Friday, May 10, 2019

Genocide Online Bahasa Indonesia Prolog



Prolog


            "Tuan Putri, paketnya sudah saya terima."

            Sepulangnya dari sekolah, orang pertama yang kutemui adalah Pak Yamamoto, kepala pelayan keluargaku. Kalau tak salah, hari ini, ya… saking sibuknya, aku sampai lupa. Namun sebenarnya, aku sangat menantikannya dan memendam rasa gembira dalam hatiku.

            "Begitu, ya. Terima kasih banyak."

            Pak Yamamoto pun lekas pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun… nah, aku juga akan kembali ke kamarku dan mempersiapkannya!







            Aku, Ichijou Reina, putri sulung keluarga Duke Ichijou yang mana merupakan salah satu keluarga bangsawan Jepang.

            Aku dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ketat ini dan diajarkan tata krama sebagai seorang tuan putri yang pantas bagi keluarga. Sedari kecil, aku sudah benci akan kehidupan semacam ini, terutama mata mereka, yang memandangku seakan aku ini hanyalah alat ‘tuk mendekati ayahku… malahan, kuyakin ayahku juga membenciku. Aku sudah merenungkannya, tapi masih saja tak tahu apa salahku….

            Kurasa tak banyak orang yang sewaktu kecilnya punya pengalaman menuangkan air ke sarang semut atau menangkap serangga untuk memperkelahikan mereka. Namun buatku, tak ada sedikit pun keraguan untuk melakukan berbagai macam hal tersebut.

            Dari sudut pandang banyak orang, apa yang kulakukan ini kelewat aneh untuk diriku saat ini tapi… kuyakin itu masih akan terhitung sebagai kelalaian masa muda karena aku ini hanyalah anak kecil.

            Makanya, aku suka dengan ibuku yang senantiasa mengajariku menjadi ‘biasa’. Beliau akan menghentikanku sebelum berbuat kelewatan, mengajariku dengan cermat dan ramah soal ‘perilaku berbudi’, dan berkata padaku untuk curhat padanya bila mana terjadi sesuatu.

            Sewaktu kumemikirkan itu sekarang, ibuku mungkin mencemaskan masa depanku sembari memikirkanku, yang merupakan putri semata wayangnya.

            Setelah masuk SD lah saat di mana momen menentukan itu kualami. Anak-anak cenderung bengis dan sensitif terhadap ‘benda aneh’. Rambut basah sehitam bulu yang indah, serupa dengan penampilan ibunya. Pakaiannya pun bukanlah pakaian ‘biasa’ atau pun pakaian anak-anak terbaru, melainkan pakaian gaya barat yang terbuat dari bahan yang sekilas pun terlihat mahal.

            Setingkat ini pun semua orang masih berkata ‘wow’ dan ‘manisnya’….

            Akan tetapi, aku ini tidak ‘biasa’.

            Selagi masih anak-anak… tidak, mungkin karena itu aku, aku sadar sudah mulai merundung yang namanya ‘benda aneh’ sewaktu kami belum mendaftar.

            Namun kini, aku belum sadar apa yang kulakukan ini adalah perundungan dan mengira itu hanya sekadar ‘permainan biasa’ seperti halnya yang selalu kuperbuat. Menyembunyikan barang-barang milik orang dan membakarnya di hadapan mereka, menjatuhkan seseorang hingga gigi depannya patah, dan bila mana mereka mengomel, akan kumasukkan serangga ke dalam mulutnya dan memaksa mereka ‘tuk mengunyahnya. Aku tak punya waktu luang untuk menyebutkan semuanya.

            Saking seringnya melakukan perbuatan semacam itu, tak ada seorang pun yang mau mendekatiku. Lalu, ada suatu insiden sewaktu kumelewati ruangan para pegawai. Aku dengar ibuku yang tengah meminta maaf… padahal, aku tidak tahu apa yang ibu minta maafkan, tapi aku merasa ‘mungkin aku telah berbuat salah’.

            Aku tak tahu menahu mengapa ibu tersayangku berbuat begitu. Namun, hanya satu yang kutahu, mungkin semua itu salahku….

Hanya karena sekadar itu, aku berdiri terdiam dan merasa frustrasi. Ibuku yang baru keluar dari ruangan para pegawai, melihatku tepat di hadapannya dan terkejut. Namun, dia kemudian tersenyum dan berkata.

"Pulang, yuk?"

Semenjak saat itulah, aku berhenti ‘bermain’. Sekalipun sesuatu terjadi, aku hanya menangkalinya dengan senyuman manis anak perempuan dan tak pernah mengungkapnya. Seiring bertambahnya usiaku, aku pun sadar kalau aku ini aneh.

Ayahku semakin memandang dinginku, dan selalu memukuli ibuku dengan keras. Namun, ibuku masih tabah dan menatapku dengan ramah.

            Akan tetapi, sewaktu ibuku mengidap penyakit kanker dan meninggal usai beberapa tahun berjuang melawannya, ayah lekas menikah lagi dengan selingkuhannya dan sampai membawa putri dan putra tirinya. Firasatku bilang, ‘Aah, kalau begini terus, nantinya aku akan bermain bersama mereka’. Makanya, aku pun pindah dengan membawa barang-barang ibuku. Untungnya, ayahku tak meminati apa yang kulakukan.

            Ayahku sudah tak perhatian lagi padaku, hanya menyayangi putri dan putra tirinya. Karenanya, beliau tak mengatakan apa pun padaku.

            Akan tetapi, ketiadaan ibuku merupakan masalah hidup dan mati bagiku. Tidak adanya penunjang hatiku membuatku sulit dalam menangani ‘ketidaknormalan’ dalam diriku. Saat kumenelaah beberapa daerah konflik dan hukum pidana negara ini, aku kebetulan menemukan iklan gim online di penghujungnya.

            Aku yang tertarik pun sedikit mencari tahu tentangnya, dan lekas membelinya karena terasa cocok bagiku dan layanannya juga akan segera dibuka.

            Dan itulah paket yang tiba hari ini.

            "Akhirnya datang juga, Karma Story Online! Layanannya sendiri baru dimulai kemarin, tapi masih terjangkau."

            Karma Story Online, atau lebih dikenal dengan ‘KSO’, adalah VRMMORPG baru yang mana para pemainnya sendiri mampu mengubah nilai karma mereka tergantung atas tindakan mereka sendiri. Lalu, nantinya mereka akan masuk ke dalam salah satu dari tiga faksi, yakni pengatur, pengacau, dan netral. Biar kubilang faksi, kamu tak perlu ikut serta ke dalam organisasi atau negara tertentu. NPC akan diperlakukan sebagai penjahat atau orang suci, dan akan ada bayaran penting atas keputusanmu, seperti pembatasan dalam fasilitas tertentu, kelas yang bisa atau tidak dipilih, dan sebagainya.

            Di gim ini, kamu tak bisa memilih pihak mana sejak awal. Nilai karma berubah selagi pemain memainkan gim karena ia bertumpu pada sikap pemain terhadap NPC, siasat penaklukan, kontribusi ke negara atau organisasi tertentu, dan sebagainya.

            Kebanyakan para pemain yang masih tak bisa bergerak dari kota awal akan masuk ke faksi netral.
            "Sudah lebih dari sehari semenjak pelayanannya dimulai, mungkin beberapa orang sudah keluar dari faksi netral…"

            Dan yang terpenting, di situs web resminya, di sana tertulis bahwa admin akan mentoleransi percakapan atau perilaku apa pun kecuali melanggar aturan nyata seperti perengkah atau pelecehan seksual dalam gim. Kurasa inilah tempat terbaik untuk ‘bermain’.

            Fakta akan kedudukan seseorang berubah tergantung atas tindakan seseorang bertentangan dengan lingkungan rumahku di mana kedudukanku sudah ditentukan dari awal tanpa menghiraukan kehendakku sendiri, sehingga menarik minatku karena ini merupakan tawaran yang amat menarik. Gim ini pun tampaknya juga merupakan cara untuk melampiaskan semua dendam dan rasa frustrasi yang tak bisa dilakukan di dunia nyata.

            "Nah, instalasinya sudah selesai. Ayo segera mainkan!"

            Sesudah pergi ke toilet dan berasa lega, aku pun berbaring di tempat tidur yang sekilas tercium baunya ibu, dan dengan antusias mengenakan monitor kepala yang mirip dengan halo tipis. Memilih ikon gim dengan pergerakan mata, dan memasuki gim.


         Main          Next⟶




Related Posts

Genocide Online Bahasa Indonesia Prolog
4/ 5
Oleh

1 komentar: