Tambahan – Menuju Kota Berikutnya
Kami
berhasil keluar dari Trance Labyrinth
dengan selamat. Yah, meski rasanya agak sedikit berlebihan untuk mengatakan
berhasil keluar dengan selamat.
Tapi
yang jelas, kami masih hidup. Itu sudah cukup bagus.
"Jadi begini rasanya usai
menaklukan dungeon....."
Usai
menaklukan dungeon pertamanya, Tamaki
melihat ke sekitar seakan merasa sangat tersentuh.
Aku
bisa sedikit memahami perasaannya.
Usai
terselebung di area-area tertutup, mencium darah, dan memperjuangkan hidupmu
begitu lama, dunia luar adalah pemandangan yang menakjubkan untuk dilihat.
Langit
biru memang indah. Bahkan udara saja terasa segar.
Semuanya
terasa lebih hidup.
"Terima kasih, dan kerja bagus,
Daichi. Kau juga, Leadred, Yui."
"Kupikir aku benar-benar
bakalan mati kali ini. Yah, meski aku sudah mati sekali."
"Harusnya aku yang berkata
begitu.... Yah, tapi berkat kalian semua, kita berhasil menanganinya."
Emangnya
dia tidak bisa menguncapkan terima kasih dengan sedikit lebih patuh, ya?
Yah,
mungkin seperti itulah cara dia menunjukkan rasa terima kasihnya. Meski kalau
dia yang dulu mungkin takkan berkata begitu.
"Yang lebih penting, Tamaki.
Yang lainnya juga pasti ada yang pergi ke dungeon
sepertimu secara berkelompok, ‘kan? Beritahu aku kemana mereka pergi."
"Palingan aku hanya tahu
orang-orangnya saja? Samejima, Nanamin, dan Kijima membuat satu kelompok. Mikima,
Suzuki, dan Tokubara membuat satu kelompok lainnya. Lalu ada kelompok kami. Akan
tetapi, aku tak tahu dungeon mana
yang dituju Samejima."
"Huh? Kenapa kau tidak
mengetahuinya?"
"Mereka langsung pergi dan tak
mengatakan apa-apa. Kami sibuk mengurus barang-barang kami sendiri, jadi kami
tak punya waktu untuk mencemaskan mereka."
"Cih, kagak ‘guna."
"Iya, iya, maaf, salahku."
Menjulurkan
lidahnya, Tamaki terlihat seperti tak merasa bersalah sama sekali. Mari
pastikan supaya dia merasakan rasa sakit di dungeon
berikutnya.
Itu
akan menjadi suatu kehormatan bagi seseorang yang mencoba jadi tameng.
"Daichi. Apa prajurit yang kau
jadikan budak di istana juga tak mengetahui soal kelompok-kelompok
lainnya?"
"Itu adalah sesuatu yang
bersifat rahasia. Hanya diberitahukan pada kelompok yang ditugaskan."
"Terus apa yang harus kita
lakukan? Pergi ke tempat paling dekat lagi?"
Leadred
meregangkan badannya, menikmati sinar matahari pada tubuhnya.
Kelihatannya,
sarannya menjadi satu-satunya pilihan kami.
Apakah
itu tempat yang dituju Samejima atau bukan, akan tergantung pada takdir.
Tapi
aku pasti akan membunuhnya. Aku akan menemukannya, dan akan kuakhiri hidupnya
dengan tanganku sendiri.
"..... Ya. Tapi mari kita pergi
ke kota terdekat dahulu. Kita tak bisa kembali ke Wrystonia lagi."
"Eh, terus bagaimana dengan
barang-barang yang kutinggalkan di sana?"
"Buang saja di sana. Karena
sekarang, kau sudah jadi budakku untuk seumur hidup. Kau tak memerlukan lagi
barang-barangmu itu, kita takkan kembali ke dunia kita."
"Kejamnya! Shuri, Katsuragi
kejam!"
"Yui, perkataan Daichi itu
mutlak, oke?"
"Kalian berdua ini iblis?!"
Tamaki
takkan kalah dengan siapa pun kalau soal berisik, tapi saat itu dia merasa senang.
Dia
masih hidup dan tersenyum dengan rekan-rekan yang disayanginya.
Aku
mulai memahami kurangnya pengalamanku lewat dungeon
ini.
Aku
harus jadi lebih semakin kuat lagi di dungeon
berikutnya, sehingga takkan jatuh ke dalam keadaan genting seperti itu lagi.
Membulatkan
tekadku, kukepalkan tanganku di depan dadaku.
Saat
melakukannya, aku merasakan kelembutan yang menyelimuti tanganku.
"Ayo, Daichi."
Berkata
begitu, Shuri menarik tanganku.
Leadred
pun menyebarkan peta saat kami sudah bersiap pergi, dan Tamaki yang melihatnya
berkata ini dan itu.
Mereka
menunjukkan kesiapan mereka secara berbeda-beda, tapi mereka bersemangat dengan
caranya tersendiri.
Melihat
sesuatu yang sebelumnya tak pernah terpikirkan akan kulihat, senyuman pun
menjalar di wajahku.
"Ya. Kita akan pergi ke kota
pandai besi, Russell!"
Melihat
senyuman di wajahku, Shuri mengeratkan genggamannya pada tanganku saat kami
mengambil langkah pertama menuju kota baru.
The Forsaken Hero - Volume 01 - Tambahan Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
1 komentar:
Lanjut .in
Reply