Monday, March 19, 2018

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 11 Bahasa Indonesia


Chapter 11 – Dimulainya Pertarungan Kematian ⑤




Inilah kali keduanya kumelihat kegelapan ini. Sebenarnya, aku tak merasa senang bisa datang ke sini untuk kedua kalinya dalam sehari, apalagi kini kumerasa terbiasa.

            "Jadi, kau akan membunuhku lagi?"

Kugerakkan kepalaku untuk melihat ke arah wanita berambut panjang yang sudah membunuhku sebelumnya.

Oh?

Aku bisa menggerakkan kepalaku?

Kalau begitu, mungkin tubuhku bisa..... tidak.

[Tidak]

Menanggapinya dengan kurang baik, berbeda dengan sebelumnya, wanita itu tersenyum hingga aku bisa dengan mudah melihat kesenangannya.

[Terima kasih]

            ".... Hah?"

Aku sama sekali tak mengharapkan rasa terima kasihnya, jadinya aku terdengar sedikit bodoh.

[Terima kasih, aku bersyukur]

            "Tidak, tunggu! Perkataanmu itu cuma membuatku merasa cemas!"

[Terima kasih. Sungguh, terima kasih]

Kali ini, dia menundukkan kepalanya.

...... Ada apa dengannya? Sungguh orang aneh.

...... Mungkin dia tak seburuk yang kukira?

Dia berbuat sesuatu yang mungkin bisa membuatku trauma, tapi..... aku akan menjadi orang yang lebih dewasa dan melupakannya!

[Terima kasih]

            "Tak apa, jangan terlalu mengkhawatirkannya"

[Benarkah?]

            "Ya"

[Kalau begitu—matilah]

"Ya—hah?"

***

.... Cara yang paling buruk untuk bangun. Kurang ajar, kenapa aku harus bermimpi soal diriku yang terbunuh setiap kalinya?

Aku pasti akan membalasanya saat nanti kita bertemu.

Pasti.

            "..... Daichi, kau sudah bangun?"

Mendengar suara yang kukenal saat bangun, kumelihat duo serigala yang membahayakan.

..... Besarnya. Panorama dari bawah sini begitu menakjubkan.

Tidak, mereka cuma cantik, cantik..... tunggu, ini bukan waktunya untuk bilang begitu, bodoh.

            ".... Hamakaze"

            "Ya? Ada apa?"

            ".... kau memberikanku pangkuanmu lagi untuk dijadikan bantal?"

Ada kelembutan yang empuk pada bagian belakang kepalaku. Sensasi ini sudah pernah kurasakan sebelumnya.

Paha teman sekelasku, Hamakaze, sungguh berfaedah.

Kini dia, yang jadi budakku, dulunya adalah seorang gadis populer di kelas.

Memikirkan itu, seharusnya aku senang.

            "Ya! Kupikir akan membuatmu nyaman, Daichi"

Dia sedikit tersipu, dan tersenyum kecil.

..... Ini aneh. Hamakaze kelihatan lebih manis dari sebelumnya.

Malah jadi makin tegang, apa mungkin aku yang jadi aneh?

            "...... Baiklah. Aku akan tetap seperti ini untuk sedikit lebih lama lagi"

            "Apa pahaku terasa nyaman?"

            ".... Tidak, sama sekali tidak"

Aku berbalik, yang membuatnya tertawa.

Aku cukup yakin kalau dia tahu aku melakukannya untuk menyembunyikan wajahku yang memerah.

Akibatnya, Hamakaze pun mulai mengelus kepalaku.

Mungkin karena aku baru saja melalui pertarungan sampai mati, tapi ini rasanya sangat menenangkan. Apa semua gadis itu mempunyai toleransi yang tinggi?

Jangankan sampai bisa menyentuh seorang gadis, sampai sekarang saja aku bahkan belum bisa berbicara benar-benar dengan mereka, jadinya aku tak tahu apa-apa..... tunggu, kenapa aku malah mengejek diriku sendiri?

Aku terus membulak-balikkan kepalaku, lalu kuputuskan untuk bangun dan menempatkan kepala Hamakaze pada pangkuanku.

            "Giliranku yang menyerang"

            "U-Umm, Daichi?"

Kubelai rambutnya, bukan berarti ada darah atau kotoran apa pun pada rambutnya.

Berbuat begitu banyak hal hingga rambutnya kotor, dia juga sudah berjuang dengan keras, ya.....

            ".... Daichi"

            "Apa?"

            "Sekarang ini.... aku, aku sangat senang"

            "B-Benarkah...."

Hentikan itu.

Buat seorang perjaka sepertiku, semua ini terlalu berlebihan. Aku bahkan tak bisa menatap langsung matanya.

            ".... Hamakaze"

            "Apa?"

            "Setelah kita keluar dari tempat ini, akan kuberikan kau satu keinginan, jadi pikirkanlah"

            "..... .... ... Baik!"

Tepat saat suasananya mulai terasa seperti komedi romantis, kumelihat seseorang yang menatap kami dengan terdiam dan mata yang dingin.

            "..... Ah, jadi kau juga di sini, ya?"

Orang yang menatap itu adalah Iblis merah tertentu, tatapan mata merah lembayungnya menusuk kami.

            "Kau melupakanku?!"

Sediki kesal saat keberadaannya dilupakan, wanita itu pun mengembungkan pipinya yang membuatnya begitu mudah dipahami.

            "Aku cuma bercanda, memangnya aku akan melupakan orang yang sudah membunuhku"

Aku mengangkat bahuku. Ya, aku takkan lupa.

            "Kau sudah kubunuh sebelumnya, jadi di sinilah kita sekarang"

            "Jangan bercanda, keparat"

Si Iblis pun memukulkan tangannya ke tanah.

            "Kau membunuhku?! Lihat? Aku harusnya sudah mati!"

Si Iblis pun menanggalkan jubah yang ia kenakan.

Tubuh telanjangnya bisa terlihat sepenuhnya. Lubang yang harusnya terbuat di dadanya pun hilang, digantikan oleh dua tonjolan garang yang keluar agar keberadaannya diketahui.




            "Aku seharusnya mati, tapi aku berada di sini, dan masih hidup! Tubuhku bahkan kembali normal! Apa yang kau lakukan padaku, keparat"


            "Lah, jadi kau lebih memilih untuk tetap mati?"

            "Mati tanpa rasa malu adalah jalannya para Iblis!"

            "Terus, kenapa aku harus peduli?"

            "Hah?!"

Menerima penghinaan yang begitu hebat karena masih hidup seusai dikalahkan, sang Iblis pun sangat geram pada kami.

Dia bahkan mungkin akan segera memukulku. Yah, bukan berarti aku perlu cemas.

Kenapa? Karena dia sudah jadi milikku.

            "Aku sudah membuatmu jadi budakku"

            "..... Hah? Aku, budak....? Yang benar saja....."

            "Kalau kau ingin melihatnya, kau bisa memeriksa status-mu. Coba periksa saja sana"

            "Omong kosong...... kalau kau bohong.... tunggu, tidak mungkin......"

            "Cepat dan lihat saja sendiri"

            "..... Open"

Informasi miliknya pun muncul.

Akina Leadred

Job : High-Grade Slave Lv. 74
Stamina : 5200
Mana : 3800
Strength : 6700
Resistance : 2900
Dexterity : 4000

Unique Abilities :
·   [Devilish Aura] Nilai Mana menurun 100 kali berdasarkan perbedaan level antara sang pengguna dan target. Ditambah lagi, takkan pulih sampai sang pengguna pingsan atau mati.
·   [Devil Flame] Memerlukan 100 Mana untuk mengaktifkannya. Tak memerlukan mantera untuk mengaktifkannya dengan kemampuan serangan yang setara dengan flame orb tingkat kerajaan.
·   [Curse of the Demon God] Mampu menghentikan serangan Pahlawan. Mengurangi semua nilai status-nya 1000. Ditambah lagi, sihir menjadi takkan bisa digunakan lagi.
·   Kondisi penghilangan terpenuhi. Menghilangkan kondisi? Silahkan jawab dengan YA atau TIDAK.

Special Condition :
·   [High-Grade Slave] Master : Katsuragi Daichi. Setiap serangan terhadap master-mu diblokir. Dipaksa patuh sampai dilepaskan.

".... Ap?"

Si Iblis membelalakkan matanya, perlahan mulai memahami posisinya.

Kemarahan yang sebelumnya pun, kini sirna.

Dia duduk dengan menyilangkan kakinya dan menenggelamkan diri ke dalam pikirannya.

            "Tidak mungkin. Tapi, hmm, kalau begitu....."

Untuk sejenak ia pun bergumam sendiri, tapi tiba-tiba, si Iblis—tidak, Akina Leadred mulai gemetaran. Mungkin aku sendirilah yang menyuruhnya untuk melihatnya, tapi aku juga malah terkejut.

Aku tak yakin mengapa, tapi kelihatannya dia tak mempunyai kemampuan spesial. Tapi dia mempunyai kemampuan unik, sama sepertiku.

            "Hei, Leadred. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan—"

—padamu. Aku berhenti sebelum bisa menyelesaikan perkataanku.

Karena Leadred mulai tertawa pelan.

Tawanya perlahan mulai semakin keras, dan akhirnya mengatakan sesuatu yang tak jelas.

            "Begitu ya...... jadi Pahlawan ini...... dia....? Kuhahaha! Menarik! Menarik sekali! Wanita itu..... seorang manusia...... akhirnya dia..... ahahahahaha!!"

Leadred terus tertawa sembari memukul-mukul lututnya.

            "Hei, Pahlawan!"

            "Ap-apa? Jangan bilang kalau kau tak ingin jadi budakku"

Aku sedikit bingung saat ia mendadak memanggilku, tapi aku sedikit berhasil mengatasinya.

Martabatku sebagai majikannya akan hilang kalau aku mengelak.

            "Tidak! Aku akan dengan senang hati melayanimu! Tapi jawablah dulu pertanyaanku agar aku bisa tahu apa kau ini adalah majikanku sebenarnya atau bukan! Ya?!”

Majikan sebenarnya.......?

Apa maksudnya?

Bahkan tanpa itu pun, aku masihlah akan jadi majikanmu.

Apa ada yang salah dalam kepalanya saat dia dihidupkan kembali?

Aku cuma memertanyakan kewarasannya, tapi kelihatannya dia menganggap aku yang terdiam menyetujuinya dan mengajukan pertanyaan padaku.

            "Kau! Pada kemampuan unik—kau mempunyai Revenge of the Grudgebearer, ‘kan?"

            "—!!"

Tubuhku pun mulai menggigil.

Ada apa ini? Bagaimana bisa dia mengetahui kemampuanku?!

Apa dia juga bisa melihat jendela status-ku?

..... Tidak, aku harus tenang!

Aku harus menggunakan otakku untuk membuat keputusan terbaik. Saat ini, Leadred sudah menjadi budakku. Dia takkan bisa menyerangku.

Dan kalupun kita akhirnya bertarung bersama, ujung-ujungnya aku juga harus menjelaskan kemampuanku padanya.

Aku tak perlu lagi bingung karena dia sudah menyadarinya.

Dia sudah menyatakan kalau dia akan melayaniku. Dia cuma ingin memastikan apakah aku ini majikan sebenarnya atau bukan.

Seharusnya takkan menjadi masalah kalau aku memberitahunya dengan jujur.

            "...... Ya, memang benar. Aku mempunyai kemampuan yang bernama Revenge of the Grudgebearer. Kalau kau pikir aku bohong, aku bisa menunjukkan status-ku padamu"

            "Begitu, ya..... jadi kau......"

Dengan langkahnya yang goyah, Leadred pun menghampiriku.

Hamakaze dan aku pun bersiap-siap untuk menghadapi kemungkinan kalau dia memutuskan untuk menyerang, tapi pada akhirnya tak perlu ada yang dicemaskan.

Leadred berhenti, berlutut dengan satu lututnya dan menundukkan kepalanya.

            "Kami telah menunggumu..... tidak, demi Yang Mulia. Harapan kami. Keinginan kami. Demi Yang Mulia, yang pantas untuk memerintah semua—"

Lalu, dia pun menyimpulkannya.

            "—Demi Pahlawan yang akan membimbing kami, menyelamatkan kami"

            "Saya...... Pahlawan"

            "Saya disegel ditempat itu hingga saya bisa melayani Anda. Demi menunjukkan pada Pahlawan kami cara untuk membebaskan rekan-rekanku lainnya yang tersegel. Saya selalu menjalankan tugas saya. Dan kini, kita akan menghancurkan umat manusia bersama"

Oh, sial. Kepalaku sakit.....

            ".... Tunggu sebentar"

Aku menghentikannya, berusha menahan sakit kepalaku.

            "Aku sudah jadi Pahlawan. Kau paham, ‘kan? Malahan, cuma semua itu yang harus kukatakan"

            "Ya, saya tahu. Yang Mulia adalah seorang Pahlawan"

            "Benar? Aku tak bisa pergi dan menghancurkan umat manusia, ‘kan?"

Aku tak tahu apa yang akan dilakukan Dewi yang berpikiran sederhana terhadapku kalau aku melakukan itu.

Dia mungkin akan jadi sangat marah hingga menghapus keberadaanku.

            "Sebenarnya, Yang Mulia menjadi Pahlawan karena tujuan Anda adalah untuk melenyapkan umat manusia"

            "Tapi, aku belum pernah dengar Pahlawan manapun yang menghabisi umat manusia?!"

Leadred sedikit memiringkan kepalanya ke samping.

Aku merasa pemikiran kita berbeda.......

Setidaknya, dia sadar kalau aku adalah Pahlawan. Mungkin arti Pahlawan buat dirinya berbeda?

            "Leadred. Bagimu Pahlawan itu apa"

Terlihat seakan dia berencana menuruti perintahku, Leadred pun mulai mengatakan soal Pahlawan yang dibayangkannya.

            "Pahlawan adalah seseorang yang berjuang untuk melindungi kami dari para monster kejam yang menghancurkan rumah dan harta milik kami. Seseorang yang mempunyai keberanian untuk memimpin dan menyerang musuh, seseorang yang tak takut menggunakan tubuh mereka untuk melindungi sekutunya. Seseorang yang merupakan cahaya harapan kami, seseorang yang menghalau kegelapan keputusasaan"

Dia mulai menatapku dengan rasa hormat, berbicara seperti sedang mabuk.

            ".... Jadi begitu"

Aku mengerti kalau aku sama sekali tak mengerti maksudnya.

Jenis Pahlawan yang digambarkannya berbeda dengan yang kubayangkan.

Sepertinya aku harus menemukan tempat untuk tinggal dan membicarakannya lagi dengan dia nanti.

Kalau dipikir-pikir, aku lupa setelah dia memanggilku Pahlawan-nya, tapi ada hal lain yang sangat penting.

            "Leadred. Ada lagi yang ingin kutanyakan padamu...."

            "Selama saya mengetahuinya, saya akan memberitahukan apa pun"

            "Apa aku bisa kembali ke permukaan dengan pergi ke lantai terbawah dungeon ini?"

Tujuan awal kami adalah untuk keluar dari sini dan memberikan Samejima penderitaan yang setimpal dengan yang dia berikan pada kami.

Semakin cepat kita bisa keluar, semakin bagus.

Sebaliknya, aku tak berpikir aku bisa mengalahkan seseorang yang lebih kuat dari Leadred.

            "Saya sudah menyiapkan formasi sihir teleportasi yang sudah siap, jadi seharusnya tak ada masalah bila kita menggunakannya"

            "Begitu, ya! Kau sudah menyiapkannya?"

Tunggu, dia sudah menyiapkannya?

Bukannya itu sudah disiapkan?

Pertanyaanku pun dengan cepat terselesaikan.

            "Ini adalah lantai terakhir Rigal Den. Saya, Akina Leadred, bertugas sebagai Penjaganya"

Dia berbicara dengan tersenyum, benar-benar berbeda saat kita bertarung.

            "Dungeon Terselsaikan. Selamat, Pahlawan"


⟵Back         Main          Next⟶

Related Posts

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 11 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh

3 komentar