Arc 3
Chapter 57 – Pembukaan
Pagi Leticia dimulai lebih awal.
Padahal, orang berkedudukan seperti dirinya bisa saja bangun saat matahari
sudah berada di langit dengan sekelompok pelayan yang senantiasa melayaninya.
Namun, dia selalu sudah bangun sebelum fajar menyingsing, di mana para pembuat
roti belum memanggang rotinya. Semenjak bertemu Wynn, tak sekali pun ia
terlambat bangun.
Dia tidur di asrama perempuan
Akademi. Tiap pagi, kamarnya selalu gelap. Akademi memang tak melakukan
diskriminasi berdasarkan kedudukan sosial, tetapi para bangsawan tetap
mendapatkan kamar pribadi. Pun Leticia, yang telah memperoleh pengakuan sebagai
siswi beasiswa khusus karena merupakan putri Duke, sekaligus sang pahlawan yang
telah menyelamatkan dunia. Hanya ada segelintir siswa-siswi saja yang
mendapatkan perlakuan serupa.
Leticia menyelinap dari tempat
tidurnya. Saking dinginnya udara dini hari, napasnya pun sampai bisa
dilihatnya. Dia tak bisa menunggu hingga fajar, sekali pun udara nanti akan
terasa hangat. Rambut emasnya bermandikan sinar rembulan. Dia mengikat
rambutnya dan merapikan pakaiannya sambil bercermin pada cermin duduk di meja
riasnya. Hal ini jugalah yang membedakan Leticia dengan perempuan bangsawan
lainnya yang selalu meminta bantuan pelayannya. Dia pun mengambil bingkisan
kecil dari rak sebelum meninggalkan kamarnya.
Cahaya dari peralatan sihir sudah
cukup ‘tuk menerangi jalannya. Siswa-siswi lainnya masih lah tertidur, sehingga
ia pun berjalan dengan hati-hati. Kemampuan dalam menyembunyikan hawa
keberadaannya semakin terasah berkat pengalaman yang mengharuskannya
bersembunyi saat melewati monster-monster. Kemampuan tersebut ia pelajari dari
Wynn selama bekerja sebagai seorang petualang.
Dia pun meninggalkan bangunan
asrama. Di luar masih terasa sunyi; hanya ada rembulan yang ditemani
bintang-bintang di langit, yang mana cahayanya menimbulkan bayangan gelap di
bawah pepohonan. Dia menuju asrama lelaki, yang jauhnya satu blok dari asrama
perempuan. Leticia perlahan melemaskan tubuhnya dan mengambil napas panjang.
Lalu, dia pun pergi dengan santai. Daerah di sekitarnya berlalu dengan cepat, ia
mengintip dari balik pohon dan melihat Wynn tengah mengayunkan pedangnya.
Perlahan, dia melatih tiap
gerakannya, memerhatikan pedang serta sikapnya. Dia memusatkan semua tenaganya
pada tiap ayunannya. Tekniknya sendiri tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik
saja, tetapi juga seluruh tubuhnya guna mempercepat gerakannya. Sehabis
melakukan semua gerakan dasar, Wynn istirahat sejenak ‘tuk mengatur napas.
Biasanya, saat ini dia berlari ke
Penginapan Pengelana Bird untuk ikut bantu-bantu mempersiapkan penginapan
sambil melatih kakinya juga. Akan tetapi, belakangan ini Hanna mempekerjakan
pegawai baru, sehingga membuatnya tak perlu ikut bantu-bantu lagi saat pagi.
Namun, sulit baginya untuk menghilangkan kebiasan bangun di dini hari. Karena
dirinya jugalah jadwal Leticia dimulai lebih awal juga. Leticia menarik napas…
lalu menghembuskannya.
Kamu
pasti bisa! Dia mengepalkan tangannya ‘tuk menghimpun keberaniannya.
Tatapannya tertuju pada bingkisan di tangannya. Dia memastikannya dahulu
sebelum berjalan.
"Hm? Selamat pagi, Leti."
"Pagi, Kak."
Menyadari Leticia mendekat, Wynn
menurunkan pedangnya ‘tuk menyapanya. Sapaannya pun dibalas dengan senyuman. Kuharap senyumanku ini bisa mengalihkan
perhatiannya, pikir Leticia.
"Tunggu sebentar, ya. Sebentar
lagi aku beres. Oh, mau ikut latihan juga?"
"Tidak, aku lihat dari sini
saja."
Wynn mengangguk dan lanjut latihan.
Selagi Leticia melihatnya, rasa gugupnya pun kian menghilang. Bilah pedang Wynn
bergemerlapan di udara dengan lugas dan luwes. Wynn lebih suka melakukan
serangan balik usai menghindari lawan, sama halnya dengan Leticia sendiri.
Tidak,
tegur Leticia dalam hatinya, akulah
yang menggunakan teknik berpedangnya. Dia bisa melihat hembusan napas dari
mulut Wynn yang tengah menari. Berkat teknik berpedang yang diajarkannya lah,
dia sanggup melewati pertempuran yang tak terhitung jumlahnya. Pedang Wynn
mengayun secara horizontal di udara, lalu terhenti. Tarian pedangnya telah
usai. Dia pun melemaskan diri selagi terengah-engah.
"Latihan yang bagus."
Leticia menghampiri Wynn yang tengah mencoba mengatur napasnya.
"Oh, terima kasih."
"Apa latihan hari ini sudah
selesai?"
"Ya, matahari juga sudah mulai
terbit. Memangnya kenapa?"
"Eng, begini…"
Tenanglah!
Ucap dirinya sendiri sewaktu sadar jantungnya mulai berdetak kencang.
"Ada apa?"
"I-Ini." Leticia
menyerahkan bingkisannya.
"Selamat sudah menjadi kesatria
pengawal, Kak!"
"Buatku?"
"Iya."
"Oh, terima kasih banyak! Aku buka, ya?"
Leticia mengangguk. Isinya, tedapat
beberapa buku.
"Oh, hebat! Barang mahal
ini…" Buku merupakan barang mahal. Bahkan, harganya pun sampai ada yang sekeping
koin emas.
"Itu semua buku sejarah, serta
epos. Aku memilih yang mungkin kamu sukai."
"Aku ingin segera membacanya!
Terima kasih banyak! Aku akan merawatnya dengan baik." Melihat Wynn yang
membolak-balikkan salah satu bukunya dengan tersenyum lebar, membuat Leticia
senang. "Bagaimana cara aku membalasnya?"
Kena,
deh! Leticia membuat gestur keberhasilan dalam benaknya. Dia telah
memperkirakannya berdasarkan kepribadian Wynn.
"Apa yang harus kulakukan,
ya…"
"Kalau begitu… maukah menemaniku
belanja?"
"Belanja? Kau ingin aku membawa
barang bawaanmu?"
"Ya, sudah lama aku pengin
pakaian baru."
"Memangnya tidak bisa beli dari
pedagang langganan keluargamu?"
"Bisa, tetapi… aku pengin kakak
bantu memilih juga."
"Tapi, aku tidak tahu banyak
soal pakaian perempuan, lo?"
"Selama itu yang kakak suka,
aku tidak keberatan, kok."
Sekalipun
hanya kamu seorang yang suka, tambah Leticia dalam benaknya.
"Baiklah. Sore ini aku ada
panggilan dari Cornelia. Jadi, pas hari liburku saja, ya."
"Janji, ya?"
Wynn tersenyum mendengar suara
riangnya Leticia. Menduga Wynn telah memahami maksudnya, Leticia pun tersipu.
"Oh iya, mulai hari ini kakak
akan menjadi kesatria pengawal. Bisa kasih tahu aku alasannya?"
"Oh, soal itu?" Wynn
memiringkan kepalanya saat berpikir. Dia menceritakan pembicaraannya dengan
Alfred, Cornelia, dan Tiara.
"Memangnya itu pernah terjadi?"
Tak mampu mengingat pengalaman bertarung pertamanya, Leticia mendengarkan
cerita Wynn dengan penuh minat, dan tertarik dengan serangkaian kejadiannya.
Akan tetapi, sewaktu menceritakan pembahasan soal menjadi kesatria pegawal
Cornelia, wajah Leticia rada muram. "Begitu, ya… Cornelia lah orang yang
mesti kakak lindungi…" lirihnya.
"Kau tahu ‘kan, aku ini selalu
ingin menjadi kesatria, dan kurasa Cornelia juga adalah orang yang pantas ‘tuk
kulindungi. Makanya… eh? Leti?"
"Hmph. Begitu, ya. Karena
Cornelia, ya."
"Le-Leti?"
Leticia menatap Wynn dengan
menengadah, mengembungkan pipinya. Uwa,
dia kelihatan manis, pikir Wynn. Mengembungkan pipinya adalah kebiasaannya
sedari kecil. Dia akan mengembungkan pipinya saat tak merasa senang. Melihat
Leticia cemburu pada Cornelia membuat Wynn sedikit tersenyum. Dia pun bilang,
"Leti juga sangat penting buatku."
Terlihat rada tersenyum, Leticia pun
kembali merengut. Lalu, Wynn pun menepuk kepalanya. "Mm~, aku takkan
tertipu!" suaranya kedengaran rada lucu saat mencoba mempertahankan
tatapan marahnya.
"Aku lapar, nih. Mau sarapan
bareng?"
"Eh, sarapan? Ikut!"
Gampang
sekali… Wynn tergelak. Kemarahan Leticia langsung sirna usai mendengar kata
"Sarapan". Makanan di akademi memang tidak terlalu mahal, tetapi
disajikan dalam porsi sedikit dengan rasa yang lebih lembut. Itu bukanlah
hidangan yang memuaskan. Kendatipun keturunan bangsawan, Leticia besar sambil
memakan makanan rakyat jelata. Jadi, dia lebih senang makan di luar akademi.
Wynn berusia enam belas, sedangkan Leticia empat belas tahun. Mereka adalah
anak yang sedang dalam masa tumbuh, dan telah berlatih sepanjang pagi. Jadi, wajar
bila mereka kelaparan.
Mereka menyapa penjaga yang dikenali
sewaktu melewati gerbang akademi. Para pedagang silih hiruk pikuk saat
mendirikan stan mereka di kedua belah sisi jalan. Di suatu persimpangan besar,
terdapat banyak stan jalanan yang sudah buka, berharap makanan ringan yang
dijualnya dibeli para pengembara yang lewat. Aroma yang menggugah selera dari
roti bakar, sayuran, dan daging panggang yang dibumbui rempah-rempah melayang
ke hidung mereka.
Wynn dan Leticia pun memesan roti
dari salah satu stan tersebut. Tambah bayar untuk mentega, Leticia
menebarkannya di atas irisan roti dan menempatkan daging beserta sayuran di
antara irisan rotinya. Rasa mentega dan daging yang berair tercampur dalam
mulutnya. Wajah Leticia larut dalam kenikmatan. Wynn memesan buah jeruk dari
stan lainnya. Buah jeruk tersebut disajikan dalam piring, dibagi menjadi dua
bagian. Dia memberikan separuhnya pada Leticia. Jus buah memang memuaskan
dahaga, serta rasa asam dan manisnya pun terasa menyegarkan.
"Enak." Setelah kenyang,
dia tersenyum senang saat melihat Wynn menggigit rotinya. Dia pun menutup
matanya, mengayunkan tubuhnya, dan mulai bersenandung.
Sewaktu masih kecil, Wynn selalu
mulai makan setelah Leticia selesai. Namun kini, mereka makan berbarengan,
sekali pun Wynn makannya lebih banyak. Alhasil, Leticia yang makannya sedikit
pun akan selesai duluan. Makanya, dia akan bernyanyi hingga Wynn selesai makan.
Dia menyanyikan lagu yang dipelajarinya dari Wynn, serta yang telah
dipelajarinya selama perjalanannya. Leticia suka menyanyi. Dia terus bernyanyi,
menikmati kehangatan, kenyamanan berada di samping Wynn.
Tak lama berselang, di sekelilingnya
pun mulai ramai. Para pengembara yang tengah dalam perjalanannya dan pemilik
stan yang sibuk bersiap-siap, semuanya terhenti ‘tuk mendengarkan. Tak ada yang
sadar kalau gadis tersebut adalah sang Pahlawan. Mereka hanya terpikat oleh
suara Leticia. Dia pun baru sadar telah membuat kerumunan pas berhenti
bernyanyi, dan merasa malu. Tersipu dengan bergelinangkan air mata, dia
menyeret Wynn untuk kabur. Wynn menatapnya dengan ramah, senang dia dalam
suasana hati yang baik.
Terdapat berbagai kabar burung yang
meresahkan dari daerah perbatasan antara Lemmroussell dan Petersia yang
menyebar melalui ibu kota. Ada yang bilang, Pahlawan telah memimpin Kekaisaran
‘tuk memukul mundur orang-orang Petersia. Lagu yang dinyanyikan Leticia pun
adalah harapan seseorang akan keselamatan orang yang dicintainya di medan
perang.
Padahal,
sebenarnya dia hanyalah seorang gadis yang suka bernyanyi saja.
Sesekali, angin menghembuskan
rambutnya, hingga menyeka bagian belakang lehernya.
Aku
ada panggilan dari Cornelia. Jadi, aku harus lekas pergi, tetapi…
Wynn berencana untuk tiba lebih
awal, tetapi dia memutuskan untuk tetap menikmati musik sedikit lebih lama
lagi, sekali pun harus buru-buru nantinya.
Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 57 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
2 komentar
Lanjut min
Replyterimakasih
Reply