Arc 2.5 (Selingan)
Chapter
55 – Iblis #3
"Tidak,
aku tahu itu berbahaya, tapi mana mungkin aku bisa lari dan meninggalkan gadis
ini sendirian."
"Tapi,
nanti kau bisa terluka Laura."
"Ini
Iblis, lo? Yang diincarnya itu hanyalah gadis ini dan para petualang saja. Kau
tak perlu melibatkan dirimu juga!"
Laura
tetap menolak sekali pun Paul dan Louis memohon. Dilihat dari betapa eratnya
dia memeluk Evelina, Oort rasa, dia sudah semakin sayang pada gadis Avian itu.
Oort
memeriksa tangan kirinya yang sudah disembuhkan dengan sihir sambil
mendengarkan perdebatan yang tengah berlangsung di depan rumah.
"Tanganmu
yang terluka sepertinya sudah mendingan."
"Ya,
berkat dirimu."
Oort
berbalik pada seorang pemuda berjubah sihir yang tersenyum. Dialah satu-satunya
penyihir di antara para kesatria yang dikirim ke sini. Statusnya sebagai
seorang penyihir kerajaan bisa dilihat dari jimat emas dengan ukiran pentagram
yang tergantung di lehernya.
"Syukurlah
lukanya bisa lekas sembuh."
Oort
berbalik pada tiga orang yang tengah berdebat.
"Sepertinya
mereka tidak bisa membujuknya."
"Ya,
sepertinya begitu."
Paul
dan Louis yang menyerah pun pergi dengan merasa sedih, meninggalkan Laura yang
membangkang.
"Yah,
kurasa anak kecil sepertinya hanya akan jadi beban selama pertarungan, jadi
kita perlu seseorang untuk menjaganya. Namun, kami tak bisa menjamin
keselamatannya," ujar si penyihir yang memandang tajam Laura, dan mendecak
pelan lidahnya.
"Mengejutkan
sekali. Tadinya, kupikir para penyihir kerajaan itu dipenuhi orang-orang
sombong saja, tapi tak disangka kalau kau akan mengakui kemungkinan akan adanya
kegagalan."
"Haha,
kau ini bisa saja. Namun, ini hanya di antara kita saja…," ucap si penyihir
dengan lirih, lantas berkata, "Tak semua orang yang dikirim untuk
bertarung mempunyai kedudukan tinggi. Pada dasarnya, kami ini hanyalah rakyat
jelata. Memang ada pengecualian sih, tapi…"
"Begitu,
ya."
Si
penyihir pun memimpin Oort ke dataran berumput yang letaknya berdampingan
dengan ladangnya Laura. Rencananya mereka akan melawan si Iblis di dataran
terbuka guna meminimalisir kerusakan di daerah sekitarnya.
Sewaktu
mereka berjalan berdampingan, Oort merasakan adanya tatapan yang ditujukan
padanya. Tatapan itu berasal dari kelima orang kesatria yang mengawasi dataran
tersebut.
Selepas
menerima kabar Oort mengenai si Iblis, Serikat Petualang segera meminta bantuan
dari Ordo Kesatria, tapi hanya lima orang kesatria dan seorang penyihir muda
sajalah yang mereka kirimkan.
Tunggu sebentar! Lawan kalian ini Iblis,
‘kan? Hanya mengirim orang sesedikit ini, apa sih yang mereka pikirkan?!
Teriak Lilia sang resepsionis begitu mengetahuinya.
Oort dengan ragu
bertanya, "… Menurutmu, apa kita punya cukup orang untuk menang?"
"Kurasa
akan hebat bila hanya dengan kita saja bisa memenangkannya," balas si
penyihir dengan tampang kesusahan.
Para
Iblis yang mengabdi pada Raja Iblis terbagi ke dalam tiga tingkatan berdasarkan
kekuatannya. Duke, Marquis, dan Count merupakan tingkatan Iblis terkuat.
Viscount dan Baron berada pada tingkatan kedua, sedangkan Kesatria dan Prajurit
berada di tingkatan ketiga. Para Iblis yang menduduki tingkatan Count ke atas
mempunyai nama tersendiri. Semakin tinggi tingkatan mereka, maka semakin kuat
pula Iblis tersebut.
Dahulu
kala, Duke Iblis pernah muncul dan membawa kehancuran pada peradaban yang
tengah berkembang pesat.
Namun,
setelah 500 tahun berlalu, kini perbatasan antara manusia dan Iblis sudah
menjangkau ke sebuah negara di barat laut dari Lemmroussell. Walau begitu,
hanya para warga dan prajurit yang berada di garis depan lah yang merasakan
bahaya. Bagi mereka yang tinggal di pusat kekaisaran, menganggap itu hanyalah
sekedar persoalan yang selevel dengan membasi monster sembarangan.
"Yah,
begitulah pemikiran para petinggi. Bahkan di garis depan sekali pun, para Iblis
tidak hanya sembarangan muncul begitu saja, jadi informasimu pasti dianggap
salah. Mereka lebih memerhatikan fakta bahwa Iblis itu terlihat seperti Kobold
raksaksa ketimbang fakta bahwa sebenarnya itu adalah Iblis yang mempunyai nama
Veldaroth. Kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya, jadi tidak heran kalau
mereka tidak memercayaimu," ucap si penyihir dengan mengangkat bahunya
sambil mendecakkan lidahnya beberapa kali. Oort rasa kalau mendecakkan lidahnya
itu merupakan kebiasaannya.
"Mungkin
jumlah kami tak sebanyak yang diinginkan, tapi kami akan berjuang semaksimal
mungkin."
"Kami
akan mengandalkan kalian."
Kedua
lelaki tersebut memandang matahari yang terbenam di cakrawala, dengan langit
yang dihiasi warna merah darah. Batas waktu selama tiga hari sudah berakhir,
dan malam ketiga pun tiba.
***
Matahari
telah terbenam, dan petang pun tiba.
"Onii-chan."
Para
petualang yang berada agak jauh dari para kesatria lah yang pertama menyadari
adanya kekacauan. Laura memeluk erat Evelina di dadanya. Mereka sudah
memutuskan untuk ikut karena menetap di rumah pun sama bahayanya.
Tatapan Leti hanya
terpaku pada satu sudut ladang saja. Dia berpegang erat pada Wynn. Ada suatu
bayangan hitam pekat di sudut ladang tersebut.
"Apaan
ini? Cuman segini saja, ya?" cibir Veldaroth saat tubuhnya terwujud dari
bayangan itu.
"Itu
bukan Kobold!"
"Sudah
jelas itu mah bukan Kobold… tapi Iblis!"
"Dasar
para atasan sialan! Ini semua karena mereka tidak membaca laporannya!"
Wynn
bisa mendengar keluhan para kesatria di depannya.
"Kalian
ini meremehkanku apa. Bener-benar ‘ngerti enggak sih, kalau ini bakalan jadi
pertarungan buat hidupmu? Enggak bakalan kubiarkan seorang pun hidup, lo?"
mengacuhkan para kesatria yang tengah panik di hadapannya, Veldaroth
melontarkan pernyataan kematian pada para petualang yang ada di belakang
mereka. Perasaan menyesakkan yang sama seperti saat terakhir kali mereka
bertarung kembali menyelimuti para petualang, tak terkecuali para kesatria yang
berada di antara keduanya. Rasa takut mengerikan yang melanda semua orang yang
berada di sana membuat bahu mereka gemetaran.
"I-Ini…"
Apaan ini? Terhenti hanya karena haus darahnya saja? Oort mengangkat tamengnya
seakan berusaha menghalau tekanan intimidasinya. Dia sekilas melirik Leti yang
ada di sampingnya. Gadis itu meringkuk, bersembunyi di balik punggung Wynn.
Apa dia juga merasakan haus darah yang sama
seperti sebelumnya? Oort terkesan dengan keteguhan mental gadis itu. Orang
berpikiran lemah pasti sudah akan pingsan sekarang. Meski semangat juang para
kesatria dan petualang sudah menurun, mereka masih tetap sadar. Oort juga
menyadari bahwa Laura pun mampu berjuang terhadap tekanan itu. Dia terus
memeluk Evelina, menahan haus darah yang menakutkan tersebut. Namun, mereka
semua hanyalah bisa bertahan.
Semuanya,
termasuk para kesatria terdiam di tempat, nyaris tak mampu bertahan.
Semuanya,
kecuali seorang.
Oort
melihat sesuatu bergerak dari sudut matanya. Wynn melangkah maju, menghunuskan
pedangnya ke arah Veldaroth.
"…
Se-seorang sepertimu… mana mungkin bakalan bisa menang!" jelasnya secara
terus terang, dengan wajah merah sembari melindungi Leti di belakangnya.
Kata-katanya membebaskan yang lainnya dari mantra Veldaroth.
"Cih!
Musuh kita ini adalah Iblis! Kita sudah membulatkan tekad! Hunus pedang kalian!
Bergerak sesuai rencana!" perintah si penyihir, memimpin para kesatria.
"Karuniailah aku kekuatan!" rapal
para kesatria dengan serentak, dan tubuh mereka pun diselimuti cahaya.
"Wahai es beku, terwujudlah!" rapal
salah seorang kesatria, dan es pun terwujud dari kaki Veldaroth. Di saat yang
sama, muncul es runcing dari tanah dan menusuk dadanya Veldaroth. Ujungnya yang
tajam akan bisa dengan mudahnya menembus tubuh manusia.
"Grrrah!!!"
Veldaroth mengayunkan gada besar yang sama seperti terakhir kali bertarung.
Tombak yang terwujud dari sihir pun hancur menjadi serpihan-serpihan kecil,
berceraian di udara. Ketiga kesatria yang tak merapal, maju mendekat. Pedang
mereka yang dilapisi mana menyayatkan lengkungan perak lewat serpihan-serpihan
itu.
"Tidak
mempan?!"
"Hei,
di atas sini!" Veldaroth melompat tinggi di udara, lalu mengayunkan
gadanya ke ketiga kesatria itu. Terdengar dentaman saat gadanya menghantam
mereka.
"Mereka
menahannya!" teriak kaget Oort. Para kesatria yang mampu menahan hantaman
itu, lengan kirinya patah. Veldaroth terlempar mundur akibat dari hantamannya,
dan berusaha mendapatkan pijakannya kembali.
"Wahai kilauan baja! Koyak lah kehampaan
dengan seribu pedang!" rapal si penyihir sewaktu mengumpulkan Mana
yang cukup. Veldaroth membungkukkan badannya ke dalam posisi bertahan saat
kilauan pecahan metalik yang tak terhitung jumlahnya muncul dan menghujaninya.
"Wah…"
seru kagum seseorang mencapai telinga Wynn saat dia menyaksikan pertarungan
dengan terengah-engah. Leti juga dengan takut menyaksikan pertempuran yang
tengah berlangsung di balik punggung Wynn.
Kuatnya!
Hebat! Keren banget! Para kesatria yang
dikagumi Wynn, sekarang tengah bertarung tepat di hadapan matanya! Jantungnya
berdebar-debar. Serangan yang tak mampu ditahan para petualang, mampu ditahan
oleh para kesatria. Malahan, mereka justru mampu menangkis hantaman yang amat
kuat.
"Sudah
kuduga, kesatria memang yang terkuat!" bual Wynn pada Leti, yang tak
sanggup menahan rasa kagumnya. "Hebat banget! Aku ingin jadi seperti
mereka!"
Tombak
api, angin, dan tanah terbentuk, lalu terbang ke arah Iblis itu satu per satu.
Di dalam kegelapan, kilatan perak dari Mana bisa terlihat di sekitar Veldaroth.
Tiap kali Veldaroth bergerak menyerang, si penyihir menembakkan mantra serangan
yang kuat padanya. Usai setiap mantra ditembakkan, para kesatria akan segera
meneruskannya dengan serangan. Koordinasi mereka tanpa celah.
"Tapi
Onii-chan, ada perasaan mengerikan
yang semakin membesar dari orang anjing itu! Bisik Leti, suaranya gemetaran
saat dia menatap Wynn dengan ketakutan.
"Huh?"
Wynn nyaris tak punya waktu untuk memahami peringatan Leti sebelum situasinya
menjadi tambah buruk.
"Whoa!'
Tangan
kiri Veldaroth tiba-tiba melesat keluar dari kumpulan asap yang dibuat oleh
bola api, dan mencengkeram salah satu kepala kesatria.
"Tu-Tunggu!"
karena takut mengenai rekan mereka, rentetan sihir pun terhenti untuk sesaat.
Kres.
Tangan
Veldaroth yang satunya menembus dada kesatria yang malang itu. Dengan berteriak
kaget, seluruh kekuatan lenyap dari tubuh kesatria itu, yang kemudian
dilemparkan ke samping. Veldaroth memelototi para kesatria lainnya. Mereka
langsung melompat mundur untuk menjaga jarak. Kaki mereka yang diperkuat,
membuat mereka bisa bergerak lebih cepat. Bagi manusia biasa mana pun, mereka
akan terlihat menghilang, tapi Veldaroth dengan mudahnya mengejar para kesatria
itu.
"Kalian
terlalu lamban!" seru Veldaroth sembari menyapukan kakinya di udara. Suara
benturan keras bisa didengar saat kaki Iblis itu menghantam kepala kesatria
lainnya. Tubuhnya terlempar ke udara, lemas layaknya boneka kain.
Veldaroth
nampak sama sekali tanpa luka meski sudah terkena retentan serangan yang baru
saja dideritanya. Dia memamerkan giginya, lalu berteriak dalam gelak tawa,
"Hei, aku baru mulai, nih!"
"Eliza,
lapisi senjata kami dengan Mana," suruh Oort dengan suara lirih. Dia
takkan menyerah tanpa perlawanan. Dengan suara buk, kesatria lainnya pun mati, tubuhnya dilemparkan dengan anggota
badannya terlentang.
Eliza
baru mulai merapal sewaktu dia mendengar jeritan.
"EeeaaaaAAAAAAAAA!"
"Hei,
Wynn!"
Wynn
menyerang langsung Veldaroth.
"Apa?!"
si penyihir kekaisaran yang terkejut, mencoba menghentikan Wynn, tapi tak
sempat.
"Hei!
Kau takkan bisa mengalahkannya dengan pedang biasa!" ‘Wahai pedang, penuhilah keinginanku: lapisilah pedang itu dengan
kekuatanku!’ pedang Wynn pun memancarkan cahaya.
"Oh,
bukannya kau bocah kurang asem waktu itu! Jadi kau mau mati duluan, ya?"
masih ada kepala lainnya lagi yang dilemparkan, dan Veldaroth berbalik untuk
menghadapi bocah laki-laki itu.
"Cih.
Ini takkan bertahan lama tapi… ‘Wahai
sihir, dengarlah perintahku! Mengalir lah ke dalam dirinya! Tunjukkanlah
kekuatanmu!" dengan mendecakkan lidahnya lagi, si penyihir merapal
mantra lainnya. Kecepatan Wynn menjadi lebih cepat. Dalam sekejap mata, dia
sudah menjangkau dadanya Veldaroth. Wynn menebas secara diagonal. Menarik
kembali pedangnya, Wynn menusuk Iblis itu. Veldaroth berputar ke samping,
menghindari tusukkan itu.
"Kemampuan
yang bagus! Kau pasti bisa menjadi pendekar pedang hebat kalau tak bertemu
denganku!" Veldaroth mengayunkan tinjunya ke bawah, tapi Wynn berhasil
menghindarinya, yang nyaris membuatnya dihancurkan. Dia berjongkok, menebas
kaki Iblis itu, lalu melompat mundur. Cahaya merah marun ditembakkan dari mulut
Veldaroth ke arahnya. Wynn mundur dengan gerakkan zig-zag.
"Sialan!
Tidak ada celah untuk masuk…"
"Tidak
bisakah kau merapalkan sihir penguatan pada kami juga?"
"Cih.
Bisa sih, tapi takkan bertahan lama!"
"Tapi,
si bocah Wynn itu…"
"Ya,
aku juga kaget. Sihir yang diberikan padanya lebih efektif dari yang kuduga,
tapi tetap saja takkan bertahan lama!" kelompok Oort sudah berlari
menghampiri si penyihir, tapi hanya bisa mengeritkan gigi saja karena frustrasi
tak bisa turun tangan. Wynn dan Veldaroth bertarung dalam kecepatan yang
tinggi. Mereka saling berbenturan, memisahkan diri, lalu segera berbenturan
lagi.
"Aku
takkan bisa menggunakan sihir serangan apa pun kalau seperti ini!" Eliza
menghentikan rapalannya karena tak bisa memberikan bantuan dengan aman.
"Diamlah,
berengsek!" ucap Veldaroth dengan geram saat dia menembakkan bola cahaya
satu per satu. Kecepatan serangannya semakin bertambah cepat. Kenyataan bahwa
dia kesulitan dari yang dikiranya, membuatnya jengkel. Salah satu bola cahaya
itu menghantam tanah di dekat kaki Wynn. Dia memanfaatkan dampaknya untuk
mendorong dirinya ke atas. Kekuatan dari ledakan membuatnya bisa lompat lebih
tinggi.
"Cih!
Ini gawat! Sekalipun dia berhasil menyerangnya, sihir yang kuberikan terlalu
lemah!" sesal si penyihir yang mendecakkan lidahnya. Veldaroth mengangkat
tangan kirinya yang diselimuti cahaya merah marun, dan menangkis serangan Wynn.
Pedang Wynn tak mampu menjangkau tubuh Veldaroth. Dengan sekali ayunan tangan
Iblis itu, Wynn dihempaskan ke udara. Dia mendarat di tanah dengan kakinya,
tapi Veldaroth sudah berada di atasnya. Rentetan pukulan dan tendangan
menghujani bocah itu. Wynn mati-matian menghindari tiap serangannya, tak bisa
menemukan satu celah pun untuk menyerang. Tiap kali dia mencoba menjauh,
Veldaroth terus mendekatinya.
"Berakhir
sudah… sihir penguatannya akan…" cahaya putih yang menyelimuti tubuh Wynn,
perlahan mulai memudar. Ditambah lagi, serangan Veldaroth yang penuh dengan
tipuan, mencoba membingungkan Wynn. Veldaroth menendang sisi kiri Wynn. Wynn
memegang pedangnya secara vertikal, tangan kirinya menahan bilah rata pada
pedangnya, mencoba bertahan dari kekuatan tendangan Veldaroth.
"Tidak
bisakah kau merapalkan mantra penguatan lagi?"
"Cih!
Hanya seseorang yang punya kekuatan sihir lebih kuat dariku saja yang bisa
menimpa mantraku selama efeknya masih berlangsung!" si penyihir
mendecakkan lidahnya lagi saat menjawab pertanyaan putus asa Oort.
"Sial!
Kita tak bisa berbuat apa-apa!" umpat Louis. Paul mengepalkan tangannya
hingga berdarah.
Tiba-tiba,
mereka semua mendengar sebuah lagu yang terasa aneh, mengingat situasinya yang
tegang. "Apaan ini?!" seru para petualang saat mereka berbalik.
"Onii-chan tidak mungkin kalah!" suara
tersebut ternyata berasal dari Leti. Aura di belakangnya menyinarkan beberapa
lingkaran sihir. Cahaya yang menyilaukan terpancar dari tubuh Wynn.
***
Saat
memeluk Evelina, Laura menyadari sesuatu yang aneh dari gadis itu, Leti. Yang
dilakukannya hanyalah menatap pertarungan antara Wynn dan Veldaroth. Sebelum
Wynn memasuki pertarungan, dia ketakutan saat menyaksikan para kesatria
bertarung di balik punggungnya Wynn. Sewaktu para kesatria dibunuh dengan
kejam, Laura menutup mata Evelina saat Leti menutup matanya sendiri. Tapi kini,
dia terus menyaksikan pertarungan dengan tatapan kosong.
Apa
dia sudah muak dengan rasa takutnya? Laura bertanya-tanya. Tak lama berselang,
suara yang kurang jelas keluar dari bibir kecilnya Leti. Pikir Laura itu adalah
suara kicauan burung, tapi saat mendengarkannya dengan saksama, dia bisa
mendengarnya dengan jelas, nyanyian malaikat. Laura secara spontan mengulurkan
tangannya untuk memeluk Leti juga.
Wus, sebelum tangannya menjangkau gadis
itu, hembusan angin menjauhkan tangan Laura. Diterpa oleh angin, Laura
menyipitkan matanya, berusaha untuk tak kehilangan pandangannya dari Leti. Pola
lingkaran rumit dari cahaya yang tak terhitung jumlahnya, terbentuk di sekitar
Leti. Si penyihir mengenali itu sebagai lingkaran sihir.
"…
Tidak mungkin…" Leti berhenti bernyanyi untuk membisikkan sesuatu.
"Huh?"
Laura tak bisa mendengarnya dengan jelas karena kencangnya angin.
"Onii-chan tidak mungkin kalah!" kali
ini, dia mendengarnya dengan jelas. Rasa takut Leti sudah hilang. Bunyi
suaranya yang keras melintasi dataran terbuka itu, dan suaranya nampak seolah
bisa menjangkau Wynn yang tengah bertarung di kejauhan. Di saat yang sama,
tubuh Wynn bersinar lebih terang.
"Sihirku
ditimpanya?!" ucap si penyihir dengan termegap-megap karena terkejut…
"Gadis
sialan itu, ya?!" Veldaroth juga menyadarinya. Satu per satu lingkaran
sihir muncul di sekitarnya. Dengan sebuah gelombang dari tangannya, bola-bola
cahaya ditembakkan ke arah Leti. Saat perhatiannya tertuju pada Leti, dia
berteriak, "Kalahkan dia!"
Sinar
pedang Wynn lebih terang dari sebelumnya. Dengan kecepatan luar biasa, dia
mendekat dan mengayunkan pedangnya, memotong tangan Veldaroth yang tanpa
pertahanan.
"AAAAAAAAAAAARGH!!!"
Iblis itu meraung. Pedang kesatria terasa seperti tusuk gigi tipis dibandingkan
dengan pedang Wynn saat ini. tangannya yang dipotong hancur menjadi debu.
"GrrrrrrrRRR!"
geram Veldaroth saat menatap Wynn, matanya dipenuhi amarah dan kebencian.
"ROAAAAR!!!"
dikuasai amarah, Veldaroth melepaskan laser cahaya, tapi Wynn lenyap dari
pandangannya. Bahkan para petualang yang menyaksikan pun, nyaris tak bisa
mengikuti pergerakannya. Mereka tertegun dengan betapa cepatnya Wynn mampu
menyesuaikan kemampuan fisiknya yang sangat meningkat. Luput dari sasarannya,
laser cahaya itu meledakkan bukit di dekatnya, hingga menembus ke dalam hutan.
Tak lama berselang, terdengar suara gemuruh yang menggelegar.
Pandangan
semua orang pun tertuju pada awan jamur raksaksa itu, tak mau membayangkan apa
yang akan terjadi kalau laser itu menghantam ibu kota. Berbeda dengan rentetan
bola api sebelumnya, laser itu mampu menghancurkan seisi kota. Veldaroth mulai
menunjukkan kekuatan sejatinya.
Waspada
terhadap kekuatan penghancur seperti itu, Wynn bergerak mendekat. Dia
menebaskan pedangnya secara horizontal, lalu mengayunkannya dari atas.
Veldaroth tak berusaha untuk menangkis tebasannya secara langsung kali ini.
Cahaya dari Mana Leti sudah mempertajam tepi pedang Wynn, dan bisa menebas
Iblis itu dengan mudah.
Veldaroth menyelimuti
tangan kanannya yang masih tersisa dengan cahaya merah marun, dan meninju
pedang Wynn yang bersinar. Sewaktu cahaya merah marun bentrokan dengan cahaya
putih itu, pedangnya terhenti. Aura yang saling bentrokan itu, meniadakan
dampak dari bentrokan. Veldaroth berusaha mengambil jarak, bergerak dengan
kecepatan yang melebihi manusia. Begitulah seharusnya. Namun, Wynn berhasil
mengikutinya.
Kilatan
cahaya merah marun dan putih menerangi langit malam saat mereka terus
bertarung. Kebuntuan berlanjut seakan-akan terasa berlangsung selamanya.
Tiba-tiba, Veldaroth berjongkok, berusaha menyapu kaki Wynn. Bocah itu pun
melompat mundur untuk menghindar. Melihat Iblis itu masih berjongkok, Wynn
segera melompat maju untuk menikamnya. Di saat itu jugalah Veldaroth membukakan
mulutnya, cahaya merah marun terkumpul di dalamnya.
Itu jebakan! Pikir para petualang, si
penyihir, dan satu-satunya kesatria yang masih hidup. Veldaroth berjongkok
seolah membuat celah pada kepalanya, tapi itu hanya untuk memancing Wynn. Tak
peduli seberapa kuat tubuh Wynn, tidak mungkin dia bisa menghindar selagi
berada di udara.
Kilatan binatang buas
bersinar dalam mata Veldaroth. Tanpa pikir panjang, pedangnya Wynn terlebih
dahulu menjangkaunya. Saat cahaya putih itu menghantam cahaya merah marun, itu
meledak. Wynn jelas tak mampu menghindari ledakan dari jarak sejauh itu. Namun,
dia muncul dari ledakan tanpa cedera, terlindungi oleh bebuluan halus yang
nampak terbuat dari cahaya.
Leti
mengalihkan pandangannya dari Wynn pada Evelina. Gadis Avian itu tengah
berdiri, dengan membentangkan sayap putih murninya lebar-lebar, mata merahnya
berkilau. Rambutnya terkibar angin saat tangan kanannya menunjuk ke arah Wynn.
Avian adalah ras yang
dianggap hampir mendekati dewa, diberkahi dengan perlindungan dari roh. Evelina
merapalkan mantra untuk memberikan perlindungan yang serupa. Leti tak tahu
betul apa yang sudah terjadi. Yang dia tahu hanyalah Evelina sudah berbuat
sesuatu. Untuk pertama kalinya semenjak mereka bertemu, Leti sekilas tersenyum
pada gadis yang seumuran dengannya sebelum berbalik lagi pada Wynn.
Di
mata Leti tak ada yang lebih kuat, mulia, serta bisa sangat diandalkan. Gadis
itu menyaksikan saat bocah itu mengambil pedang yang sudah terlempar oleh
ledakan.
Kepala
Veldaroth sudah meledak dalam ledakan itu, tapi tubuhnya yang tersisa masih
tetap berdiri. Pedang Wynn bergerak melintasi lebarnya tubuh itu.
Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 55 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
3 komentar
next min , tetap semangat 45
ReplyLanjut min,mantap nih LN...
ReplyLanjut min, thanks and semangat :))
Reply