Tuesday, February 26, 2019

Hajimari no Mahoutsukai - Volume 01 - Chapter 30 Bahasa Indonesia






Chapter 30 – Reinkarnasi




            Pernahkah kamu merasa ingin terbang di langit?

            Kapanpun kumendongak ke langit biru, kapanpun kumelihat awan putih mengapung di langit, kapanpun kumelihat burung terbang tinggi di langit, kuselalu merasa ingin terbang.

            Memang sebrapa menyenangkannya terbang?

            Aku tidak begitu ingat mengenai apa yang kupikirkan sebelum belajar caranya berbicara, tapi kupikir rasanya sama.

            Terus menjalani hidup yang sama tanpa kekurangan makanan. Pergi keluar untuk mengumpulkan bebuahan dan kacang-kacangan, lari dari binatang-binatang buas, dan menyaksikan saudara-saudaraku berangkat untuk mati, hanya itu saja.

            Bukannya aku tak merasa puas dengan semua itu, sih.

            Hanya saja, memang begitulah duniaku, tak pernah kuberpikir ada cara lain.

            … Tidak tahu menahu ada sesuatu di luar angkasa dan berpikir tak lama lagi ajal akan menjemputku, kuberpikir untuk menyerah akan hal itu.

            Yang menghempaskan semua itu adalah naga, naga besar yang turun dari langit.

            Aku dibuat takut sewaktu pertama kali bertemu naga itu, mengira bahwa ialah yang akan menjemput ajalku.

            Namun.

            "Jangan takut, Dek. Tenang, ya? Aku ini naga baik."

            Aku takbisa memahami apa yang dikatakannya, tapi kubisa tahu dari nadanya yang amat ramah. Selagi aku tidak mengetahui arti kata-katanya itu, aku bisa tahu apa yang ingin dikatakannya.

            Karena itulah, sewaktu ayah mau memilih seorang anak untuk dipersembahkan kepada naga itu, aku memaksanya untuk memilihku.

            Bila kupergi ke naga merah yang bisa terbang di langit itu, sesuatu akan berubah.

            Kugenggam erat-erat harapan tak pasti itu.

            Sebenarnya, itu bukanlah semacam dongeng yang bisa merubah sesuatu dengan mudahnya.

            Naga itu… Mentor itu orangnya puluhan, ratusan kali lebih aneh dari yang kukira, tipe orang yang takkan pernah bisa kutempatkan dalam satu golongan.

            Sejak awal, kami bahkan tidak mempunyai bahasa saat itu.

            Nama. Rumah kayu. Makanan yang dimasak. Wadah tanah liat. Garam. Sendok. Konsep. Memilah antara tetanaman dan binatang. Energi. Surat. Mandi.

            Dan terakhir, sihir.

            Semua yang dipikirkan Mentor adalah hal-hal yang belum pernah kami lihat atau dengar sebelumnya, jadi bagiku yang masih muda saat itu, jatuh cinta padanya merupakan hal yang wajar… tak lama, perasaan itu semakin berkembang menjadi kasih sayang yang mendalam juga.

            Dan saat kuperhatikan Mentor dari samping, dia entah bagaimana menyadariku yang sangat biasa.

            Dia pecinta damai, tak jago berkelahi, dan meskipun ramah, ada kalanya dia marah.

            Dan dia juga sangat pengecut—bisa dibilang, dia hanya sedikit bimbang.

            Walaupun dia adalah naga yang lebih kuat ketimbang yang lain dan tahu ada berbagai hal yang juga tidak diketahuinya meski wawasannya luas, di dalamnya dia hanyalah pria biasa.

            Keanehannya itu membuatnya lebih ramah ketimbang naga lainnya, yang membuatku menjadi semakin sangat menyukainya.

            … yah, kurasa keterus teranganku pada Jack Frost mengenai perasaanku supaya dia membantuku mungkin sedikit berlebihan, tapi hanya Nina seoranglah yang tahu akan hal itu, jadi tolong anggap saja semua itu sebagai ketidakbijaksanaan anak muda dan biarkan kumelupakannya.

            Aku tak tahu pandangan orang lain terhadapku.

            Tak pernah mempunyai anak, tak pernah tahu kesenangan terakhir yang dimiliki seorang wanita, dan sekarat tepat setelah memeluk orang yang kucinta untuk pertama kalinya, dipikir orang mungkin aku ini orang yang berpangku tangan.

            Misalnya, Nina.

            Dia adalah orang yang mengatakan hal-hal semacam itu dengan sangat terus terang.

            Namun, kurasa aku tidak begitu.

            Aku sungguh menikmati hidup yang kuhabiskan bersama Mentor.

            Tak sedikit pun kumenyesalinya, atau kurasa tak ada lagi cara yang lebih baik untuk menghabiskan hidupku selain itu. Andai kata kupunya lebih dari sepuluh kali untuk menghabiskan hidupku, maka akan kuhabiskan juga dengan cara yang serupa.

            Sihir adalah sesuatu yang terdiri dari nama.

            Mentor berulang kali mengatakan hal itu padaku.

            Dia memang mengatakannya, hanya berbicara soal prinsip-prinsip sihir.

            Namun bagiku, bukan hanya sekedar itu saja.

            Apa yang diberikannya padaku sedari awal.

            Itu pastilah yang paling mengagumkan dari semua sihir.

            Sebagai guru, ayah, saudara, serta suami.

            Mentor melimpahiku dengan cinta tulusnya.

            Karena itulah, pada akhirnya aku juga bisa menggunakan sihir.

            Dialah yang bilang aku pasti bisa.

            Jadi kumohon.

            Mungkin akan memerlukan beberapa dekade, abad, atau bahkan milenium.

            Namun, kupasti akan bertemu lagi dengannya.

            Jadi kumohon, tunggulah aku. Ryouji—



⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

Hajimari no Mahoutsukai - Volume 01 - Chapter 30 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh

2 komentar