Chapter
01
Suatu ruangan
yang dipenuhi dengan bau darah.
Sosok seseorang
yang berteriak.
Suara lantang
seorang pria muram.
Aku yang bingung
memperhatikan pertunjukkan di hadapanku.
"Hyaha!
Sterilkan lukanya!"
"Uwaaaaaaaaaah!"
Itu bukan seseorang yang disterilkan dengan api.
Ini hanyalah pensterilan luka seorang prajurit.
Hahaha. Terlihat seperti apa lagi?
"Orang
yang terluka diculik!"
"Kyaaaaaaaaaah!"
Saat ini, orang bodoh ini—Noppo-san, sebenarnya bukan menculik orang, melainkan hanya membawa
seorang wanita yang terluka. Tindakannya seperti bandit yang mencoba merampok
dan juga menjualnya, jadinya aku enggak mengerti mengapa prajurit perempuan ini
menangis.
*Orang tinggi kurus
"Oi
oi.... kenapa lenganmu ini? Kau tak mencoba menyembunyikannya dariku, ‘kan
dasar babi sialan! Akan kurawat kau!"
"Ma-Maaf!"
Situasi ini enggak aneh sama sekali.
Lagian, kalau kau tak merawat lukanya, nanti akan
mudah terinfeksi.
Bukannya kita melakukan pemeresan, lo?
Tapi harus kukatakan, anak buahku memang hebat. Bahkan
wanita yang menangis itu pun terdiam.
Walaupun
kenyataannya, dia bungkam karena ketakutan.
Saat kumelamun, salah satu anak buahku
menghampiriku. Itu Hyaha! Sekarang ekspresinya diwarnai dengan sedikit
ketakutan saat dia menghadapku.
"Wakil
Ketua! Saya sudah melemparkan orang yang terluka ke tempat tidur! Jadi
tenanglah!"
Hei hei, melempar orang yang terluka ke tempat tidur
itu enggak baik.
Kau memintaku untuk tenang tapi bagaimana bisa aku
tenang saat kau berkata begitu?
Di saat seperti ini, aku harus memarahi mereka
dengan benar.
"Kau,
sudah berapa kali kubilang untuk menangani pasien dengan hati-hati! Kau juga
sama, kalian berdua ini kagak berguna!"
""Maaf,
Wakil Ketua!""
Ah, aku lupa. Namaku adalah Usato Ken, tapi semua
orang memanggilku Usato atau Wakil Ketua.
Aku juga seorang pahlawan yang dipanggil ke dunia
lain.
Kini aku adalah Wakil Ketua Pasukan Penyelamat dan
kemampuanku adalah sihir penyembuhan.
Aku sangat senang bekerja di posisi ini dengan tetap
tersenyum......
"Haa......"
Di dunia asalku, aku adalah seorang siswa SMA biasa,
tapi mengapa aku sekarang berada di sini dan melakukan tugas dengan senang......
itulah awal dari kemalanganku
***
Hari itu adalah hujan yang lebat.
Pelajaran di hari tersebut pun sudah usai dan aku
tengah berjalan untuk pulang saat hujan mulai lebat.
Payungku ketinggalan di rumah, jadinya aku hanya
bisa memperhatikan orang yang belalu-lalang.
Tentunya, enggak akan ada seorang pun yang baik hati
membawakan dua payung untuk teman sekelas mereka. Biar begitu, aku enggak ingin
merasakan perasaan basah kuyup yang enggak mengenakkan, jadinya aku menunggu
hujan reda.
"Apa
boleh buat. Aku akan berteduh lagi sebentar."
Lagian aku juga enggak terburu-buru dan aku juga
enggak benci hujan.
..... Sudah 30 menit dan hujannya juga masih belum
kelihatan mau reda. Dari pintu masuk sekolah, dengan enggak disengaja
kumenghela napas.
Oi hujan, kalau terus begini aku akan membencimu.
Lalu, satu jam pun berlalu dan keadaan di sekitar sudah
mulai mereda saat awan hujan menyebar di langit.
"Yah,
mungkin kagak bakalan makin gelap..... hmm?"
Dua orang yang ternama pun berjalan ke pintu masuk
dari koridor.
Kalau aku enggak salah, mereka berdua itu.....
orang-orang dari OSIS.
Cowok itu namanya adalah Ryuusen Kazuki, nama yang lumayan
keren. Tinggi dan tampan, hampir seolah enggak punya kekurangan sama sekali;
macam seorang protagonis dari galge.
Ditambah lagi, dia juga Wakil Ketua OSIS serta teman sekelasku. Semua orang
melihatnya sebagai manusia super yang nyaris sempurna.
Dibandingkan denganku, Usato Ken, yang hanya
mencolok karena nama keluargaku..... perbedaannya bagaikan surga dan bumi saja.
".....
Oh?"
"Ada
apa, Inukami-senpai?"
"Bukannya
anak itu dari kelasmu....."
Inukami Suzune. Seorang gadis berambut hitam yang
nampak beribawa, ia adalah murid kelas tiga dan merupakan Ketua OSIS saat ini.
Pintar, hebat dalam berolahraga, dan sangatlah cantik. Dikaruniai dengan otak
pintar dan kecantikannya, ia sangat dikagumi oleh semua cowok di sekolah, dan
populer juga di beberapa kalangan gadis yang mempunyai kesukaan khusus.
Kabarnya kalau dia pacaran dengan Ryuusen.
Gadis semacam dia tengah berjalan mendekat, dan
bahkan menyadariku.
"Kau
tidak bawa payung?"
"Eng,
i.... iya..."
"Begitu,
makanya kamu lagi nunggu di sini. Tapi, sebentar lagi sekolahnya ditutup."
Sudah selarut ini, ya.
Kubuka teleponku dan melihat jam sembari was-was melirik
ke luar.
Kayaknya masih lama sebelum hujannya benar-benar
reda.....
Dalam benakku sempat terlintas untuk meminta
orangtuaku menjemputku, tapi keduanya masih bekerja sehingga aku enggak bisa
mengandalkannya.
Inukami-senpai
menempatkan lengannya bersamaan, terlihat kesusahan.
"Muu.....
martabat OSIS akan terpengaruhi kalau aku membiarkanmu pulang basah kuyup begini."
"Kalau
begitu, senpai, bagaimana kalau kupinjamkan payungku pada Usato-kun? Aku punya satu payung lipat lagi
jadi,"
Berkata begitu, Ryuusen pun menyerahkan payungnya
dengan tersenyum.
Begitu, ya. Sifat macam ini pastinya akan jadi
populer di kalangan para cewek di sekolah.
Dia satu kelas denganku dan biarpun ini obrolan
pertama kami, bagaimana bilangnya, ya.... agak terasa nyaman. Aku juga agak
terharu karena dia mengetahui namaku.
"Terima
kasih, Ryuusen-kun"
"Alah, tidak perlu pake ‘-kun’ segala.
Panggil saja aku Kazuki. Aku juga akan memanggilmu.... eng..."
"Kalau
begitu, panggil juga aku Usato."
Ada begitu banyak orang yang dipanggil Ken di
sekolah kami.
Dengan begitu, enggak disangka aku berteman dengan cowok
paling populer di sekolah dan bahkan sampai memanggil dengan nama depannya
begitu saja. Besok, para penggemar ceweknya pasti akan mengarahkan tatapan haus
darahnya padaku.
"Kalau
begitu, boleh aku juga memanggilmu Usato-kun?"
"Aku
sih, enggak keberatan."
Dalam hatiku, aku senang; orang cantik nomor satu di
sekolah memanggil dengan namaku? Aku bisa mati dengan tenang sekarang.
Kupikir hari ini aku enggak beruntung, tapi malah
sebaliknya. Pastinya enggak setiap hari seseorang bisa berteman dengan dua
orang paling populer di sekolah.
Hujan, mantap jiwa kau, kalau mau, turun lagi saja
yang lebat.
Ini semua berkat kau hingga kami bisa bertemu
seperti ini.
Aku enggak yakin kalau kami berteman dengan baik
atau Kazuki saja yang ingin semakin meningkatkan ketegangan, namun aku akhirnya
diajak untuk pulang bersama mereka.
Hanya dalam sesaat, Kazuki sudah menggenggam erat
hati dan perasaan orang luar sepertiku, tap baginya, dia hanya bersyukur bisa
mendapatkan teman lainnya. Dan aku malah meragukan dan mengarahkan kepicikanku
padanya.... dalam hati aku minta maaf dan meminta ampunannya.
Karena Inukami-senpai
juga enggak keberatan, kuputuskan untuk menemani mereka.
"Apa
kau sudah memutuskan apa yang akan kau lakukan mulai dari sekarang hingga
universitas?"
"Belum,
lagi pula aku masih kelas dua."
"Senpai,
bagaimana denganmu?"
"Fufu,
aku belum memutuskan apa pun, makanya aku penasaran dengan rencana orang lain."
Hujan terus-menerus mencucuri jalan saat kami
berjalan.
Mungkin karena hujannya lebat, enggak ada mobil yang
lewat.
Yah, dengan cuaca kayak gini pastinya kau tidak
ingin pergi keluar, kurasa itu wajar.
Sembari berpikir dan mendengarkan suara gemuruh
hujan, anehnya hatiku menjadi tentram. Apa mungkin, mereka berdua mengeluarkan
ion-ion negatif? Dengan berpikir khawatir begitu, kuajukan pertanyaan pada
Inukami-senpai karena penasaran.
"Inukami-senpai, walaupun sudah kelas tiga, tapi masih
belum memutuskan mau masuk universitas mana?"
"Iya,
aku belum memutuskannya."
"Bukannya
itu gawat?"
Memang enggak sopan sih, tapi aku mengatakan
pemikiran jujurku. Inukami-senpai
sudah kelas tiga SMA; kalau dia enggak segera memutuskan mau masuk universitas
mana, dia mungkin enggak bakalan bisa masuk.
Mendengar jawabanku, senpai tersenyum kurang mengenakkan.
Entah bagaimana, senyumannya itu enggak cocok dengan penampilan senpai yang
berwibawa sebagai seorang ketua OSIS.
"Memang
benar sih, tapi aku belum bisa menemukan apa yang ingin kulakukan..... aku
memang berkata begini, tapi saat aku menetapkan tujuanku, aku hampir segera
bisa meraihnya. Rasanya ini bukan tempat untukku. Terkadang, aku suka berpikir
begitu."
"Senpai
memang hebat ya, Usato."
"Benar."
"Eh
tunggu, apa yang barusan kukatakan itu bukan sindiran, ya....?"
"Aku
tahu, kok!"
Ucapku, saat tukar pandang dengan Kazuki sembari
tertawa.
Pipi Inukami-senpai
memerah dan dia memalingkan wajahnya dengan marah.
"Oh
iya. Kazuki, apa kau sama Inukami-senpai
itu pacaran?"
Aku bertanya tiba-tiba, untuk melihat reaksi mereka.
Keduanya pun menatap kosong dengan bingung.
"Hah?
Itu tidak benar, kok."
"Benar,
itu hanya kesalahpahaman para murid saja, kami sering bersama karena ada banyak
pekerjaan OSIS."
Enggak disangka, padahal aku yakin kalau mereka
beneran pacaran.
"Ah
bohong, iya ‘kan?"
"Hahaha,
kenapa aku mesti bohong?"
Eh, kupikir Kazuki akan lebih sulit buat didekati.
Tapi ternyata dia orang yang begitu ramah. Saat kuutarakan pikiranku padanya,
dia menjawab, "Aku tidak ingin mendengar
itu dari Usato."..... yah, aku mengerti. Lagian, biasanya aku hanya bicara
dengan orang yang kukenal saja. Memikirkannya dengan cara begitu mungkin enggak
akan ada gunanya, mungkin.
".....
Suara apa itu?"
"Eng?"
Selain diriku, ekspresi keduanya terlihat bingung
dan terhenti. Saat kumenoleh ke belakang, mereka berdua memegang telinga mereka
seakan mencoba mendengarkannya. Apa mereka mendengar sesuatu? Aku enggak dengar
apa pun, tuh.
"Ada
apa?"
"....
Usato, apa barusan kau mendengar sesuatu? Seperti GON."
"Aku
enggak dengar apa-apa, kok......."
"Aku
mendengarnya. Ini.... suara lonceng?"
Selain diriku, kelihatannya mereka berdua
mendengarnya.
‘Suara lonceng’ begitulah kata Inukami-senpai, tapi di sekitar sini enggak ada
bangunan apa pun yang akan memainkan suara semacam itu.
Belum lagi, suara hujan lebat menutupi semuanya;
akan sulit buat mendengar suara lonceng berdering. Akan tetapi, mana mungkin
mereka berdua salah dengar.
"A-Apa
kalian enggak apa-apa?"
Begitu kumendekati mereka, pola aneh muncul di
tanah. Saat kulihat polanya, hal pertama yang kupikirkan adalah pola yang
serupa dengan yang ada di video game.
"Li-Lingkaran
sihir?!"
Sebuah lingaran sihir, namun di dunia yang
didominasi oleh sains, sesuatu semacam itu mana mungkin.....
Aku terkejut, tapi dengan cepat kembali tenang dan
memutuskan untuk memastikannya sendiri. Pola di tanah dirangkai menjadi sebuah
formasi, bersinar dengan cahaya yang berdebar.
Bukannya ini.... bukannya ini tipe perkembangan yang
akan membawamu ke dunia lain?! Dalam situasi yang aneh ini, diam-diam kumenahan
napas untuk mengantisipasi.
"Kazuki,
ba-bagaimana menurutmu soal dunia lain?!"
"Eh,
kau ini bicara apa sih, Usato!! Tapi yang jelas, apaan sih ini?! Apa seseorang
sedang syuting?!"
Benar! Pada saat seperti ini, mengatakan sesuatu
yang enggak bisa dipahami begitu, itulah yang biasanya akan kau jawab, maafkan
aku!
"Usato-kun, apa menurutmu di dunia lain ada
semacam sihir, monster.... bahkan mungkin pahlawan?"
"Rasanya
aku akan sangat bisa berteman baik dengan Inukami-senpai."
Inukami-senpai
adalah orang dari sisi ini!
Dia pasti seseorang yang membaca cerita fiski anak
muda di internet.
Lingkaran sihir di tanah pun kembali hidup sekali
lagi dengan cahaya gelap. Sebelum kubisa memahami apa yang terjadi, cahaya yang
menyilaukan pun membuatku menutupkan mata dan merasa pusing. Tiba-tiba,
kumerasakan perasaan melayang saat kesadaranku hilang.
***
Saat kuperlahan membuka mataku, tanganku menyentuh
lantai keras yang dingin.
Kuangkat kepalaku, menggunakan satu sisi tubuhku
untuk menopang diriku dari lantai. Lantai di hadapanku bukanlah jalan beton,
melainkan lantai yang sedikit bersinar dengan kilauan yang halus.
"....
Eng..... dimana—?"
Kulihat ke sekitarku; ini adalah ruangan perjamuan
yang mewah. Ada beberapa orang asing yang berdiri di dekatnya dan di
tengah-tengah mereka semua, seorang pria tengah duduk di kursi besar yang
dipenuhi dengan dekorasi.
Begitu kubangun, saat ini kumencoba untuk berdiri.
Dilihat dengan saksama, pria yang berada di tengah-tengah tersebut tengah duduk
di atas sesuatu yang serupa dengan singgasana. Ia juga mengenakan pakaian
kelas-atas bergaya barat; di kepalanya juga dirias dengan sebuah mahkota. Selain
semua itu, para pria tua di sekitarnya mengenakan sejenis pakaian yang hanya
bisa kau lihat dalam RPG.
Kupalingkan wajahku dan melihat orang-orang yang
berpakaian seperti kesatria bebaris di sepanjang sisi, mengenakan jirah lengkap
dengan pedang bergaya barat pada sarung yang menggantung di samping pinggul
mereka.
"Apa
kau baik-baik saja, Usato?"
"Kazuki,
di mana kita?"
Kazuki yang berada di sampingku, kelihatan gelisah
begitu dia memanggilku. Syukurlah, kelihatannya kita enggak terpisah. Karena
Kazuki ada di sini, senpai mungkin ada di sini juga. Kumenoleh untuk
memastikannya, dan Inukami-senpai
tepat berada di sampingnya Kazuki.
Dia sudah bangun. Dia mendekat dan duduk di
sampingku.
"Aku
tidak tahu. Tapi saat kuterbangun memang sudah ada banyak orang dengan
penampilan aneh di sekelilingku."
"Begitu,
ya. Apa senpai enggak kenapa-napa?"
"Aah,
kamu tidak usah khawatir. Aku tidak apa-apa, kok."
Menyadari kami semua sudah terbangun, pria angkuh
bermahkota itu pun bangkit dan menghampiri kami. Bukan karena keseriusan atau
pandangan apa pun, melainkan karena kehadirannya lah yang membuat kami
terkuasai.
"Kelihatannya
kalian sudah sadar."
Dia nampak seperti orang penting dan terhormat; apa
yang diinginkannya dari kami? Begitu mataku perlahan berkeluyuran ke sekitar,
Kazuki yang selalu waspada memberanikan dirinya untuk berbalik menghadap pria
bermahkota tersebut.
"Kau,
siapa kau ini?"
"Brengsek
kau! Beraninya kau bertingkah tidak sopan terhadap Lloyd-sama!"
Pria yang berdiri di samping orang yang terlihat
seperti raja kelihatannya adalah pelayannya, kelihatannya cara bicaranya Kazuki
yang kurang sopan membuatnya gusar.
"Tidak
apa-apa. Wajar kalau kau bertanya begitu karena tiba-tiba dipanggil seperti
ini. Tidak usah marah karena masalah kecil seperti itu, Gio."
"Ta-Tapi....
Baiklah...."
"Maaf.
Pemimpin bawahanku memang terlalu ketat."
"Ugh......"
"Namaku
Lloyd Bluegust Lyngle. Aku adalah Raja Kerajaan Lyngle."
Kerajaan Lyngle. Aku belum pernah mendengarnya, tuh.
"Kelihatannya
kalian masih bingung. Biarkan aku menjelaskannya. Kalian telah dipanggil ke
Kerajaan Lyngle-ku sebagai seorang pahlawan."
"Pahlawan?"
Kudengar suara pelan di sampingku yang diam-diam
memekik ‘Pahlawan ada di sini!’, tapi aku ingin percaya kalau itu bukanlah
suaranya Inukami-senpai. Kumohon
jangan hancurkan kesanmu sebagai orang cantik yang keren, senpai. Aku sangat
mengagumi kesanmu yang mulia itu!
Terlebih, kau ini tipe orang yang serius, Kazuki.
Kumohon tahanlah dirimu dan jangan bertindak gegabah.
"Benar,
seorang pahlawan. Beberapa tahun silam, Raja Iblis telah dibangkitkan. Raja
Iblis tak membuang-buang waktu dan terus memperluas pengaruhnya menggunakan
pasukannya. Kerajaan kami bertekad untuk bertarung, tapi tak peduli seberapa
putus asanya kami mencoba, kami bukanlah tandingannya pasukan Raja Iblis. Kami
pun nyaris tak mampu untuk memukul mundur serangan sebelumnya, dan kemungkinan
tidak akan mampu mengatasi serangan selanjutnya. Maka dari itu, kami pun
terpaksa menggunakan langkah terakhir.... Kami memutuskan untuk melakukan
teknik terlarang; pemanggilan pahlawan, untuk meminta pertolongan dari dunia
lain."
Inukami-senpai,
yang berada di sampingku enggak bisa tenang dan mondar-mandir dengan penuh
semangat sembari menghentakkan kakinya.
Kesan senpai yang berwibawa pun mulai jatuh.
Tidak, malahan sudah hancur.
"Apa
ada persyaratan untuk pemanggilannya?"
"Akan
sangat gawat kalau secara tak sengaja memanggil orang yang salah ke dunia ini.
Maka dari itu, formasi sihir itu sendiri membuat pemilihan. Saat kalian
dipanggil, kalian mendengar suara lonceng, ‘kan?"
"....
Oh iya, aku memang mendengarnya. Tapi kalau memang benar begitu,
Usato....."
Kazuki melihat ke arahku. Kuyakin kalau ekspresi
pada wajahnya itu adalah merasa bersalah karena membuatku terlibat.
Hanya para pahlawan terpilihlah yang bisa mendengar
suara lonceng, dengan kata lain, karena aku enggak bisa mendengarnya, maka aku
enggak memenuhi persyaratan.
Jadi, itu artinya.....?
"Aku
cuma keseret?"
Enggak ada hal lain lagi yang bisa kupikirkan...... tapi
aku sih sebenarnya enggak keberatan? Biarpun enggak memenuhi persyaratan, aku
sendiri ini masihlah bernilai. Aku ini orang yang sangat benci kalah!!
Mereka berdua menatapku saat aku bengong..... iya, iya,
aku ngerti kok, kalau aku ini berada di tempat yang salah.
Memang kenyataan, kalau aku ini hanya keseret; rasanya
retakan seperti muncul di hatiku. Saat kumenahan rasa sakit di dadaku ini,
kumenyadari raja menatapku sebelum menutup matanya dengan sungguh-sungguh.
Ini gawat, aku akan diperlakukan sebagai orang
tambahan tak berguna dan dibuang....
"Jadi
kau hanya keseret, ya.... sayangnya tidak mungkin untuk mengirimmu kembali
karena kondisi pemanggilan pahlawan saat ini adalah satu arah. Bisa saja untuk
memanggil seseorang tapi tidak bisa untuk mengirimnya kembali. Begitu pula
dengan kedua orang di sampingmu.... aku sungguh minta maaf..... aku tak
keberatan kalau kalian ingin mengutukku."
...... Mungkin, raja ini memang benar-benar orang
yang baik?
Tidak.... Pemanggilan pahlawan—menyeret orang lain
dari dunianya tanpa adanya jalan untuk kembali bukan sesuatu yang dilakukan
orang yang baik, ‘kan?
"Tidak—"
"Jangan
bercanda."
Sebelum kubisa menyelesaikannya, Kazuki yang berada
di sampingku meninggikan suaranya dengan marah. Kedua prajurit yang berada di
sampingnya raja pun menggenggam pegangan pedang mereka, bersiap untuk
menghunusnya.
O-Oi, aku sih senang kau marah demiku, tapi
tenanglah dulu?!
"Apa
kau pernah memikirkan apa yang akan terjadi pada orang yang kami cintai?!
Orangtua kami! Senpai dan Usato juga....!"
"Aku
sungguh minta maaf..... tapi, kami juga putus asa."
Sembari mengepalkan tangannya, Kazuki melangkah
maju. Aku baru saja berteman dengannya beberapa jam yang lalu, tapi dia memang
benar-benar pria yang hebat. Walaupun aku sendiri sulit untuk menganggap ini
serius karena ini semua memang sangat enggak masuk akal....
"Tenanglah,
Kazuki. Aku senang kau marah demiku, tapi berbuat kasar juga enggak ada
gunanya, ‘kan?"
"Kuh....
yasudah kalau Usato bilang begitu."
Dalam hati Kazuki, seberapa berat pernyataan yang
benar-benar kutahan?
"Aku
tahu kami sudah mleakukannya untuk kepentingan kami sendiri. Memaksa untuk
dibawa ke dunia ini, aku tidak tahu apa kami bisa memberi kalian kompensasi
yang setimpal. Tapi, kami pasti akan mencari sihir untuk mengirim kalian
kembali. Sampai saat itu tiba, kumohon pinjamkanlah kekuatan kalian pada
kami....."
""Lloyd-sama?!""
O—i...... di hadapan Kazuki, Lloyd bersujud di
lantai istana yang dingin. Bukankah perkembangan pembicaraan ini sedikit
terlalu cepat?!
Enggak salah lagi, orang ini memang raja yang sangat
baik!
Beda bener dengan raja-raja yang kubaca di dalam
novel!
"Aku
adalah raja negeri ini! Aku mempunyai kewajiban untuk melindungi para warga
negara! Karenanya, akan kutundukkan kepalaku sebanyak yang kuperlukan!"
Berdiri dari depan kakinya Kazuki, Lloyd berjalan ke
arahku dan menundukkan kepalanya. Raja suatu negeri tengah menundukkan
kepalanya pada soerang siswa. Dalam kejadian aneh itu, Kazuki yang sudah tenang
pun menurunkan bahunya seakan-akan dia menyerah.
".....
Sebelumnya, saya sangatlah tidak sopan. Tolong angkatlah kepala Anda Baginda
Raja. Mari kita bicarakan, kami akan mendengarkannnya."
"Terima
kasih atas pengertiannya."
Raja Lloyd berbalik dan mengangguk setuju pada
Inukami-senpai dan aku. Inukami-senpai tersenyum dan memberikanku
acungan jempol, itu sifatnya yang belum pernah aku lihat sebelumnya di
sekolah.....
Enggak disangka ternyata orang inilah yang paling
menikmati situasi ini.
Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 01 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia