Monday, April 16, 2018

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 16 Bahasa Indonesia


Chapter 16 – Bimbing Kami, Pahlawan ①




            "Jadi orang yang akan mengawal kami kali ini, kau ya? Yuuji atau apalah?"

Orang yang bicara tersebut adalah satu-satunya lelaki di party yang harus kukawal.

Seseorang yang sangat kuingat.

Salah satu komplotannya Samejima, Mahara Keito.

Dia sama sekali tidak berubah. Dengan perawakan tubuhnya yang rata-rata, dia adalah seorang lelaki Jepang tulen. Sebenarnya, dia agak gemukan, sih.

Itu bukti bahwa dia kerap kali melewatkan latihan hariannya. Mahara kelihatannya cukup malas.

            "Mahara! Kau tidak boleh bicara begitu! Maaf ya, padahal kau di sini untuk membantu kami."

Gadis tersebut—bernama Tamaki Yui—menegur Mahara setelah salah paham dengan beranggapan bahwa aku ini merasa tersinggung.

Dia adalah ketua kelas, pada dasarnya dia adalah seseorang yang akan bertugas sebagai penyedia. Dengan kata lain, dia juga mendukung teman-teman sekelasku untuk menindasku, membantu dengan cara yang buruk.

Aku selalu memikirkan perkataan seharusnya seorang ketua kelas berbuat begini tiap kali itu terjadi. Tapi aku teringat bahwa dia selalu memperlakukan orang dengan baik, yang membuatnya populer di kalangan para guru dan adik kelas.

... Hah?

Tunggu, itu berarti dia tidak memperlakukanku sebagai manusia?

..... Mending kita hentikan saja. Rasanya aku malah semakin tenggelam lebih dalam.

"Tidak usah dipikirkan. Saya Yuuji, seorang petualang. Walau hanya sebentar, tapi saya harap bisa bekerja dengan kalian semua."

Berkata begitu, kuulurkan tanganku.

Gadi-gadis itu pun mulai memperkenalkan dirinya satu per satu dan menjabat tanganku.

            "Na-Namaku Hayase Fuuko. Se-Senang bertemu dengamu."

            "Minamoto Kureha."

            "Tamaki Yui! Salam kenal!"

Bahkan saat di kelas pun kehadirannya Hayase sedikit lemah, jadinya aku baru saja bisa mencocokkan wajah dia dan namanya.

Dia 100% seorang pengamat. Dia tak pernah berbuat kejam padaku. Dengan kata lain, dia bukan salah satu targetku.

.... Sungguh, membunuhnya rasanya agak terlalu berlebihan, deh.

Biarkan saja dia memainkan peran itu.

Di sisi lain, si pirang gadungan, Minamoto, benar-benar seperti wanita jalang. Dia adalah sosok tekemuka dalam kelompok yang bergaul dengan Samejima. Aku bahkan sudah tak bisa menghitung berapa kali dia menginjak kakiku.

Makanya, dia pantas dihukum mati.

"Ya, terima kasih atas pengenalannya. Mungkin ini sedikit mendadak, tapi kita akan segera pergi ke Trance Labyrinth, jadi bisakah Anda memberitahu saya mengenai susunan party dan pemimpinnya? Saya ingin memahami cara kerja kalian semua dengan baik."

            "Minamoto dan aku adalah pasukan baris depan dan Hayate mengikuti di bagian belakang. Aku sendirilah orang yang memberikan perintah."

Begitu, ya. Itu memang susunan yang biasa. Hayase bersiap siaga bersamaku, dan Mahara kurang bagus dalam melakukan hal-hal yang berisiko di baris depan.

            "Anda mempunyai susunan yang cukup bagus. Anda pasti memikirkannya dengan cermat."

"Ya, makasih!"

            "Saya juga akan melindung kalian semua, jadi jangan takut mati. Bagaimana kalau kita segera berangkat sekarang? Ke dungeon."

            "Ya! Semuanya, ayo pergi!"

            "Haruskah kutunjukkan kekuatanku?"

            "Y-Ya....."

            ".... .... Tch."

Mantan teman-teman sekelasku pun meninggalkan ruangan tersebut satu per satu.

Menyeringai pada diriku sendiri, kuikuti mereka.

***

Di sepanjang jalan tak terjadi apa pun. Semuanya tak merasa tegang, hanya mengobrol antar satu sama lain sama seperti saat mereka pergi ke Rigal Den.

Kelihatannya mereka tak belajar dari pengelaman.....

Aku yang mengawasi mereka pun sedikit terkejut karena sikap bodoh mereka, tapi aku jadi tahu lebih banyak soal mereka.

Pertama-tama, kemampuan spesial mereka.

Mahara mempunyai Replicate. Dia mampu menggunakan sihir apa pun yang pernah dilihatnya sebelumnya. Dengan melakukannya, penggunaan mana sihir dan semacamnya akan disesuikan dengan batasannya.

Minamoto mempunyai Variete Sword. Dia mampu mengubah kekerasan dan panjang pedangnya hingga delapan meter.

Hayase mempunyai Grand Library. Tipe kemampuan yang bukan diperuntukkan untuk bertarung. Begitu dia mempelajari sesuatu, dia akan bisa mengingatnya selamanya. Terlebih lagi, bisa melakukan sesuatu seperti mengambil barang sesukanya.

Tamaki mempunyai Frost Witch. Mampu meningkatkan efektivitas sihir es-nya satu level. Akan tetapi, tidak bisa melampaui tingkat Dewa.

Masing-masing dari mereka mempunyai kemampuan yang imba, tapi kurasa kemampuan Tamaki lah yang paling menakutkan. Tingkat Roh akan menjadi tingkat Jiwa, tingkat Jiwa akan menjadi tingkat Kerajaan, dan seterusnya.

Syukurlah aku bisa mengetahuinya sebelum berbuat sesuatu. Kalaupun level-nya jauh berada di bawahku, dia mungkin bisa sedikit melukai kami. Bagaimana pun juga, Shuri hanya mampu menggunakan sihir tingkat Jiwa.

Kuberitahu mereka soal Heart of Steal, karena itulah kemampuanku yang kurang mengesankan. Hayase ada di sana, dan aku tidak ingin mengambil risiko apa pun dengan memberikan informasi palsu yang bisa merusak kepercayaannya padaku, jadinya aku tidak berbohong soal itu.

Status mereka seburuk yang kuduga, tapi aku menemukan beberapa hal menarik lainnya.

Mahara Keito jelas punya sesuatu terhadap Tamaki. Dia sama sekali tak beranjak dari sisinya Tamaki semenjak kami berangkat.

Sayangnya, gadis ini sudah memutuskan untuk berbicara denganku supaya bisa menghindari Mahara.

Karena gadis ini memintaku untuk membantunya, kelihatannya hubungannya dengan para gadis lainnya di kelompok ini kurang begitu baik.

Mungkin aku harus memikirkan kelompok ini sebagai salah satu kelompok yang disatukan secara sembarangan.

            "Maaf, Yuuji?"

            "Ada apa?"

            "Kenapa kita pergi ke Trance Labyrinth? Bukankah Rigal Den adalah pilihan yang lebih baik......?"

..... gadis ini, masih bertanya begitu meski sudah tahu alasannya......

Sekalipun Tamaki tahu betul alasannya, dia masih bertanya sembari berpura-pura tak mengetahuinya. Dia berbuat begitu supaya percakapan kami tak terputus.

Dia benar-benar tak ingin berbicara dengan Mahara..... yah, hanya dengan mendengarkannya saat dia berbicara saja sudah jelas kelihatan seberapa bodohnya orang yang suka membual dan berbicara banyak.

            "Sekarang Rigal Den tengah dipenuhi oleh para petualang, jadi akan sedikit sulit untuk dilalui. Karenanya, akan lebih cepat bagi kalian semua untuk menaikkan level di Trance Labyrinth, dungeon yang kebanyakan tidak disukai orang-orang."

            "Oooh? Jadi itu alasannya. Terus..... terus....!"

Geh. Dia masih ingin melanjutkannya?

Ini mulai membuatku muak, jadi kuhentikan percakapan ini dan memanggil semuanya.

            "Nah, mulai sekarang kita akan menjelajahi dungeon. Semuanya, tolong persiapkan senjata kalian semua dan fokuslah. Segera ambil formasi."

Tamaki dan Hayase mendengar apa yang kukatakan dan menghunus pedang pendek mereka. Kedua yang lainnya, yah, begitulah.

Ekspresi mereka mengatakan seberapa menyepelekannya mereka terhadap apa yang kukatakan.

            ".... Hei, kau ini hanyalah seorang pengawal yang dibayar untuk melindungi kami, ‘kan?"

            "Ya, itu benar."

            "Kalau begitu, jangan memerintah kami."

            ".....Hah?"

Bicara apa sih orang ini? Apa dia tidak ingat kalau dia nyaris mati karena keangkuhannya itu?

            "Tanpa adanya kau juga kami akan baik-baik saja. Sebelumnya juga kami baik-baik saja, hanya saja saat itu mereka tiba-tiba mengerumuni kami semua. Kami takkan kalah kalau mereka tidak tiba-tiba mengerumuni kami."

            "Lebih baik Anda berhenti bersikap begitu arogan supaya bisa hidup lebih lama."

            "Kalau kami berada dalam bahaya, kami tinggal menyuruhmu untuk melindungi kami. Kau akan melindungi kami kalaupun itu harus mengorbankan hidupmu. Bagaimana pun juga, kau adalah pengawal kami."

Mahara menyeringai dengan mengejek, dan berjalan dengan sombong ke dalam sembari mengayunkan tongkatnya.

            "Begitulah, jadi pastikan agar tidak mengacau."

Minamoto pun mengikuti Mahara ke dalam.

            "Mereka berdua....."

            "Maaf, ya Yuuji. Mereka terlalu percaya diri......"

Kami pun ditinggal. Hayase bingung, dan Tamaki menunduk meminta maaf.

Aku hanya tertawa pelan, dan menepuk bahu mereka berdua.

            "Saya tak keberatan, jadi tidak usah mengkhawatirkannya. Yang lebih terpenting, kita harus mengikuti mereka. Monster yang muncul di sini lebih kuat ketimbang yang ada di Rigal Den."

            "Ba-Baik."

Aku memainkan peran sebagai seorang gentleman untuk membuat mereka lengah. Sepertinya itu berhasil, karena mereka berdua kelihatan santai.

            "Benarkah? Tapi kau kelihatan dewasa......"

            "Saya sering dikatai begitu. Bagaimanapun juga, sebagai senior kalian dalam menjelajahi dungeon, saya pasti akan melindungi kalian berdua. Tolong jangan jauh-jauh dari saya."

Aku memberikan senyum meyakinkan sebisaku. Sulit untuk sering tersenyum dalam satu hari, pipiku terasa seperti mau jatuh saja. Aku sungguh tak terbiasa berbuat begini.

            "Baik......"

            "Terima kasih sudah mau mengawal kami dengan begitu baik, Yuuji."

            "Ya, tentu saja."

Kutarik kedua lengan gadis itu dan menuntun mereka ke dalam.



⟵Back         Main          Next⟶




Related Posts

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 16 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh

3 komentar