Tuesday, May 28, 2019

Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 57 Bahasa Indonesia



Arc 3

Chapter 57 – Pembukaan



            Pagi Leticia dimulai lebih awal. Padahal, orang berkedudukan seperti dirinya bisa saja bangun saat matahari sudah berada di langit dengan sekelompok pelayan yang senantiasa melayaninya. Namun, dia selalu sudah bangun sebelum fajar menyingsing, di mana para pembuat roti belum memanggang rotinya. Semenjak bertemu Wynn, tak sekali pun ia terlambat bangun.

            Dia tidur di asrama perempuan Akademi. Tiap pagi, kamarnya selalu gelap. Akademi memang tak melakukan diskriminasi berdasarkan kedudukan sosial, tetapi para bangsawan tetap mendapatkan kamar pribadi. Pun Leticia, yang telah memperoleh pengakuan sebagai siswi beasiswa khusus karena merupakan putri Duke, sekaligus sang pahlawan yang telah menyelamatkan dunia. Hanya ada segelintir siswa-siswi saja yang mendapatkan perlakuan serupa.

            Leticia menyelinap dari tempat tidurnya. Saking dinginnya udara dini hari, napasnya pun sampai bisa dilihatnya. Dia tak bisa menunggu hingga fajar, sekali pun udara nanti akan terasa hangat. Rambut emasnya bermandikan sinar rembulan. Dia mengikat rambutnya dan merapikan pakaiannya sambil bercermin pada cermin duduk di meja riasnya. Hal ini jugalah yang membedakan Leticia dengan perempuan bangsawan lainnya yang selalu meminta bantuan pelayannya. Dia pun mengambil bingkisan kecil dari rak sebelum meninggalkan kamarnya.

           Cahaya dari peralatan sihir sudah cukup ‘tuk menerangi jalannya. Siswa-siswi lainnya masih lah tertidur, sehingga ia pun berjalan dengan hati-hati. Kemampuan dalam menyembunyikan hawa keberadaannya semakin terasah berkat pengalaman yang mengharuskannya bersembunyi saat melewati monster-monster. Kemampuan tersebut ia pelajari dari Wynn selama bekerja sebagai seorang petualang.

            Dia pun meninggalkan bangunan asrama. Di luar masih terasa sunyi; hanya ada rembulan yang ditemani bintang-bintang di langit, yang mana cahayanya menimbulkan bayangan gelap di bawah pepohonan. Dia menuju asrama lelaki, yang jauhnya satu blok dari asrama perempuan. Leticia perlahan melemaskan tubuhnya dan mengambil napas panjang. Lalu, dia pun pergi dengan santai. Daerah di sekitarnya berlalu dengan cepat, ia mengintip dari balik pohon dan melihat Wynn tengah mengayunkan pedangnya.

            Perlahan, dia melatih tiap gerakannya, memerhatikan pedang serta sikapnya. Dia memusatkan semua tenaganya pada tiap ayunannya. Tekniknya sendiri tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik saja, tetapi juga seluruh tubuhnya guna mempercepat gerakannya. Sehabis melakukan semua gerakan dasar, Wynn istirahat sejenak ‘tuk mengatur napas.

            Biasanya, saat ini dia berlari ke Penginapan Pengelana Bird untuk ikut bantu-bantu mempersiapkan penginapan sambil melatih kakinya juga. Akan tetapi, belakangan ini Hanna mempekerjakan pegawai baru, sehingga membuatnya tak perlu ikut bantu-bantu lagi saat pagi. Namun, sulit baginya untuk menghilangkan kebiasan bangun di dini hari. Karena dirinya jugalah jadwal Leticia dimulai lebih awal juga. Leticia menarik napas… lalu menghembuskannya.

            Kamu pasti bisa! Dia mengepalkan tangannya ‘tuk menghimpun keberaniannya. Tatapannya tertuju pada bingkisan di tangannya. Dia memastikannya dahulu sebelum berjalan.

            "Hm? Selamat pagi, Leti."

            "Pagi, Kak."

            Menyadari Leticia mendekat, Wynn menurunkan pedangnya ‘tuk menyapanya. Sapaannya pun dibalas dengan senyuman. Kuharap senyumanku ini bisa mengalihkan perhatiannya, pikir Leticia.

            "Tunggu sebentar, ya. Sebentar lagi aku beres. Oh, mau ikut latihan juga?"

            "Tidak, aku lihat dari sini saja."

            Wynn mengangguk dan lanjut latihan. Selagi Leticia melihatnya, rasa gugupnya pun kian menghilang. Bilah pedang Wynn bergemerlapan di udara dengan lugas dan luwes. Wynn lebih suka melakukan serangan balik usai menghindari lawan, sama halnya dengan Leticia sendiri.

            Tidak, tegur Leticia dalam hatinya, akulah yang menggunakan teknik berpedangnya. Dia bisa melihat hembusan napas dari mulut Wynn yang tengah menari. Berkat teknik berpedang yang diajarkannya lah, dia sanggup melewati pertempuran yang tak terhitung jumlahnya. Pedang Wynn mengayun secara horizontal di udara, lalu terhenti. Tarian pedangnya telah usai. Dia pun melemaskan diri selagi terengah-engah.

            "Latihan yang bagus." Leticia menghampiri Wynn yang tengah mencoba mengatur napasnya.

            "Oh, terima kasih."

            "Apa latihan hari ini sudah selesai?"

            "Ya, matahari juga sudah mulai terbit. Memangnya kenapa?"

            "Eng, begini…"

            Tenanglah! Ucap dirinya sendiri sewaktu sadar jantungnya mulai berdetak kencang.

            "Ada apa?"

            "I-Ini." Leticia menyerahkan bingkisannya.

            "Selamat sudah menjadi kesatria pengawal, Kak!"

            "Buatku?"

            "Iya."

            "Oh, terima kasih banyak! Aku buka, ya?"

            Leticia mengangguk. Isinya, tedapat beberapa buku.

            "Oh, hebat! Barang mahal ini…" Buku merupakan barang mahal. Bahkan, harganya pun sampai ada yang sekeping koin emas.

            "Itu semua buku sejarah, serta epos. Aku memilih yang mungkin kamu sukai."

            "Aku ingin segera membacanya! Terima kasih banyak! Aku akan merawatnya dengan baik." Melihat Wynn yang membolak-balikkan salah satu bukunya dengan tersenyum lebar, membuat Leticia senang. "Bagaimana cara aku membalasnya?"

            Kena, deh! Leticia membuat gestur keberhasilan dalam benaknya. Dia telah memperkirakannya berdasarkan kepribadian Wynn.

            "Apa yang harus kulakukan, ya…"

            "Kalau begitu… maukah menemaniku belanja?"

            "Belanja? Kau ingin aku membawa barang bawaanmu?"

            "Ya, sudah lama aku pengin pakaian baru."

            "Memangnya tidak bisa beli dari pedagang langganan keluargamu?"

            "Bisa, tetapi… aku pengin kakak bantu memilih juga."

            "Tapi, aku tidak tahu banyak soal pakaian perempuan, lo?"

            "Selama itu yang kakak suka, aku tidak keberatan, kok."

            Sekalipun hanya kamu seorang yang suka, tambah Leticia dalam benaknya.

            "Baiklah. Sore ini aku ada panggilan dari Cornelia. Jadi, pas hari liburku saja, ya."

            "Janji, ya?"

            Wynn tersenyum mendengar suara riangnya Leticia. Menduga Wynn telah memahami maksudnya, Leticia pun tersipu.

            "Oh iya, mulai hari ini kakak akan menjadi kesatria pengawal. Bisa kasih tahu aku alasannya?"

            "Oh, soal itu?" Wynn memiringkan kepalanya saat berpikir. Dia menceritakan pembicaraannya dengan Alfred, Cornelia, dan Tiara.

            "Memangnya itu pernah terjadi?" Tak mampu mengingat pengalaman bertarung pertamanya, Leticia mendengarkan cerita Wynn dengan penuh minat, dan tertarik dengan serangkaian kejadiannya. Akan tetapi, sewaktu menceritakan pembahasan soal menjadi kesatria pegawal Cornelia, wajah Leticia rada muram. "Begitu, ya… Cornelia lah orang yang mesti kakak lindungi…" lirihnya.

            "Kau tahu ‘kan, aku ini selalu ingin menjadi kesatria, dan kurasa Cornelia juga adalah orang yang pantas ‘tuk kulindungi. Makanya… eh? Leti?"

            "Hmph. Begitu, ya. Karena Cornelia, ya."

            "Le-Leti?"

            Leticia menatap Wynn dengan menengadah, mengembungkan pipinya. Uwa, dia kelihatan manis, pikir Wynn. Mengembungkan pipinya adalah kebiasaannya sedari kecil. Dia akan mengembungkan pipinya saat tak merasa senang. Melihat Leticia cemburu pada Cornelia membuat Wynn sedikit tersenyum. Dia pun bilang, "Leti juga sangat penting buatku."

            Terlihat rada tersenyum, Leticia pun kembali merengut. Lalu, Wynn pun menepuk kepalanya. "Mm~, aku takkan tertipu!" suaranya kedengaran rada lucu saat mencoba mempertahankan tatapan marahnya.

            "Aku lapar, nih. Mau sarapan bareng?"

            "Eh, sarapan? Ikut!"

            Gampang sekali… Wynn tergelak. Kemarahan Leticia langsung sirna usai mendengar kata "Sarapan". Makanan di akademi memang tidak terlalu mahal, tetapi disajikan dalam porsi sedikit dengan rasa yang lebih lembut. Itu bukanlah hidangan yang memuaskan. Kendatipun keturunan bangsawan, Leticia besar sambil memakan makanan rakyat jelata. Jadi, dia lebih senang makan di luar akademi. Wynn berusia enam belas, sedangkan Leticia empat belas tahun. Mereka adalah anak yang sedang dalam masa tumbuh, dan telah berlatih sepanjang pagi. Jadi, wajar bila mereka kelaparan.

            Mereka menyapa penjaga yang dikenali sewaktu melewati gerbang akademi. Para pedagang silih hiruk pikuk saat mendirikan stan mereka di kedua belah sisi jalan. Di suatu persimpangan besar, terdapat banyak stan jalanan yang sudah buka, berharap makanan ringan yang dijualnya dibeli para pengembara yang lewat. Aroma yang menggugah selera dari roti bakar, sayuran, dan daging panggang yang dibumbui rempah-rempah melayang ke hidung mereka.

            Wynn dan Leticia pun memesan roti dari salah satu stan tersebut. Tambah bayar untuk mentega, Leticia menebarkannya di atas irisan roti dan menempatkan daging beserta sayuran di antara irisan rotinya. Rasa mentega dan daging yang berair tercampur dalam mulutnya. Wajah Leticia larut dalam kenikmatan. Wynn memesan buah jeruk dari stan lainnya. Buah jeruk tersebut disajikan dalam piring, dibagi menjadi dua bagian. Dia memberikan separuhnya pada Leticia. Jus buah memang memuaskan dahaga, serta rasa asam dan manisnya pun terasa menyegarkan.

            "Enak." Setelah kenyang, dia tersenyum senang saat melihat Wynn menggigit rotinya. Dia pun menutup matanya, mengayunkan tubuhnya, dan mulai bersenandung.

            Sewaktu masih kecil, Wynn selalu mulai makan setelah Leticia selesai. Namun kini, mereka makan berbarengan, sekali pun Wynn makannya lebih banyak. Alhasil, Leticia yang makannya sedikit pun akan selesai duluan. Makanya, dia akan bernyanyi hingga Wynn selesai makan. Dia menyanyikan lagu yang dipelajarinya dari Wynn, serta yang telah dipelajarinya selama perjalanannya. Leticia suka menyanyi. Dia terus bernyanyi, menikmati kehangatan, kenyamanan berada di samping Wynn.

            Tak lama berselang, di sekelilingnya pun mulai ramai. Para pengembara yang tengah dalam perjalanannya dan pemilik stan yang sibuk bersiap-siap, semuanya terhenti ‘tuk mendengarkan. Tak ada yang sadar kalau gadis tersebut adalah sang Pahlawan. Mereka hanya terpikat oleh suara Leticia. Dia pun baru sadar telah membuat kerumunan pas berhenti bernyanyi, dan merasa malu. Tersipu dengan bergelinangkan air mata, dia menyeret Wynn untuk kabur. Wynn menatapnya dengan ramah, senang dia dalam suasana hati yang baik.

            Terdapat berbagai kabar burung yang meresahkan dari daerah perbatasan antara Lemmroussell dan Petersia yang menyebar melalui ibu kota. Ada yang bilang, Pahlawan telah memimpin Kekaisaran ‘tuk memukul mundur orang-orang Petersia. Lagu yang dinyanyikan Leticia pun adalah harapan seseorang akan keselamatan orang yang dicintainya di medan perang.

            Padahal, sebenarnya dia hanyalah seorang gadis yang suka bernyanyi saja.

            Sesekali, angin menghembuskan rambutnya, hingga menyeka bagian belakang lehernya.

            Aku ada panggilan dari Cornelia. Jadi, aku harus lekas pergi, tetapi…

            Wynn berencana untuk tiba lebih awal, tetapi dia memutuskan untuk tetap menikmati musik sedikit lebih lama lagi, sekali pun harus buru-buru nantinya.


⟵Back         Main          Next⟶


Related Posts

Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 57 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh

2 komentar