tenang saja. Mau Avian atau bukan, anak-anak tetaplah anak-anak. Lihat, mereka saja sedang bermain bersama. Kalau mereka bisa akrab, maka aku pun pasti bisa merawatnya."

            Leti lupa akan kecemburuannya karena keasikan bermain. Putaran pertama dimenangkan Wynn. Dengan berlinangkan air mata, Leti kembali melanjutkan permainan dengan Evelina, sementara Wynn menyaksikannya dari samping.

            "Kuharap Evelina takkan kehilangan senyumannya lagi."

            "Ya, kuharap juga begitu."

                        Suara riang anak-anak yang tengah bermain dihantarkan angin melintasi dataran.

***

            "… dan begitulah kejadiannya."

            Suara desahan terdengar di kamar usai Wynn menceritakan kisahnya. Di salah satu kamar Akademi Kesatria Simurgh, terdapat lima orang yang mendengarkan ceritanya: Pangeran Alfred dari Lemmroussell, Putri Cornelia, Tiara sang Elf kelas tinggi, dan Royce yang merupakan atasan langsung Wynn.

            Tubuh Wynn memancarkan cahaya pucat. Tiara telah meminta izin pada yang lainnya untuk merapalkan sihir penguatan pada Wynn. Mantra yang dirapalkannya itu adalah Penguatan Tubuh, mantra kesukaannya para kesatria.

            "Sungguh mengherankan! Baru kali ini aku melihat seseorang yang punya Mana sesedikit ini; kerentanannya terhadap sihir membuat efek mantranya semakin kuat."

            Sewaktu Tiara bertanya akan sihir penguatan padanya, Wynn menceritakan kisah pertarungan perdananya sebagai seorang petualang.

            "Begitu, ya." ucap Alfred mengangguk puas. "Jadi kekuatannya akan meningkat pesat bila dia disokong oleh seseorang yang mampu menggunakan sihir penguatan."

            "Waktu itu saya masih berusia sembilan tahun, dan Leti—maksudku—Nona Mavis berusia tujuh tahun."

            "Lantas, apa yang terjadi usai kamu menghabisi Iblis berkepala anjing itu? tanya Alfred yang penasaran dengan kejadian selanjutnya.

            Iblis—tingkat tinggi yang mempunyai nama—dihabisi oleh anak kecil. Salah satunya berakhir menjadi seorang Pahlawan, dan yang satunya lagi merupakan masternya. Namun, itu adalah kisah yang sulit untuk dipercayai.

            Wynn pun melanjutkan ceritanya.

***

            Dua hari pasca pertarungan, kelompok Oort dan ketiga petualang pemula kembali ke Serikat Petualang untuk membagikan upahnya. Pada akhirnya, kelompok Oort dan Paul hanya mengambil upah untuk pembasmian Goblin saja, sedangkan sebagian besar sisanya diberikan pada Wynn. Upah yang Laura ajukan tentunya tak sepadan untuk menghabisi Iblis. Namun, beberapa hari kemudian si penyihir datang menemui Wynn untuk memberikan tambahan uang dengan tampang menyesal.

            "Maaf, sebenarnya ini adalah uang untuk tutup mulut. Mereka ingin kalian melupakan kejadian ini."

            Kejadian tersebut akan menjadi skandal besar bila tersebar kabar, bahwa Kekaisaran telah menganggap enteng informasi dari Serikat Petualang dan nyaris membuat hancur negeri dengan membiarkan Iblis tingkat tinggi berkeliaran bebas. Si penyihir dan satu-satunya kesatria yang selamat pun akan segera dikirim ke garis depan untuk membungkam mereka. Para petinggi takkan membiarkan para pengganggu berada di ibu kota.

            "Tak lama lagi, kurasa aku akan dikirim ke garis depan. Sebelum itu terjadi, sebisa mungkin aku ingin memberikan upahnya padamu, tapi hanya inilah yang bisa kuberikan. Sungguh, maafkan aku."

            Oort dan si penyihir sepakat untuk merahasiakan bahwa Wynn dan Leti lah orang yang telah mengalahkan Iblis itu dari Ordo Kesatria supaya terhindar dari pemanipulasian, terutama kekuatan Leti. Kekuatan miliknya adalah sesuatu yang tak wajar, sampai seseorang harus melihatnya sendiri supaya percaya. Semakin banyak yang mereka dengar tentang atasan si penyihir, semakin kuat pula jadinya keyakinan para petualang. Mereka bahkan takkan segan untuk menyakiti anak-anak yang telah menyelamatkan mereka. Selepas menyelidiki insiden tersebut beserta semua orang yang terlibat, si penyihir bahkan memperingatkan mereka supaya tak terlalu melibatkan diri dengan Leti. Alhasil, hanya Lilia dan Ketua Serikat lah yang mengetahui kebenarannya. Atas penilaian positif Oort terhadap kinerja mereka selama "Pembasmian Goblin", Wynn dan Leti resmi menjadi seorang Petualang sesungguhnya.

***

            "Petualang yang bernama Oort itu kelihatannya cukup tanggap. Apa yang terjadi dengan penyihir itu?"

            "Maaf, saya tidak tahu…." karena waktu itu Wynn hanyalah anak kecil, dia tidak tahu nama si penyihir itu.

            "Insiden ini membuatku penasaran, mungkin aku harus memeriksanya," ucap Alfred saat Royce mengangguk setuju.

            "Lalu, bagaimana dengan si gadis Avian?"

            "Laura mengadopsinya. Saya rasa, mereka masih tinggal bersama."

            “Yang mulia. Akan lebih baik untuk tak mencoba merekrut Avian itu. Kalau Anda memaksanya, akan ada risiko terjadinya perang dengan Avian."

            "Jelas itu tak boleh sampai terjadi. Bahkan aku sekalipun takkan mengganggu ketentraman rakyatku. Mungkin dia seorang Avian, tapi dia juga masih merupakan rakyatku karena tinggal di negeri ini," tegas Alfred. Terlebih lagi, gadis Avian itu merupakan kenalannya sang Pahlawan. Kalau aku memaksanya, ada kemungkinan Pahlawan akan berbalik memusuhiku. Itu pilihan berbahaya yang tak boleh diambil.

            "Kita kesampingkan dahulu masalah Avian dan kembali ke pembahasan sebelumnya. Kenapa kamu ingin menjadikan Wynn sebagai kesatria pengawal adikku? Apa kamu yakin bahwa dia layak untuk melayani Putri Cornelia?"

            Wynn mengalihkan tatapannya ke antara Pangeran Alfred yang ada di hadapannya dan Kapten Elstead yang ada di belakangnya, tubuhnya masih memancarkan cahaya sihir penguatan Tiara.

            "Putri Cornelia merupakan pengguna sihir yang terampil. Beliau sangat cocok bagi orang seperti Wynn, yang nyaris tak mempunyai Mana."

            Wynn langsung bisa memahami alasan Royce yang mengusulkannya untuk menjadi kesatria pengawal Putri Cornelia. Dia masih tak percaya saat pertama kali mendengarnya.  Dikelilingi oleh orang-orang berpangkat tinggi membuatnya gelisah karena bagaimanapun juga, sang pangeran dan tuan putri Elf bukanlah orang-orang yang bisa ditemui sembarangan.

            Perkataan selanjutnya Alfred pun menghilangkan semua keraguan Wynn.

            "Selain sihir penguatan, aku yakin mereka berdua sangat serasi."

            "Huh?!"

            "Yang Mulia!"

            "Kakanda!" sanggah Cornelia pada pernyataan Alfred yang kelewatan. Sang putri pun melirik Wynn, lalu segera menatap lantai, tersipu malu.

            "Haha, aku hanya bercanda."

            "Yang Mulia, tolong jangan menggoda bawahanku begitu." Royce, yang berada di samping belakang Alfred, menghela napas sebelum menatap tajamnya.

            "Aku hanya ingin sedikit meredakan ketegangannya saja," ujarnya tertawa pelan.

            "Tolong jangan memperkeruh keadaan seperti itu," gumam Royce yang resah dengan sikap pangeran.

            "Rakyat jelata yang baru pertama kali bertemu keluarga kerajaan pasti takkan merasa nyaman.”

            "Maafkan aku, Count Elstead. Nah, mari kembali ke pembahasan sebelumnya. Wynn, aku ingin kamu menjadi kesatria pengawal adikku."

            "Memangnya apa tugas dari seorang kesatria pengawal?" tanya Wynn, "Apa bedanya dengan kesatria biasa?"

            "Singkatnya, kamu akan mengawal tuan putri. Anggap saja sebagai pengawal elitenya tuan putri. Mereka biasanya akan dipilih dari kesatria Garda Kekaisaran."

            "Pengawal elite…." Wynn memandang Cornelia sejenak. Meskipun tuan putri, tapi dia masih membiarkan Wynn menyebutnya temannya. Cornelia pun diam-diam menatap baliknya.

            "Kenapa saya?"

            "Alasan pertama, karena Cornelia memercayaimu. Akan tetapi, alasan terpenting adalah karena kamu merupakan master sang pahlawan."

            "Wynn." mata biru langit Tiara menatap langsung Wynn. "Kami, para Elf, sangat tertarik pada orang yang dikenal sebagai Master sang Pahlawan, seseorang yang bernama Wynn Bard. Begitu pun dengan berbagai negara dan bangsa lainnya."

            "Benar apa yang dikatakan sang Sage Agung," setuju Alfred, menempatkan kedua tangannya di atas meja. "Kamu mempunyai pengaruh besar terhadap sang Pahlawan. Sejujurnya, aku akan kerepotan bila kamu tetap berada di Ordo Kesatria."

            "Tapi… saya ini hanya…." Wynn mencari kata-kata sembari menunduk.

            "Wynn Bard," panggil Royce pada pemuda itu. "Di mata kekaisaran, kau hanya sekedar rakyat jelata yang menjadi kadet kesatria. Kebanyakan orang menganggap gelarmu sebagai Master sang Pahlawan didapatkan karena kau merupakan teman masa kecilnya. Akan tetapi, di luar kekaisaran, gelar tersebut sangatlah berpengaruh. Hanya pada dirimu seorang lah sang pahlawan akan bertekuk lutut. Itu tak bisa dianggap remeh."

            "Apa yang Leticia dan kau pikirkan berbeda. Kalau itu keinginanmu, Leticia akan menggunakan kekuatannya untukmu. Yang jelas, kau menggenggam kekuatan Pahlawan."

            "Royce benar," angguk Alfred. "Kamu mengendalikan kekuatan yang bisa mengguncangkan dunia. Aku tak mau membiarkan kekuatan tersebut berada di tangan Ordo Kesatria. Ordo Kesatria sendiri beroperasi di bawah hierarki yang ketat. Jadi, sulit untuk menolak perintah dari seseorang yang pangkatnya lebih tinggi. Kuharap itu tidaklah benar, tapi akan sangat bodoh bila percaya kalau semua orang di Ordo Kesatira bisa dipercaya. Sebagai kesatria pengawal Cornelia, kamu takkan berada di bawah kendali semacam itu."

            "Apa Anda memerintahkan saya untuk menjadi kesatria pengawalnya."

            "Tidak, ini bukan perintah," ucap Alfred tersenyum pahit, "Dari awal aku sudah bilang. Tepat sekarang ini, kamu tidak bertindak sebagai Kadet Kesatria Wynn—ah, jikalau kamu menerimanya, aku harus menambahkan kata ‘matan’—tapi sebagai Master sang Pahlawan, Wynn Bard. Apa pun pilihanmu, aku akan menghormati keputusanmu.

            Royce memandang Alfred dengan tampang keberatan. Omong kosong. Rakyat jelata mana mungkin bisa menolak keluarga kerajaan.

            "Usia Cornelia belum beranjak 18 tahun. Karenanya, jumlah pertunangan resmi yang harus dipenuhinya sebagai keluarga kerajaan terbatas. Akan tetapi, bukan berarti dia tak wajib memenuhinya sebagai keluarga kerajaan. Kamu akan bertanggung jawab atas keselamatannya selama acara-acara tersebut. Sebagai kesatria pengawalnya, hanya Cornelia seorang lah yang bisa memerintahmu. Keberadaanmu juga akan bisa membantunya ketika berinteraksi dengan orang terkemuka dari negeri asing bila Master sang Pahlawan berada di sisinya."

            "Kami, para Elf, sebagai pengamat akan bertindak netral untuk mencegah Kekaisaran menyalahgunakanmu."

            "Sebagai pengguna sihir penguatan, dia sangat cocok denganmu. Selagi aku ingin mendirikan kelompok resmi, ada banyak persiapan yang harus dilakukan. Sementara ini, aku hanya fokus pada dirimu seorang."

            Kesatria Pengawal Cornelia… normalnya, itu merupakan suatu kehormatan besar bisa ditawari jabatan seperti itu. Para kesatria yang mengawal Putri Kekaisaran Lemmroussell hanya bisa berasal dari kalangan atas saja, dipilih dari Garda Kekaisaran. Sebagai seseorang yang bercita-cita menjadi kesatria, cita-cita tersebut akan terwujud. Yah, Tuan Putri sendiri adalah temannya, sih. Akan tetapi, apa yang mengganggu Wynn adalah, dia bisa berada di sana karena dia merupakan "Master sag Pahlawan”, bukan karena usahanya sendiri. Dia bisa mendapatkan posisi tersebut karena dia cukup beruntung dulunya mengenal Leticia. Itu akan jadi suatu tamparan keras bagi para kesatria lainnya yang telah mengucurkan darah, mencurahkan keringat, dan air mata mereka yang menaikkan pangkat secara perlahan.

            Apa dia sendiri tidak keberatan? Akankah itu benar-benar menjadi mimpi yang terwujud?

            "Wynn." Melihat keraguan Wynn, Cornelia akhirnya angkat bicara. "Sebelumnya kamu ada bilang padaku mengenai bagaimana dirimu yang bermimpi menjadi seorang kesatria. Kamu juga ada bilang padaku kesatria lebih kuat, bijaksana, dan bertekad ketimbang yang lain. Pedang mereka ditujukan untuk membela yang lemah, dan perisai mereka adalah pertahanan terakhir tuan mereka."

            Cornelia terlihat seperti saat pertama kali mereka bertemu di Akademi Kesatria. Tidak bisa menemukan pasangan, dia terlihat kesepian dan tak berdaya. Cornelia bertanya padanya dengan memohon, "Apa kamu menganggapku sebagai tuan yang tak layak ‘tuk dilayani dan dilindungi?"



⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 56 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh

1 komentar:

July 26, 2019 at 8:15 PM delete

Brave dan Hero bedakah ? Dr ch2 sblumnya ada yg bilang. Hero, sage dan brave kn ?.

Reply
avatar