Chapter 04 – Rigal
Den ②
***Sudut Pandang Katsuragi***
.....
Geh..... di mana aku.....?
Aku
tak bisa merasakan tubuhku.
Ingatan
mengenai apa yang sudah terjadi pun mulai mengalir melalui pikiranku.
Samejima
sudah menipuku. Dijadikan umpan oleh teman sekelasku. Dibunuh oleh demon.
Sungguh
kehidupan yang kejam.......
Tapi
bukannya itu bagus? Aku akhirnya bisa lolos dari mereka......
Kalau
kita bertemu lagi, apapun yang terjadi akan kubunuh mereka.
Aku
akan menyiska mereka sebelum membunuhnya. Aku akan menyiksa mereka hingga
sekarat. Aku akan mematahkan jari mereka seperti yang mereka lakukan padaku,
aku akan memotong kaki mereka, aku akan menghancurkan tengkorak mereka.
Seharusnya
itu bisa membuatku merasa lebih baik. Aku tak peduli apa yang terjadi
setelahnya.
.....
selain itu.....
Saat
ini..... aku sadar? Apa itu artinya aku bereinkarnasi ke kehidupanku
selanjutnya!?
Hanya
itulah satu-satunya penjelasan!
Aku
tak bisa memikirkan kemungkinan lain!
Kali
ini aku akan mendapatkan kemampuan yang imba
dan membuat harem!
Kalaupun
aku tak mendapatkannya, setidaknya biarkanlah aku menikahi seseorang dan
menjalani hidup yang bahagia!
Nah,
ayo pergi.
Ayo
bereinkarnasi!
Sangat
mengharapkannya, aku pun membuka mataku.
Aku
terkejut. Aku tak menyangka akan bisa membuka mataku. Walau bukan hanya itu
saja alasannya.
Itulah
apa yang kulihat saat aku membuka mataku.
"—Huh?"
Itu
karena aku berada di Rigal Den, dungeon yang seharusnya menjadi tempat
kematianku.
Katsuragi
Daichi, 16 tahun.
Tepat
saat kupikir sudah mati, ternyata aku masih hidup.
Tidak,
tidak, tidak!
".... Apa sih yang
terjadi....."
Aku
bingung. Saking mengejutkannya membuatku tak bisa berpikir dengan baik.
Tenang
dan pastikan situasinya. Di saat seperti ini mengambil napas dalam-dalam akan
membantu.
Tarik,
keluarkan, tarik, keluarkan.
"Pheeeeew...."
......
Baiklah, ayo pastikan kalau aku masih berada di Rostalgia atau berada di dunia
lainnya.
Untungnya,
aku punya cara yang mudah untuk memastikannya.
Aku
pun mengucapkan sepatah kata—
"Open"
—Dan
jawabannya pun muncul di hadapanku.
Katsuragi
Daichi
Job
: Hero Lv.2
Stamina
: 1300
Mana
: 2520
Strength
: 3400
Resistance
: 2600
Dexterity
: 1400
Special
Abilities :
· [Heart of Steel] Nilai resistance jadi dua kali lipat selama pertarungan. Menangkal racun, lumpuh, hipnosis, kerusakan mental 1/3 dari waktunya. · [Indomitable Mentality] Manna takkan berada di bawah 100. · [Lich King] Mampu membuat kontrak dengan makhluk yang sudah mati, menghidupkannya kembali dan mematuhi perintahmu. Tiap kali sang pengguna mati, akan mendapatkan slot. · Saat ini : 2 slot terbuka
Unique
Abilities :
· [Revenge of the Grudgebearer] Tak peduli berapa kali pun kau mati, menghimpun kekuatan dari jurang kematian dan bangkit kembali. · Saat ini : 5 kali mati |
"....
Apa!?"
Aku
menggosok mataku. Ini pasti bercanda, tidak mungkin.
Aku
menutup status-ku dan membukanya lagi.
Nilai
yang ditunjukkan pun tak ada yang berbeda.
"Apa-apaan
dengan semua nilai bodoh ini!"
Semua
nilainya berkisaran 4 digit.
Bahkan
Samejima saja belum sampai lebih dari 500, tapi aku berhasil melewati 1000.
"Apa-apaan
dengan kemampuan unik ini....?"
Kalau
penjelasannya memang benar, berarti aku tak bisa mati. Level-ku tidak naik, jadi
tak ada salahnya kalau kuanggap ini memberikanku stauts yang imba. Kelihatannya berbeda dengan
kemampuan spesialnya.
Daripada
itu, aku sudah mati lima kali.....?
Y—Yah,
yang terpenting itu saat ini. Aku tak peduli dengan masa lalu. Saat ini, aku
masih hidup. Itu bagus.
Selain
itu, aku juga mempunyai beberapa kemampuan spesial baru, dan semuanya itu
sangatlah kuat.
Terutama,
Indomitable Mentality dan Lich King.
Mana-ku
takkan berada di bawah 100. Aku bisa menggunakan sihir sesukaku.
Aku
ingin tahu apa saja yang bisa kujadikan budak?
Selain
hal itu, aku tak mengetahui apapun lagi karena tak ada penjelasan lebih lanjut,
tapi aku akan tahu saat aku menggunakannya.
"Selain
status-ku, kurasa aku masih berada di Rostalgia......?"
Aku
mati dan hidup kembali selama lima kali. Itu berarti mungkin aku dihidupkan
kembali, dimakan, dan dihidupkan lagi.... terus seperti itu sampai lima kali.
Selama
aku mempunyai Revenge of the
Grudgebearer, aku takkan benar-benar bisa mati.
Satu-satunya
yang kuyakini saat ini adalah aku masih hidup, jadi aku akan mempercayai
kekuatan unik-ku.
Hmm?
Kalau
begitu, apa artinya status-ku itu nyata?
Aku
harus mencobanya karena pengalaman itu penting.
Untuk
berjaga-jaga. Ini bukan Bumi, tempat sebenarnya aku berasal. Ini adalah
Rostalgia, dunia lain.
"Selanjutnya
adalah untuk memastikan apa yang terjadi"
Aku
melihat ke sekeliling.
Lantai
di sekitarku tak berwarna cokelat tapi diselimuti dengan warna merah. Cairan
warna merah.
Saat
aku mencoba menyentuhnya, aku mendengar semacam percikan air.
Itu
bukanlah air.
Itu
adalah darah.
".....
kayaknya..... ini darahku, ya....."
Ada
sangat banyak sekali darah. Aku mati lima kali, jadi.... yah.
....Tapi
serius..... aku beneran masih hidup?
Aku
meraba seluruh tubuhku. Aku bahkan menggulung bajuku unuk langsung melihat
kulitku dengan saksama. Bahkan tak ada luka goresan padaku.
Bajuku
semuanya merah karena menyerap darah meski.... rasanya mengerikan.
".....
kalau begitu"
Aku
berdiri dan meregangkan tubuhku.
"Apa
yang harus kulakukan sekarang?"
Tujuan
pertamaku harus bisa keluar dari dungeon
ini.
Aku
ingin menggunakan tangga untuk naik ke lantai sebelumnya, tapi aku tak bisa
menggunakannya karena tangganya terhalangi oleh sihir tipe tanah.
Senjata
yang hanya kupunya adalah pedang perunggu. Apalagi, setengah bagian bawah
pedangnya sudah patah. Mungkin demon
yang melakukannya.
Beberapa
perlengkapan yang kumiliki tepat sebelum aku mati seperti jubah masihlah bagus,
jadi kurasa ini sedikit belas kasihan?
"—Kayaknya
aku akan kembali tanpa senjata?"
Aku
tak merasa aman. Tapi kalau aku juga tak berbuat apa-apa sama saja. Aku hanya
akan kelaparan karena kekurangan makanan.
Aku
tak menginginkannya. Aku tak ingin cuman tinggal di sini saja.
Aku
akan melakukan sesuatu terhadap hidupku.
Kali
ini, aku akan melawan. Aku akan melakukan apa yang menurutku benar.
Lalu
aku akan membalaskan dendamku pada mereka. Akan kubunuh mereka semua.
Akan
kubalas mereka yang membunuhku dan semua hal yang telah mereka lakukan padaku.
Itulah
apa yang sudah kuputuskan.
Sekarang
aku sudah memutuskannya, maka harus kulakukan sampai selesai.
"Kayaknya
aku harus fokus untuk meningkatkan level dan status-ku dulu, deh...."
Tak
peduli berapa banyak status-ku meningkat, ada 29 pahlawan di pihak mereka.
Aku
tak tahu bagaimana caranya untuk mengalahkan banyak orang sendirian. Sial, aku
bahkan tak tahu sihir.
Biarpun
sudah jadi kuat, menghajar mereka semua kedengarannya bukan ide yang bagus.
Selain
itu, aku mungkin bisa kembali ke permukaan setelah mengalahkan bos lantai
terbawah dungeon ini.
Kupikir
begitu karena cara kerja pada semua dungeon
dalam gim yang biasa kumainkan mengizinkan pemain untuk bisa langsung teleportasi
keluar setelah menyelesaikan dungeon,
tapi tak ada salahnya untuk mencobanya.
"Nah,
kurasa aku harus mencari tangga"
Setelah
mengemas dan membawa kembali tas yang ditelantarkan, aku berjalan sepanjang
jalan.
Akhirnya
aku pun sampai di sebuah bangunan besar dengan pintu terbuka.
"Wow....."
Mulutku
terbuka lebar.
Ada
darah hijau dan merah di seluruh ruangan. Darah hijau itu berasal dari demon, sementara darah merah dari
Samejima dan yang lainnya.
"Kayaknya
tak ada apapun di sini, deh.... hmm?"
Saat
aku melihat ke seluruh ruangan, aku menemukan mayat di sudut sebelah kiri pintu
masuk.
Juga
serigala berwarna perak yang memakannya.
"Geh—"
Pemandangan
yang sangat aneh itu membuatku secara tak sadar mengatakan sesuatu.
"Grrr!!"
Serigala
pun langsung mendekatiku, menutup jarak di antara kami layaknya badai angin—dan
melompat.
"Wow!?"
Aku
menonjok serigala yang melompat lurus ke arahku layaknya peluru.
Saat
itu, aku mendengar suara tinjuku menyerang tulangnya.
Kepala
serigala pun meledak.
"A—apa....
apa aku membunuhnya?"
Tanganku
menembus kepalanya sampai ke lehernya. Tinjuku sepenuhnya keluar dari lehernya.
Serigala
itu pun berkedut, dan terjatuh dengan lemah.
Sudah
mati. Hanya dengan satu pukulan.
"......
Haha...... hahaha! Mantap! Mantap sekali!"
Menyadari
hebatnya perbuatanku, aku pun tak bisa menahan diri untuk tak tertawa.
Aku
membunuh demon mengerikan yang
ditakuti Samejima dan yang lainnya.
Hanya
oleh diriku sendiri. Hanya dengan satu pukulan.
Ini
pertama kalinya aku merasakan hal seperti itu, tak mungkin aku bisa menahan
diri.
"Hmph!"
Menarik
keluar lenganku, aku melemparkan mayatnya. Aku berjalan ke depan tubuh lainnya
yang sedang dimakan tadi.
"Gadis
ini...."
Rambut
hitam yang panjang hingga pinggangnya. Payudara besar yang tak setimpal dengan
setengah tubuhnya yang termakan.
Tak
salah lagi. Hanya ada satu orang yang kukenal yang cocok dengan rupanya ini.
Orang
mati di hadapanku ini adalah Hamakaze Shuri. Orang populer yang layaknya maskot
bagi kelas kami.
".....
yah, dia akan berguna"
Tentunya,
bukan dia yang saat ini. Aku bukanlah orang mesum semacam itu.
Dialah
yang terbaik, untuk menguji kekuatan spesialku.
"Di
penjelasannya bilang makhluk yang sudah mati, ‘kan......?"
Aku
mengingat kembali apa yang tertulis dalam penjelasannya.
"Mari
jadikan ini sebagai percobaan. Pengalaman adalah guru yang terbaik"
Aku
mulai mengaktifkan kekuatan spesialku, Lich
King, dengan Hamakaze sebagai targetku. Saat melakukannya, mantra-nya
mengalir langsung ke dalam pikiranku.
"Aku
akan memberimu kehidupan baru, kehidupan kedua. Buatlah perjanjian denganku dan
jadilah pelayanku. Binding Resurrection!"
Kilauan
cahaya biru muncul dari lenganku dan turun pada Hamakaze. Formasi sihir bersegi
enam pun muncul di bawah gadis itu.
"Jadi
itu menyembuhkan luka juga!"
Aku
sedikit bersemangat.
Tubuhnya
terluka, tapi dengan cepat disembuhkan.
Serius,
akan menjijikan kalau dia tetap seperti itu dengan semua organ tubuhnya menonjol
keluar.
Cahaya
itu pun tetap berada di sana selama sekitar sepuluh menit sebelum akhirnya
lenyap.
Mungkin
pertanda kalau dia sudah dihidupkan kembali.
"H—Hei,
Hamakaze? Bangunlah?"
Menusuk-nusuk
pipinya dengan takut, aku memastikan apa dia masih hidup.
Lalu,
mata berwarna gelapnya pun terbuka.
Matanya
tak redup. Itu adalah mata yang didukung dengan jiwanya.
Dia
bernapas. Kulitnya yang cantik pun terlihat, payudaranya sedikit berayun.
"Percobaan....
berhasil!"
"E—Eh?
Aku..... hidup? Bukannya aku mati?"
Kata
pertama yang diucapkannya pun gemetar.
Bahkan
tak menatapku yang berdiri tepat di sampingnya, dengan tergesa-gesa ia pun
memeriksa tubuhnya.
.....
reaksinya membuatku deja vu.
"Hei,
apa kau baik-baik saja?"
Aku
tak berada dalam situasi yang hanya bisa menunggunya.
Takkan
ada yang berubah kalau demon lainnya
datang, hanya akan membuang-buang waktu saja.
Makanya
aku memanggilnya dan mengulurkan tanganku.
Dia
mungkin cuma akan bilang kalau tanganku kotor atau semacamnya.
Dan
akan kuhukum kalau dia melakukannya.
.....Tapi
bukan itu yang terjadi.
"Oh...
i-iya...."
Hamakaze
menanggapiku dengan sedikit tersipu. Saat dia meraih tanganku dan berdiri, ia
pun menatapku dengan tatapan kosong.
Layaknya
seorang gadis yang sedang jatuh cinta.
.....Tidak,
tidak. Bukan itu yang harusnya
kupikirkan.
"U-mm!"
"Apa?"
"A-aku
Hamakaze Shuri. Umm... boleh aku tahu namamu?"
".....
Huh?"
Kenapa
dia bertanya begitu? Bukannya dia tahu kalau aku ini Katsuragi Daichi?
"U-m,
apa kau tidak inign memberitahuku? Ma-maaf."
Hamakaze
menunduk, air mata pun muncul dalam matanya.
H-huh?
Ada
apa ini?
Kurasa
mungkin aku perlu memeriksa rupaku setelah ini.
"Hei,
Hamakaze"
"Pa-panggil saja Shuri"
"Maaf, kayaknya aku bukan orang
yang pantas untuk memanggilmu begitu"
Akan
merepotkan kalau aku tak memberitahu namaku saat dia menemaniku.
Kayaknya
aku harus memberitahunya. Aku tak tahu kenapa, tapi kayaknya dia terlihat lebih
baik padaku sekarang.
"Aku Katsuragi Daichi"
".... Eh? Katsuragi Dai....
eh?"
Hamakaze
membuka dan menutup mulutnya. Cukup lucu untuk dilihat.
"Ya. Aku ini Katsuragi Daichi
yang sama dipanggil ke dunia ini bersama kalian semua"
"T-Tidak mungkin.....!"
Hamakaze
menjatuhkan dirinya ke tanah.
Kelihatannya
harapannya baru saja musnah. Hah, itu salahnya.
Aku
mulai merasa sedikit lebih baik.
"Hamakaze, ada yang ingin
kutanyakan padamu"
"..... .... ....."
"Hei"
"..... Jangan bicara padaku,
tahu dirilah"
".... Hah"
Saat
dia tahu siapa diriku sebenarnya, ia langsung kembali pada diri dia sebenarnya.
Teman-teman sekelasku memang tak pernah berubah, ya?
Tapi
kali ini, kedudukan kita sudah terbalik.
Aku
yang kuat, kau yang lemah.
"Hamakaze. Ini bukan
permintaan, melainkan perintah. Kau akan
menjawab pertanyaanku"
"Bicara apa kau ini? Apa aku
tak tahu diri?"
Berkata
begitu, dia melafalkan mantra.
"Roh api, bakarlah dia! Fireball!"
Bola
api yang seharusnya muncul di udara pun tak muncul. Hamakaze berkedip, bingung.
"K-kenapa!? Mana-ku seharusnya cukup!?"
"Kenapa tidak kau perisksa
status-mu saja untuk mencari tahunya?"
Aku
menyeringai. Aku mungkin terlihat mirip penjahat.
"O-open!"
Hamakaze
Shuri
Job :
High-Grade Slave Lv.2
Stamina : 620
Mana : 520
Strength : 190
Resistance : 200
Dexterity : 320
Special Abilities
:
· [Auto Heal]
Mengembalikan 5 stamina setiap 10 menit
Speicial Conditions
:
· [High-Grade
Slave] Master : Katsuragi Daichi. Setiap serangan
terhadap master-mu diblokir. Dipaksa patuh sampai dilepaskan.
|
"A-apaan
ini....?"
Hamakaze
terkejut.
Ngomong-ngomong,
kayaknya aku bisa melihat status siapa pun yang jadi budakku.
Aku
juga melihat status Hamakaze yang muncul di hadapanku.
"Sekarang kau mengerti, ‘kan
Hamakaze? Aku ini majikanmu, dan kau itu budakku. Kau tak bisa melawanku"
"Mana mungkin aku mau
menerimanya!"
"Memang itu kenyataannya.
Lagian, bukannya ini karma atas perbuatanmu selama ini terhadapku?"
"A-aku tak melakukan
apapun!"
"Benar, kau memang tak
menyiksaku, tapi kau juga tak berusaha menolongku. Itulah dosamu"
"Tidak mungkin......"
"Apa kau tahu seberapa
menderitanya aku? Kau pasti tidak tahu, ‘kan? Setiap harinya, aku dipukuli,
dicaci maki. Apa kau pikir bisa memahami perasaanku ini?"
Hamakaze
sama sekali tak bisa menanggapinya. Tentu saja dia tidak bisa. Kalaupun dia paham,
dia takkan bisa melakukannya.
Aku
pasti akan marah kalau dia langsung melakukannya dan bilang dia bisa
memahaminya.
"... Cih, cepat tutupi
payudaramu dan jawab pertanyaanku"
Aku
memberinya jubah yang kukenakan.
"A-apa?"
"Jubahku. Pakai itu agar kau tak
kedinginan. Barusan kau sudah mati"
"A-aku tak membutuhkan belas
kasihmu....."
"Walaupun dari tadi kakimu
sudah gemetaran? Jangan menghambatku"
".... Hmph"
Hamakaze
mengambil jubah dari lenganku dan dengan enggan memakainya.
Setelah
memelototiku dengan tajam, dia berhenti seakan mengubah pikirannya dan
membisikkan sesuatu.
"Huh? Apa kau bilang
sesuatu?"
"Tidak! Dan jangan lihat ke
sini!"
"..... Terserahlah"
Saat
aku berjalan keluar ruangan, Hamakaze terjatuh di sampingku.
Terima kasih.
Itu
adalah kata-kata yang sudah lama belum pernah kudengar.... aku akan
merahasiahkannya.
The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 04 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
7 komentar
Makin ajib nih...
Replymantabb min....gass polll
ReplyNext
Replylanjut min~
ReplyKurang gambar hamakaze shuri nih min di terjemahan eng'a ada pict shuri'a
ReplyTerus yang di atas itu emangnya gambar siapa :3
ReplyLol high grade slave XD
Reply