Tuesday, March 20, 2018

Hajimari no Mahoutsukai - Volume 01 - Prolog Bahasa Indonesia


Prolog – Penyihir Awal Mula




Di era yang sudah lama menghilang menjadi legenda dan mitos.

Era di mana manusia masih belum membuat sistem penulisan.

Konon di sebuah negara bernama Scarlet, ada seorang ahli sihir.

Konon bahwa dia memberikan pengetahuan mengenai bahasa dan penulisan, mengajarkan cara mengolah tanah, merawat hewan, dan membawakan karunia—bukan, tapi sihir api.

Konon bahwa dia adalah seorang pemuda yang gigih, seekor naga bersisik merah menyala, seseorang yang dipuja di mana-mana.

Konon bahwa orang ini merupakan Dewa Peradaban.

Namun anehnya, namanya nyaris dihapus dari catatan.

Makanya, ia hanya disebut sebagai—

—Penyihir Awal Mula.



Epiode Satu dari serial HHK’s Great People.

Episode ini membahas tokoh yang melegenda dengan banyak rahasia : Penyihir Awal Mula.

            "Kau menontonnya lagi?"

Perhatianku terpusat pada televisi, aku mendengar suara yang kukenal, suara yang mengejutkan dari belakangku.

            "Aku baru selesai beres-beres, jadi aku istirahat sebentar"

            "Aku tak bermaksud begitu..... tapi biarlah"

Aku tahu apa yang ingin ia katakan, tapi kujawab seolah aku tak mengetahuinya.

Bahkan aku sedikit terkejut dengan diriku sendiri.

Aku mungkin sudah menonton rekaman ini setidaknya sepuluh kali sekarang.

            "Tiap kali aku melihatmu duduk membungkuk di depan televisi seperti itu, kau terlihat seperti seorang nenek-nenek tua saja"

            "Yah, kau memang benar kalau aku sudah tua"

Aku tak ingin seseorang seperti Nina, seorang gadis yang lebih tua dariku baik dari segi fisik maupun mental mengatakannya padaku, tapi tak peduli seberapa lama waktu berlalu, dia masih sama muda seperti biasanya. Baik rambut pirang mengkilapnya atau kulit putihnya yang mulus, ia hampir tak kelihatan seperti seorang remaja, apalagi orang dewasa. Bukan hanya penampilannya, mentalitasnya pun sama. Dia sedang bermalas-malasan dengan perutnya di atas sofa—menilai dari suara yang terdengar dari teleponnya—ia sedang memainkan permainan.

            "Serius, Profesor Nina.... tolong bersihkan sendiri!"

Seorang gadis berambut hitam yang disanggul pun muncul, mengembungkan pipinya.

Bicara soal pemuda, anak ini adalah Kanata. Usianya sekitar dua puluhan, tapi pastinya yang termuda dalam hal kepribadian.

Menggumamkan keluhannya, dia membuat segel dan beberapa kurcaci pun muncul. Mereka mengambil pakaian Nina yang begeletakan di sekitar ruangan dan membawanya ke mesin cuci.

            "Maaf, ya. Lain kali akan kulakukan"

Ujar Nina, tapi bahkan tanpa menoleh untuk melihat, aku bisa dengan mudah membayangkan kalau dia bahkan tak melepaskan pandangan dari permainannya.

            "Ada keributan apa ini?"

Selesai dengan pembersihan piringnya, seorang gadis mungil berambut merah pun muncul.

            "Profesor Yuuki! Tolong katakan sesuatu dong...... pada si elf malas pengurung ini!"

            "Hmm. Saat dulu dia tidak seperti ini.... ah, apa ini serial Great People? Aku mau nonton juga!"

Saat Yuuki tersenyum dengan tampang kesusahan pada wajahnya, ia melihat acara yang sedang kutonton. Dia datang dengan terbang menggunakan alas duduk setelah menyadari acara itu, dan duduk tepat di sampingku.

            "Eeh.... tapi sejauh yang kuingat, Profesor Nina memang sudah seperti itu......."

Berkata begitu, Kanata juga duduk di sampingku.

            "Aku sudah menghabiskan sebagian hidupku untuk bekerja, jadi akan kuhabiskan sebagiannya lagi sesuai dengan yang kuinginkan"

            "Itu semua terjadi sebelum kau lahir, Kanata. Dulunya dia seorang pekerja keras yang hebat. Aku yakin dia bisa mengerjakan pekerjaan 10 atau 20 orang sendirian"

Saat kulanjutkan apa yang Yuuki katakan, Nina berguling jadi terlentang, terus-menerus mengetuk teleponnya.

            "Nina, Nina, coba cicipi ini dong, kumohoooooon?"

Lalu, Kruse pun muncul dan memasukkan sendok ke mulut Nina.

Dia kelihatannya tak keberatan karena dia mengunyahnya.

            "Bagaimana rasanya?"

            "Mm. Cukup pedas.... tapi dia suka pedas"

            "Baiklah!"

            "Eeek! Profesor Kruse, tolong jangan mengejutkanku seperti itu!"

Berbalik menghadap Kruse setelah mendengar tanggapannya yang bersemangat, Kanata pun berteriak kaget.

Apa yang dilihatnya setelah berbalik adalah kepala Kruse dengan rambut pirang merah mudanya yang halus dan tangan kanannnya yang melayang di udara.

            "Maaf, aku lagi sibuk sekarang, dan tak bisa melepaskan diri dari ini"

            "Bukannya kau cuma melakukan itu?!"

            "Oh ayolah, cepatlah terbiasa. Ini cuma lengan, kaki, kepala, dan isi perut"

Yah, bukannya aku tak setuju kalau organ-organ terpisah dari tubuh sedikit berlebihan untuk seorang gadis.....

            "Kalau begitu, sana masak saja. Kana, maaf mengganggu "

            "Kenapa kau malah datang padaku—?!"

Kepala Kruse melayang ke Kanata, mendarat tepat pada pangkuannya.

Kenapa begitu..... itu pasti karena reaksinya selalu lucu.

            "Kelihatannya menyenangkan. Boleh Azel ikut juga?"

            "Azel, kerja bagus. Kau sudah selesai melipat cuciannya?"

            "Sudah. Kepala Azel juga bisa dilepas. Apa itu mengejutkanmu, Kanata?"

Diiringi dengan suara ‘pop’, Azel pun melepaskan kepalanya sendiri.

            "Hmm. Azel, saat kau melakukannya, itu agak......"

            "Naas"

            "Profesor Azel, kau sangatlah cantik hingga itu terlihat seperti hal yang sudah sewajarnya saja"

Tepat seperti yang dikatakan Kanata. Walau cuma ada kepalanya saja, tak terasa mengerikan. Mungkin karena dia sangat tak berekpresi dan terlihat sangat baik. Rambutnya bagaikan karya seni batu kecubung.

            "H-Hei, aku juga di sini! Jadi aku juga manis, ‘kan?!"

Kruse juga cantik dengan rambut merah mudanya, tapi ekpresinya terlalu berlebihan.

            "Profesor Kruse, tampangmu sedikit menjijikan"

Ujung-ujungnya, Azel dan Yuuki pun duduk dan menonton televisi bersamaku.

            "Oh iya, apa Master lagi tidak ada?"

            "Dia lagi pergi belanja bersama Rin. Seharusnya sebentar lagi juga pulang"

            "Ah, kelihatannya dia baru pulang"

Saat Kruse menanggapi pertanyaan Azel, Yuuki bilang begitu tanpa mengalihkan perhatiannya dari televisi.

            "Aku pulang—"

Seperti yang diperkirakan Yuuki, suara Rin bisa terdengar dari pintu masuk.

            "Hah, Profesor Yuuki? Kau menggunakan apa, sihir tipe pendeteksi?"

            "Tidak, aku hanya mendengar langkah kakinya saja"

Yuuki menanggapi Kanata dengan linglung.

            "Tidak, tidak, tidak, kalaupun kau mendengar langkah kakinya saja, bukankah banyak orang yang sedang berjalan di luar?"

            "Begitulah ras-nya, memang sedikit aneh"

Walaupun elf mempunyai pendengaran yang luar biasa, mustahil bagi Nina untuk bisa membedakan di antara sekian banyak orang. Dia berbicara dengan nada bosan.

Dan seperti yang bisa diduga, mana mungkin aku bisa membedakannya pada jarak itu.

            "Aku lelah~"

Berkata begitu, Rin pun terjun ke sofa. Wanita berambut biru yang hanya bisa digambarkan sebagai orang cantik elegan—segera pindah dari tempat kosong untuknya ke Nina.

            "Kau berat! Masih ada tempat buatmu di sana!"

            "Maaf, ya. Karena aku mengambil seluruh sofa sendirian!"

Menatap sekilas ke kedua sisi, telingaku menangkap suara langkah kaki orang lain yang datang dari pintu masuk.

Berbuath hal serupa yang dilakukan Yuuki tidaklah mungkin bagiku, tapi aku takkan pernah keliru langkah kaki ini.

            "Selamat datang kembali"

            "Aku pulang"

Saat kubukakan pintu ruang tamu, sebuah senyuman menerangi wajahnya.

            "Oh, semuanya ada di sini.... ah, kalian semua menontonnya lagi?"

Saat melihat ke arah televisi, dia mengucapkan hal yang serupa seperti Nina.

Tapi bedanya dia mengucapkannya dengan tak terkejut, dia mengatakannya dengan sedikit malu.

            "Kakak, mari nonton bersama kami. Meski sudah hampir selesai, sih"

Saat Yuuki mengambil tangannya dan membawanya ke sekitar kami, Nina meletakkan teleponnya dan mengambil posisi di sampingku.


—Penyihir Awal Mula, orang misterius yang bisa disebut juga sebagai Penjaga Umat Manusia bisa berada di antara kita bahkan sekarang, mengawasi kita semua—


Dengan perkataan terakhir sang penyiar, acara tersebut pun berakhir.

            "—Begitu."

Ujar Nina dengan nada mengejek.

            "Oh Penjaga Umat Manusia, apa karunia hari ini?"

            ".... Tiga daun bawang, masing-masingya 48 yen"

            "Setidaknya kau menjaga keuangan kita"

Tanggapnya, sebuah senyuman pun muncul pada wajahnya saat dia tertawa sendiri.

            "Hei, hei! Aku baru nonton setengahnya, aku ingin menontonnya dari awal!"

            "Ah, aku juga! Aku juga akan membawa tubuhku ke sini "

            "Tunggu sebentar, aku mau menyimpan barang-barang ini ke kulas dulu!"

Yuuki mulai membuat kegaduhan dan Kruse pun bergabung dengan meminta hal yang sama dengan diikuti oleh Rin yang berubah menjadi seekor harimau besar dan berlari ke dapur bagaikan angin.

Saat semua orang berkumpul di ruang tamu, aku memutar ulang acara ini dari awal.

            "Master. Seberapa benar informasi ini?"

            "Hmm..... setengahnya omong kosong, setengahnya lagi dijelaskan dengan aneh"

            "Jadi sebagian besarnya bohong?!"

Kanata bergabung ke dalam percakapan saat dia menanggapi Azel.

Itu benar, ‘Penyihir Awal Mula’ yang dibicarakan di televisi adalah orang yang sangat terhormat, orang yang takkan pernah salah atau membuat kesalahan. Layaknya Dewa.

Kebenarannya sebenarnya bukan seperti itu...... aku tahu betul.

Akan tetapi.

            "Ya, sebagian besarnya memang begitu"

Melihat kemiripan yang digambarkan dari ‘Penyihir Awal Mula’ yang turun pada orang-orang yang tinggal di rumah batu, kata Nina.

Akan tetapi, aku juga tahu betul kesulitan yang ia alami.

Karena ada sedikit kebenaran dalam cerita yang dibahas pada acara televisi itulah yang membuatku sekarang bisa menutup mata dan mengingat kejadian tersebut bagaikan baru saja terjadi kemarin.


—Konon bahwa negara Scarlet saat ini menjadi Prefektur Anayama. Daerah cerita rakyat kaya yang diwariskan selama bertahun-tahun—


Bersamaan dengan pemberitahuan itu, video sebuah hutan yang di ambil dari atas pun mulai diputar.

Sembari mengeluh dalam hati, aku melihat ke sampingku. Dia melakukan hal yang sama dan menatap wajahku.

Tanah awal mula, tanah perjanjian.

Tempat di mana semuanya bermula—


⟵Back         Main          Next⟶

Related Posts

Hajimari no Mahoutsukai - Volume 01 - Prolog Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh