Chapter 08- Dimulainya Pertarungan Kematian ②
Menelusuri
dengan mengikuti jalan mana pun yang terdapat banyak demon, kami pun akhirnya menemukan tempat yang mencurigakan.
Ada
pintu logam yang tertutup rapat dengan rantai secara horizontal maupun
vertikal.
Ada
kabut yang terlihat berbahaya keluar dari celah pintu.
....
apa itu..... mana?
"Daichi"
Hamakaze
juga sepertinya merasakan sesuatu. Dia menatap pintu tertutup itu dengan
saksama.
....
Haruskah aku masuk?
Pasti
akan ada musuh yang lebih kuat ketimbang musuh yang sudah kami lawan sejauh
ini.
Dan
kalau kami bisa mengalahkannya, jalan menuju lantai selanjutnya pun mestinya
terbuka.
Sejauh
ini begitulah caranya. Ada demon kuat
pada setiap ruangan terakhir di lantai 51 sampai 59. Kalau bukan, maka perangkap
seperti Rumah Monster.
".... Kalau aku tak terus
maju..... aku takkan bisa membalaskan dendamku....."
Kusingkirkan
rasa takut yang mungkin perlahan menjalar dalam pikiranku dengan rasa benciku.
".... ayo pergi?"
Aku
mengepalkan tanganku.
"Ya, Daichi"
"Hamakaze, kita akan
melakukannya kayak biasa"
"Aku mengerti"
Hamakaze
mengangguk.
Aku
bersiap-siap untuk menggunakan Berserk
Tempest.
Hamakaze
bergegas masuk dengan belati yang dikuasainya.
"Wahai roh angin, sayatan
udara. Wind slice!"
Rantai-rantai
pada pintu pun mengeluarkan suara dentingan logam yang keras saat rantai-rantai
itu terpotong. Segelnya terlepas, pintunya pun mulai terbuka dengan sendirinya.
Aku
tak bisa melihat dengan baik melalui kabut. Kalau begitu......
"Aku akan menyingkirkan kabutnya!!"
Tepat
saat terdapat celah yang cukup lebar untuk dilewati satu orang, aku pun lari ke
depan pintu masuk.
Yang
bergerak pertama lah yang memutuskan alur pertarungan. Sebelum pergi ke dalam
ruangan, aku pergi bertarung dengan menggunakan Berserk Tempest.
Kudorong
tanganku ke depan bersama dengan sejumlah besar mana yang dikumpulkan sebelumnya.
"Ubahlah semuanya menjadi debu
dan kembalikan ke tanah! Berserk Te—"
Akan
tetapi, tepat sebelum aku menyelesaikan mantra-nya, tanganku melengkung ke
udara.
........
Huh?
Tanganku?
Apa?
H-huh?
Pikiranku
tak bisa mengikutinya. Namun, rasa sakit itu menyentakkan tubuhku.
"Gaaaaah!!?"
Darah
terus menyembur keluar.
Rasa
sakit yang menyakitkan ini menyerang pikiranku.
Ow,
sakit, sakit sekali!
Sakit,
sakit, sa—sakit, sakit, sakit, sakit!
"Ugh.....!"
Aku
merasa ingin muntah. Saat aku mencoba melawannya, aku jatuh berlutut dan bagian
dalam isi perutuku pun keluar ke tanah.
. "Hah... hah! Ah...."
Penglihatanku
tak jelas, semuanya berkabut.
Apa
aku terlalu kehilangan banyak darah?
Tidak,
seharusnya aku memikirkan dulu untuk kabur.
Ayo
lakukan itu, aku tak ingin terluka seperti ini. Aku akan pergi, lalu menyuruh
Hamakaze menyembuhkanku.....!
Saat
kucoba berdiri tegak, tangan yang kugunakan untuk menopang pada tanah sudah
putus.
.....?
"Uh?"
Karena
tak adanya topangan apa pun dengan kedua tanganku yang sekarang hilang, aku pun
terjatuh ke tanah.
Tubuh
bagian atasku sepenuhnya masuk ke dalam ruangan.
Ah,
sial.... ...... .......
"GUOOOOOOH!"
Aku
mendengar suara teriakan.
Aku
mendongak untuk melihat dari mana teriakan itu berasal dan—
Aku
tak bisa melihat apa pun.
Rasa
sakit yang tajam menusuk leherku, aku pun kehilangan kesadaran.
***
Kegelapan.
Hitam. Gelap gulita.
Hanya
itulah yang bisa kugambarkan mengenai tempat ini. Kakiku tak menyentuh tanah.
Aku melayang. Dan saat kucoba bergerak, anehnya aku merasa lamban.
[Senang
bertemu denganmu, Pahlawan]
Saat
kubalikkan tubuhku ke asal suara itu, aku melihat seorang wanita.
Aku
tak bisa begitu melihat wajahnya karena rambut hitam panjang menutupinya. Entah
kenapa, dia berdiri di dalam kegelapan ini. Dia mengenakan gaun hitam legam.
Dia
mengulurkan tangannya dan melangkah sedikit lebih dekat.
Pada
saat itu, terjadi perubahan dalam dirinya.
Perasaan
haus darah yang liar mengalir keluar darinya, wanita itu menaikkan ujung
mulutnya.
[Selamat
datang..... dan berhati-hatilah]
Keringat
dingin membanjiri tubuhku. Pikiranku bilang kalau aku harus kabur, aku harus
lari darinya.
Tapi
aku tak bisa bergerak. Aku tertahan seperti diikat.
"S-Siapa kau!?"
Aku
hampir tak berhasil mengeluarkan pertanyaan itu.
Ia
mengabaikannya.
Ia
hanya terus tersenyum. Aku hanya tak bisa melihat kalau senyumanya itu seperti demon yang murka.
Selangkah
demi selangkah, dia mendekatiku.
[Modar,
modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar,
modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar,
modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar, modar,
modarlah!]
"T-Tidak!"
Tubuhku
langsung merespon saat diberitahu utuk mati.
Kenapa
aku mesti mengalami rasa sakit ini?
Kenapa
hanya aku yang mesti mengalami sesuatu yang begitu menyiksa?!
Tubuhku
mengabaikan apa yang kukatakan dan menolak untuk bergerak seinci pun.
Bergeraklah!
Kumohon,
bergeraklah!!
Bergeraklah
kau brengsek!!
[Modar]
Seketika
itu juga, jemarinya yang tipis dan seputih salju mencengkram leherku—
***
"Tidaaaaaaaak!!"
"Kyaaa!?"
"—!"
Aku
melompat ke arah suara gadis itu. Mengangkanginya, kudorong telapak tanganku ke
kepalanya.
Kalau
aku tak membunuhnya, aku akan dibunuh!
Bahkan
kalau aku harus mengerahkan seluruh mana-ku,
akan kuakhiri!
"Wahai roh angin, sayatan udara!"
"Daichi!!"
"—Huh?"
Mendengar
namaku dipanggil tepat sebelum aku menyelesaikan mantra-nya, aku pun berhenti.
Saat
menarik kembali lenganku, aku melihat wajah yang kukenal.
"..... Hamakaze?"
Bukan
wanita itu.
Melainkan
budakku, Hamakaze Shuri.
"Ya..... aku Hamakaze
Shuri"
"T-Tidak mungkin. Kau pasti palsu.
Maksudku, kau baru saja mau membunuhku....."
Aku
bisa mengingatnya dengan jelas.
Seorang
wanita misterius mencengkram leherku.....
Tapi
pemandangannya berbeda, aku berada di dalam dungeon.
Bahkan satu warna tembok usang pun tepat persis seperti yang kuingat.
Apa
sih yang sedang terjadi.....!?
Siapa
yang aku bunuh? Siapa yang mencoba membunuhku? Siapa yang akan membunuh
siapa......?
"Tenanglah, Daichi"
Suara
Hamakze menyeretku keluar dari kebingungan dan membawaku kembali ke kenyataan.
"Aku tak tahu apa yang
membuatmu jadi bingung begini, tapi tolong tenanglah"
Melihatku
yang kebingungan, Hamakaze pun mencengkram lenganku.
Kehangatan
dan suara lembutnya menyelimuti pikiranku dan menghilangkan kebingunganku, menguraikan
perasaan rumitku.
Saat
pikiranku jernih, aku mulai memastikan apa yang terjadi.
Napas
kasarku juga perlahan mulai tenang.
"..... Daichi... apa kau
baik-baik saja?"
"Y-ya...."
"Benarkah? Syukurlah....."
Hamakaze
terlihat lega.
Itu
menunjukkan bertapa anehnya aku tadi.
Sialan....
aku hanyut oleh rasa takut akan kematianku?
"Um.... Daichi?"
"Apa?"
"Kalau.... kalau kau mau, aku
tak keberatan untuk terus......"
Aku
masih mengangkangi Hamakaze. Posisinya membuat payudaranya terlihat jelas lewat
bajunya.
Aku
menyadari apa yang dia maksud.
"T-Tidak, aku tak bermaskud
begitu. Aku akan menyingkir. Beri aku sedikit waktu dulu"
Pulih
dari kebingunganku, aku ingin memastikan sesuatu.
Masih
ada kemungkinan kalau dia adalah palsu.
"Open"
Katsuragi
Daichi
Job : Hero
Lv. 46
Stamina : 3100
Mana : 3240
Strength : 4080
Resistance : 3400
Dexterity : 2130
Special Abilities
:
· [Heart
of Steel] Nilai resistance jadi dua kali lipat selama
pertarungan. Menangkal racun, lumpuh, hipnosis, kerusakan mental 1/3 dari
waktunya.
· [Indomitable
Mentality] Mana takkan berada di bawah 100.
· [Absolute
Command] Muncul pada mereka yang dihidupkan kembali oleh
Lich King yang level-nya lebih rendah darinya. Perintah apa pun yang diterima
oleh budak akan ditaati sampai otoritasnya dihentikan.
· [Magus
of Slaughter] Damage yang diberikan pada musuh juga akan
melukai spesies yang sama dalam radius 10 meter.
· [Lich
King] Mampu membuat kontrak dengan makhluk yang sudah
mati, menghidupkannya kembali dan mematuhi perintahmu. Tiap kali sang
pengguna mati, akan mendapatkan slot.
· Saat
ini : 2 slot terbuka
Unique
Abilities :
· [Reveng
of the Grudgebearer] Tak peduli berapa kalipun kau mati, menghimpun
kekuatan dari jurang kematian dan bangkit kembali
· Saat
ini : Mati 6 kali
|
Hamakaze
Shuri
Job :
High-Grade Slave Lv. 57
Stamina : 2000
Mana : 1750
Strength : 1900
Resistance : 1000
Dexterity : 980
Special Abilities
:
· [Auto
Heal] Mengembalikan 5 stamina setiap 10 menit.
· [Loyalty] Saat
nyawa Master terancam, semua status meningkat menjadi 150%
Special Conditions
:
· [High-Grade
Slave] Master : Katsuragi Daichi. Setiap serangan
terhadap master-mu diblokir. Dipaksa patuh sampai dilepaskan.
|
Apa
yang tertulis tak diragukan lagi kalau dia adalah Hamakaze Shuri.
Status-ku
juga naik. Batasan pada Lich King
meningkat jadi 3 orang.
Yang
paling tepenting, jumlah kematianku naik jadi enam.
Dengan
kata lain, ini bukan mimpi maupun halusinasi, ini adalah dunia.... setelah aku
terbunuh pada pintu itu.
Semuanya
nyata.......
".... .... Hah...."
Dengan
lemah, aku jatuh menyamping ke lantai.
Seketika
aku langsung merasa aman, aku kehilangan semua ketegangan.
"Ada apa?!"
Tanya
Hamakaze dengan panik.
"Aku cuma sedikit lelah"
"T-Tapi...."
"Tak usah khawatir.... biarkan
aku tidur sebentar... aku benar-benar..... tak bisa...."
Karena
tak bisa menahan rasa kantuk yang menyerangku, aku pun tertidur.
The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 08 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia