Sunday, March 25, 2018

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 12 Bahasa Indonesia


Chapter 12 – Kukembali, Permukaan




            "Kau yakin? Terus terang saja, Hamakaze sudah kehilangan diri saat kau melancarkan serangan pertamamu. Devilish Aura-mu mengosongkan pikirannya"

            "Tapi dia masih bisa bergerak?"

            "Itu karena kemampuanku yang bernama Absolute Command"

            "Jadi begitu!"

Leadred terlihat sudah mengetahuinya.

Kurasa karena dia sudah tahu akan kemampuan Revenge of the Grudgebearer-ku sekaligus kalau aku ini adalah Pahlawan, jadi seharusnya dia juga tahu soal kemampuan Absolute Command-ku.

            "Hamakaze terlihat masih bisa bergerak saat kusuruh untuk menghindari serangan pertamamu. Karena itulah aku memutuskan untuk melawanmu"

            "..... Jadi saat itulah Anda terpikirkan perangkap itu?"

Aku takut mati lagi, jadi kubuat rencana untuk digunakan dalam pertarungan tersebut.

Bukan berarti aku ini sepenuhnya berotak-otot dalam bertarung.

            "Meski kau mengalahkanku layaknya boneka kain. Tapi, yah semuanya berjalan dengan lancar. Peranku hanya untuk mengalihkan perhantianmu. Setelahnya, aku hanya perlu memberikan perintah yang takkan menarik perhatianmu"

            "Jadi teriakan itu......"

            "Tepat. Teriakan itulah tanda untuk membunuhmu. Dia mendengarku dan menusukmu menggunakan belati, lalu mengaktifkan sihirnya"

            "Kurasa.... saya tertipu, lalu dikalahkan dengan mengagumkan? Terbunuh seperti itu terasa melegakan"

Leadred memanduku dan Hamakaze ke bagian belakang ruangan.

Perasaanku?

Jelas, terasa bagus. Mengingat begitu banyaknya aku membicarakan strategiku.

Maksudku, aku menyelesaikan dungeon. Itu menyenangkan dan juga menyakitkan, tapi sungguh, aku berhasil melakukannya.

Hari ini hari yang mengagumkan. Mari buat hari ini jadi hari libur. Ya, ayo buat.

Aku sangat senang karena aku sungguh bisa merasakan kegembiraan.

            "Kau terlihat senang, Daichi"

            "Kau bisa tahu?"

            "Ya, karena aku ingin bisa memahami semua yang kau pikirkan dan yang kau rasakan, Daichi"

...... kau seharusnya berhenti berkata begitu, aku tak terlalu biasa mendapatkan begitu banyak niat baik yang tulus dari siapa pun.

Kalau tidak, kelemahanku itu akan terpampang di wajahku. Nanti, bisa jadi salah paham.

Maaf karena mempunyai harsat bodoh begitu.

            "—Pahlawan, lewat sini"

Waktunya tiba lebih cepat dari yang kuduga karena Hamakze dan aku mengobrol dan merasa aman untuk pertama kalinya.

Ruangannya sederhana, tak terlalu ada banyak hal.

Satu-satunya yang ada di ruangan kubik itu adalah formasi sihir.

Formasi sihir tersebut nampak dibuat hanya untuk dipergunakan sebagai teleportasi saja. Aku sedikit cemas.

            "Leadred. Apa ini benar-benar akan membawa kita ke permukaan?"

            "Ini akan berfungsi selama Anda mengisinya dengan mana dan melafalkan Teleport. Hanya saja, pastikan untuk melakukannya berbarengan dengan saya. Kalau tidak, formasi sihirnya takkan berfungsi dan pintu masuk akan tertutup sendiri, disusul dengan penghentian dungeon."

            "Itu mengerikan......"

            "Itu karena Anda harus mengalahkan Penjaga terlebih dahulu untuk memasuki ruangan ini. Rasanya seperti saya melenyapkan segalanya bersama saya"

Kurasa aku bisa mengerti.

Mungkin aku akan membuat jebakan yang serupa.

Sesudah memberi harapan bahwa mereka akhirnya bisa kembali ke permukaan, akan kuhancurkan harapan tersebut dan membiarkan mereka jatuh ke dalam keputusasaan.

Aku ingin melakukan itu pada Samejima.

Melihat dia yang bisa membuat perangkap seperti ini, kupikir kita akan bisa berteman baik.

            "Kalau begitu, apa kalian berdua siap?"

            "Aku siap kapan saja"

            "Yah, tak ada masalah"

Kami berpegangan tangan bersama untuk membentuk lingkaran di tengah ruangan.

Begitu kami mulai mengisi formasi sihir-nya denga mana, cahaya biru cerah pun memenuhi ruangan.

Kecil, kristal mirip salju terbentuk di udara, menari seolah memberkati kami.

            "Kalau begitu, mari pergi. 3, 2, 1—"

            """ Teleport!! """

Langit biru, awan putih. Cahaya matahari bersinar terang.

Tak ada bau darah, udara yang pengap, dan tak ada tembok di sekitar kami.

Melihat ke sekitar, sejauh mata memandang terlihat padang rumput yang hijau.

Hembusan angin membelai pipiku.

Aku kembali dari neraka.

Aku kembali.....!

Perasaan meluap dari dalam lubuk hatiku.

Karena tak tahan akan perasaan tersebut, aku pun berteriak dengan segenap tenaga.

            "AKU KEMBAALIIIIIIII!!"

Sebelas hari semennjak kudatang ke dunia lain.

Empat hari semenjak teman-teman sekelasku membuangku.

Dengan mati tujuh kali—aku pun menyelesaikan dungeon Rigal Den.


⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 12 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh