Epilog
Menuju Prolog – Chapter 56
Tubuh
kekar Veldaroth yang hancur berkeping-keping diterpa angin.
Wynn
yang merasa lega pun melemaskan cengkraman pada pedangnya, jatuh berlutut dengan
napas terengah-engah sewaktu cahaya yang menyelimuti tubuhnya memudar.
"Kak!"
seru Leti sewaktu berlari dan melompat pada punggungnya.
"Uwah…
aw! Leti! Sakit!" keluh Wynn saat tubuh mereka berdua jatuh terguling ke
dataran berumput.
"Aduh,
sialan," keluh Oort saat melihat mereka. "Malah anak-anak itu yang
jadi bintang utamanya."
"Benar.
Cih, laporan apa coba yang harus kutuliskan," omel si penyihir.
Terlepas
dari para kesatria yang memperlihatkan koordinasi tingkat tinggi dalam serangan
mereka, Wynn terlibat dalam duel mematikan dengan Veldaroth yang nampak seperti
suatu tarian yang rumit. Bahkan seorang petualang veteran sekaliber Oort pun
merasa tak sanggup ‘tuk melibatkan diri. Andai mereka yang kaku ikut andil ke
dalam tarian tersebut, kemungkinan mereka hanya akan menghambat Wynn. Nyaris
tak ada ruang untuk melibatkan diri. Malahan, kedua orang gadis lah yang bisa
membantunya, yakni Leti dan Evelina, sedangkan orang dewasa hanya bisa menonton
saja, sungguh memalukan.
Oort
menggaruk kepalanya saat menghampiri Wynn dan Leti yang jatuh terguling. Sadar
ada orang yang mendekatinya, Wynn pun berdiri. Lalu, tiba-tiba tinju Oort
menghantam kepala Wynn.
"Aww!"
"Jangan
bertindak sendirian begitu… petualang hebat adalah orang yang berhasil bertahan
hidup. Lebih baik jadi pengecut ketimbang mati."
Wynn
memegangi kepalanya, dan Leti berdiri untuk melindunginya. Dia nampak ingin
berkata sesuatu meski berlinangkan air mata. Oort yang tadinya melotot pun,
kini tersenyum dan mengacak-ngacak rambut Wynn.
"Kerja
bagus, Nak."
"Hehehe…."
Wynn tertawa saat kepalanya ditepuk. Lalu, dia pun menjatuhkan lagi dirinya.
Tubuhnya
yang kelihatan terbakar seusai menjalani pertarungan hebat itu pun serasa
dibuat nyaman oleh rerumputan. Dia pun pingsan dengan perasan tersebut.
"Kak?!"
Melihat
Wynn yang memejamkan mata dan berhenti bergerak, Leti tergesa-gesa
membangunkannya.
"Tenang
saja, dia hanya kelelahan," ucap Paul saat menghentikan Leti untuk
meyakinkannya. Leti pun mendongak padanya, mengangguk paham dengan menjatuhkan
kembali tatapannya pada Wynn.
***
Sewaktu
membuka matanya, Wynn mendapati dirinya terbaring di atas seprai serta ditutupi
selimut, bukan di rerumputan.
"E—Eh?"
Wynn
yang sempat tak tahu berada di mana, mengedipkan matanya dan melihat ke sekitar
sebelum akhirnya sadar, bahwa dia ada di rumah Laura. Api berderak di perapian,
percikannya berhembus ke atas cerobong asap. Wynn menyadari Leti yang masih tertidur
meringkuk di sampingnya.
"Ah,
kau sudah sadar?"
"Paul?"
"Apa
ada yang terasa sakit? Leti sangat khawatir karena kau tiba-tiba pingsan. Yah,
kurasa kau baik-baik saja, tapi aku pernah dengar luka yang sepele bisa jadi
serius. Jadi, bilang kalau kau merasa ada yang aneh."
"Seluruh
tubuhku terasa nyeri, tapi aku baik-baik saja, kok. Di mana kita?"
"Di
rumah Laura. Aku lagi mau menemui si penyihir yang sedang memasak sup."
"Penyihir…
eh, tunggu! Monster anjing anehnya sendiri bagaimana?!"
"Jangan
khawatir, kau sudah mengalahkannya. Kita baik-baik saja."
Paul
menyerahkan cangkir kayu pada Wynn.
"Minumlah,
itu akan menghangatkanmu."
Cangkir
tersebut berisikan susu hangat. Wynn pun duduk untuk meminumnya dan bertanya,
"Bagaimana dengan Leti?"
"Tadi,
dia masih terjaga di sampingmu. Terlalu banyak menggunakan sihir mungkin
membuatnya kelelahan. Dia bekerja sangat keras."
"Begitu,
ya…." renung Wynn. Susu itu membuat tubuhnya hangat, sehingga membuatnya
terbangun. Dia pun teringat kembali akan pertarungannya melawan Veldaroth.
Dia
ingat akan tubuhnya yang terasa sangat ringan. Dia bisa melihat semua serangan
yang berdatangan padanya, dan bisa dengan mudah menghindari serangan yang
bahkan sebelumnya takbisa dilihat sekilas pun. Pedang yang digunakannya pun
terasa ringan, seolah merupakan bagian tubuhnya sendiri. Setiap langkahnya membuatnya
bisa bergerak sangat jauh, sehingga bisa mendekati musuhnya dalam sekejap.
Apa semua itu berkat Leti, pikirnya
sembari membelai lembut rambut Leti, berusaha untuk tak membangunkannya.
"…
mmm…." gumam Leti dengan sedikit bergeser.
"U—um…."
Wynn mendengar suara pelan dari balik pintu.
Evelina
mengintip dari pintu masuk, seakan ingin berkata sesuatu. Usai sempat merasa ragu,
dia pun akhirnya memberanikan diri untuk menghadap Wynn dan Paul.
"Terima kasih
banyak."
"Tak
masalah."
"Sama-sama."
Paul
dengan canggung mengulurkan tangannya pada Evelina, sedangkan Wynn tersenyum
padanya. Evelina tersenyum balik padanya. Itulah senyuman pertamanya semenjak
desanya diserang setengah tahun lalu. Evelina berjinjit menghampiri Wynn.
Mereka berbicara sebentar sebelum pergi keluar untuk memainkan permainan batu
kerikil. Evelina mendengarkan peraturan yang Wynn ajarkan dengan saksama.
***
Sewaktu
bangun, Leti sadar bahwa Wynn sudah tidak ada lagi di sampingnya.
"Dimana
kakak?" tanya Leti.
"Dia
barusan keluar," jawab Paul.
Dia
mencari sosok Wynn di kamar tersebut, tapi langsung menyadari bahwa dia memang
tidak ada di sana. Seperti yang dibilang Paul, Wynn ternyata sedang bermain
bersama Evelina di luar.
"Lina,
curang!!" Leti yang cemburu mengembungkan pipinya.
"Oh,
kau sudah bangun! Sini, ikut main!"
Walau
sempat merasa jengkel, Leti masih tetap ikut main dengan mereka berdua.
Laura
dan para petualang pun kembali untuk melihat mereka bermain.
"Oort,
ku… kurasa aku akan mengadopsi anak itu."
"Dia
itu dari bangsa lain, lo? Bukannya bakalan sulit?"
"Tenang
saja. Mau Avian atau bukan, anak-anak tetaplah anak-anak. Lihat, mereka saja
sedang bermain bersama. Kalau mereka bisa akrab, maka aku pun pasti bisa
merawatnya."
Leti
lupa akan kecemburuannya karena keasikan bermain. Putaran pertama dimenangkan
Wynn. Dengan berlinangkan air mata, Leti kembali melanjutkan permainan dengan
Evelina, sementara Wynn menyaksikannya dari samping.
"Kuharap
Evelina takkan kehilangan senyumannya lagi."
"Ya,
kuharap juga begitu."
Suara
riang anak-anak yang tengah bermain dihantarkan angin melintasi dataran.
***
"…
dan begitulah kejadiannya."
Suara
desahan terdengar di kamar usai Wynn menceritakan kisahnya. Di salah satu kamar
Akademi Kesatria Simurgh, terdapat lima orang yang mendengarkan ceritanya:
Pangeran Alfred dari Lemmroussell, Putri Cornelia, Tiara sang Elf kelas tinggi,
dan Royce yang merupakan atasan langsung Wynn.
Tubuh
Wynn memancarkan cahaya pucat. Tiara telah meminta izin pada yang lainnya untuk
merapalkan sihir penguatan pada Wynn. Mantra yang dirapalkannya itu adalah
Penguatan Tubuh, mantra kesukaannya para kesatria.
"Sungguh
mengherankan! Baru kali ini aku melihat seseorang yang punya Mana sesedikit ini;
kerentanannya terhadap sihir membuat efek mantranya semakin kuat."
Sewaktu
Tiara bertanya akan sihir penguatan padanya, Wynn menceritakan kisah
pertarungan perdananya sebagai seorang petualang.
"Begitu,
ya." ucap Alfred mengangguk puas. "Jadi kekuatannya akan meningkat
pesat bila dia disokong oleh seseorang yang mampu menggunakan sihir
penguatan."
"Waktu
itu saya masih berusia sembilan tahun, dan Leti—maksudku—Nona Mavis berusia
tujuh tahun."
"Lantas,
apa yang terjadi usai kamu menghabisi Iblis berkepala anjing itu? tanya Alfred
yang penasaran dengan kejadian selanjutnya.
Iblis—tingkat
tinggi yang mempunyai nama—dihabisi oleh anak kecil. Salah satunya berakhir menjadi
seorang Pahlawan, dan yang satunya lagi merupakan masternya. Namun, itu adalah
kisah yang sulit untuk dipercayai.
Wynn
pun melanjutkan ceritanya.
***
Dua
hari pasca pertarungan, kelompok Oort dan ketiga petualang pemula kembali ke
Serikat Petualang untuk membagikan upahnya. Pada akhirnya, kelompok Oort dan Paul
hanya mengambil upah untuk pembasmian Goblin saja, sedangkan sebagian besar
sisanya diberikan pada Wynn. Upah yang Laura ajukan tentunya tak sepadan untuk
menghabisi Iblis. Namun, beberapa hari kemudian si penyihir datang menemui Wynn
untuk memberikan tambahan uang dengan tampang menyesal.
"Maaf,
sebenarnya ini adalah uang untuk tutup mulut. Mereka ingin kalian melupakan
kejadian ini."
Kejadian
tersebut akan menjadi skandal besar bila tersebar kabar, bahwa Kekaisaran telah
menganggap enteng informasi dari Serikat Petualang dan nyaris membuat hancur
negeri dengan membiarkan Iblis tingkat tinggi berkeliaran bebas. Si penyihir
dan satu-satunya kesatria yang selamat pun akan segera dikirim ke garis depan
untuk membungkam mereka. Para petinggi takkan membiarkan para pengganggu berada
di ibu kota.
"Tak
lama lagi, kurasa aku akan dikirim ke garis depan. Sebelum itu terjadi, sebisa
mungkin aku ingin memberikan upahnya padamu, tapi hanya inilah yang bisa
kuberikan. Sungguh, maafkan aku."
Oort
dan si penyihir sepakat untuk merahasiakan bahwa Wynn dan Leti lah orang yang
telah mengalahkan Iblis itu dari Ordo Kesatria supaya terhindar dari
pemanipulasian, terutama kekuatan Leti. Kekuatan miliknya adalah sesuatu yang
tak wajar, sampai seseorang harus melihatnya sendiri supaya percaya. Semakin
banyak yang mereka dengar tentang atasan si penyihir, semakin kuat pula jadinya
keyakinan para petualang. Mereka bahkan takkan segan untuk menyakiti anak-anak
yang telah menyelamatkan mereka. Selepas menyelidiki insiden tersebut beserta
semua orang yang terlibat, si penyihir bahkan memperingatkan mereka supaya tak
terlalu melibatkan diri dengan Leti. Alhasil, hanya Lilia dan Ketua Serikat lah
yang mengetahui kebenarannya. Atas penilaian positif Oort terhadap kinerja
mereka selama "Pembasmian Goblin", Wynn dan Leti resmi menjadi
seorang Petualang sesungguhnya.
***
"Petualang
yang bernama Oort itu kelihatannya cukup tanggap. Apa yang terjadi dengan
penyihir itu?"
"Maaf,
saya tidak tahu…." karena waktu itu Wynn hanyalah anak kecil, dia tidak
tahu nama si penyihir itu.
"Insiden
ini membuatku penasaran, mungkin aku harus memeriksanya," ucap Alfred saat
Royce mengangguk setuju.
"Lalu,
bagaimana dengan si gadis Avian?"
"Laura
mengadopsinya. Saya rasa, mereka masih tinggal bersama."
“Yang
mulia. Akan lebih baik untuk tak mencoba merekrut Avian itu. Kalau Anda memaksanya,
akan ada risiko terjadinya perang dengan Avian."
"Jelas
itu tak boleh sampai terjadi. Bahkan aku sekalipun takkan mengganggu
ketentraman rakyatku. Mungkin dia seorang Avian, tapi dia juga masih merupakan
rakyatku karena tinggal di negeri ini," tegas Alfred. Terlebih lagi, gadis Avian itu merupakan kenalannya sang Pahlawan.
Kalau aku memaksanya, ada kemungkinan Pahlawan akan berbalik memusuhiku. Itu
pilihan berbahaya yang tak boleh diambil.
"Kita
kesampingkan dahulu masalah Avian dan kembali ke pembahasan sebelumnya. Kenapa
kamu ingin menjadikan Wynn sebagai kesatria pengawal adikku? Apa kamu yakin
bahwa dia layak untuk melayani Putri Cornelia?"
Wynn
mengalihkan tatapannya ke antara Pangeran Alfred yang ada di hadapannya dan
Kapten Elstead yang ada di belakangnya, tubuhnya masih memancarkan cahaya sihir
penguatan Tiara.
"Putri
Cornelia merupakan pengguna sihir yang terampil. Beliau sangat cocok bagi orang
seperti Wynn, yang nyaris tak mempunyai Mana."
Wynn
langsung bisa memahami alasan Royce yang mengusulkannya untuk menjadi kesatria
pengawal Putri Cornelia. Dia masih tak percaya saat pertama kali
mendengarnya. Dikelilingi oleh
orang-orang berpangkat tinggi membuatnya gelisah karena bagaimanapun juga, sang
pangeran dan tuan putri Elf bukanlah orang-orang yang bisa ditemui sembarangan.
Perkataan
selanjutnya Alfred pun menghilangkan semua keraguan Wynn.
"Selain
sihir penguatan, aku yakin mereka berdua sangat serasi."
"Huh?!"
"Yang
Mulia!"
"Kakanda!"
sanggah Cornelia pada pernyataan Alfred yang kelewatan. Sang putri pun melirik
Wynn, lalu segera menatap lantai, tersipu malu.
"Haha,
aku hanya bercanda."
"Yang
Mulia, tolong jangan menggoda bawahanku begitu." Royce, yang berada di
samping belakang Alfred, menghela napas sebelum menatap tajamnya.
"Aku
hanya ingin sedikit meredakan ketegangannya saja," ujarnya tertawa pelan.
"Tolong
jangan memperkeruh keadaan seperti itu," gumam Royce yang resah dengan
sikap pangeran.
"Rakyat
jelata yang baru pertama kali bertemu keluarga kerajaan pasti takkan merasa
nyaman.”
"Maafkan
aku, Count Elstead. Nah, mari kembali ke pembahasan sebelumnya. Wynn, aku ingin
kamu menjadi kesatria pengawal adikku."
"Memangnya
apa tugas dari seorang kesatria pengawal?" tanya Wynn, "Apa bedanya
dengan kesatria biasa?"
"Singkatnya,
kamu akan mengawal tuan putri. Anggap saja sebagai pengawal elitenya tuan
putri. Mereka biasanya akan dipilih dari kesatria Garda Kekaisaran."
"Pengawal
elite…." Wynn memandang Cornelia sejenak. Meskipun tuan putri, tapi dia
masih membiarkan Wynn menyebutnya temannya. Cornelia pun diam-diam menatap
baliknya.
"Kenapa
saya?"
"Alasan
pertama, karena Cornelia memercayaimu. Akan tetapi, alasan terpenting adalah
karena kamu merupakan master sang pahlawan."
"Wynn."
mata biru langit Tiara menatap langsung Wynn. "Kami, para Elf, sangat
tertarik pada orang yang dikenal sebagai Master sang Pahlawan, seseorang yang
bernama Wynn Bard. Begitu pun dengan berbagai negara dan bangsa lainnya."
"Benar
apa yang dikatakan sang Sage Agung," setuju Alfred, menempatkan kedua
tangannya di atas meja. "Kamu mempunyai pengaruh besar terhadap sang
Pahlawan. Sejujurnya, aku akan kerepotan bila kamu tetap berada di Ordo
Kesatria."
"Tapi…
saya ini hanya…." Wynn mencari kata-kata sembari menunduk.
"Wynn
Bard," panggil Royce pada pemuda itu. "Di mata kekaisaran, kau hanya sekedar
rakyat jelata yang menjadi kadet kesatria. Kebanyakan orang menganggap gelarmu
sebagai Master sang Pahlawan didapatkan karena kau merupakan teman masa
kecilnya. Akan tetapi, di luar kekaisaran, gelar tersebut sangatlah
berpengaruh. Hanya pada dirimu seorang lah sang pahlawan akan bertekuk lutut.
Itu tak bisa dianggap remeh."
"Apa
yang Leticia dan kau pikirkan berbeda. Kalau itu keinginanmu, Leticia akan
menggunakan kekuatannya untukmu. Yang jelas, kau menggenggam kekuatan
Pahlawan."
"Royce
benar," angguk Alfred. "Kamu mengendalikan kekuatan yang bisa
mengguncangkan dunia. Aku tak mau membiarkan kekuatan tersebut berada di tangan
Ordo Kesatria. Ordo Kesatria sendiri beroperasi di bawah hierarki yang ketat.
Jadi, sulit untuk menolak perintah dari seseorang yang pangkatnya lebih tinggi.
Kuharap itu tidaklah benar, tapi akan sangat bodoh bila percaya kalau semua
orang di Ordo Kesatira bisa dipercaya. Sebagai kesatria pengawal Cornelia, kamu
takkan berada di bawah kendali semacam itu."
"Apa
Anda memerintahkan saya untuk menjadi kesatria pengawalnya."
"Tidak,
ini bukan perintah," ucap Alfred tersenyum pahit, "Dari awal aku
sudah bilang. Tepat sekarang ini, kamu tidak bertindak sebagai Kadet Kesatria
Wynn—ah, jikalau kamu menerimanya, aku harus menambahkan kata ‘matan’—tapi
sebagai Master sang Pahlawan, Wynn Bard. Apa pun pilihanmu, aku akan
menghormati keputusanmu.
Royce
memandang Alfred dengan tampang keberatan. Omong
kosong. Rakyat jelata mana mungkin bisa menolak keluarga kerajaan.
"Usia
Cornelia belum beranjak 18 tahun. Karenanya, jumlah pertunangan resmi yang
harus dipenuhinya sebagai keluarga kerajaan terbatas. Akan tetapi, bukan
berarti dia tak wajib memenuhinya sebagai keluarga kerajaan. Kamu akan
bertanggung jawab atas keselamatannya selama acara-acara tersebut. Sebagai
kesatria pengawalnya, hanya Cornelia seorang lah yang bisa memerintahmu.
Keberadaanmu juga akan bisa membantunya ketika berinteraksi dengan orang
terkemuka dari negeri asing bila Master sang Pahlawan berada di sisinya."
"Kami,
para Elf, sebagai pengamat akan bertindak netral untuk mencegah Kekaisaran
menyalahgunakanmu."
"Sebagai
pengguna sihir penguatan, dia sangat cocok denganmu. Selagi aku ingin
mendirikan kelompok resmi, ada banyak persiapan yang harus dilakukan. Sementara
ini, aku hanya fokus pada dirimu seorang."
Kesatria Pengawal Cornelia… normalnya, itu
merupakan suatu kehormatan besar bisa ditawari jabatan seperti itu. Para
kesatria yang mengawal Putri Kekaisaran Lemmroussell hanya bisa berasal dari
kalangan atas saja, dipilih dari Garda Kekaisaran. Sebagai seseorang yang
bercita-cita menjadi kesatria, cita-cita tersebut akan terwujud. Yah, Tuan
Putri sendiri adalah temannya, sih. Akan tetapi, apa yang mengganggu Wynn
adalah, dia bisa berada di sana karena dia merupakan "Master sag
Pahlawan”, bukan karena usahanya sendiri. Dia bisa mendapatkan posisi tersebut
karena dia cukup beruntung dulunya mengenal Leticia. Itu akan jadi suatu
tamparan keras bagi para kesatria lainnya yang telah mengucurkan darah,
mencurahkan keringat, dan air mata mereka yang menaikkan pangkat secara
perlahan.
Apa dia sendiri tidak keberatan? Akankah
itu benar-benar menjadi mimpi yang terwujud?
"Wynn."
Melihat keraguan Wynn, Cornelia akhirnya angkat bicara. "Sebelumnya kamu
ada bilang padaku mengenai bagaimana dirimu yang bermimpi menjadi seorang
kesatria. Kamu juga ada bilang padaku kesatria lebih kuat, bijaksana, dan
bertekad ketimbang yang lain. Pedang mereka ditujukan untuk membela yang lemah,
dan perisai mereka adalah pertahanan terakhir tuan mereka."
Cornelia
terlihat seperti saat pertama kali mereka bertemu di Akademi Kesatria. Tidak
bisa menemukan pasangan, dia terlihat kesepian dan tak berdaya. Cornelia
bertanya padanya dengan memohon, "Apa kamu menganggapku sebagai tuan yang
tak layak ‘tuk dilayani dan dilindungi?"
Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 56 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
1 komentar:
Brave dan Hero bedakah ? Dr ch2 sblumnya ada yg bilang. Hero, sage dan brave kn ?.
Reply