Saturday, March 2, 2019

Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 15 Bahasa Indonesia


Chapter 15


            Aku langsung lanjut lari lagi dan menuju ke kastil seberpisahnya dengan Olga-san.

            Di perjalanan, aku banyak menarik perhatian orang-orang… perlengkapanku nampak membuat mereka terkejut.

            Aku heran, apa beneran enggak masalah latihan Pasukan Penyelamat yang senyentrik ini dikasih lihat orang lain.

            Aku sendiri sih lebih suka lari di dalam kastil ketimbang di pinggiran luar tembok. Namun dikarenakan aku menggendong Bluerin, kurasa mereka takkan mengizinkanku masuk.

            Sembari memikirkannya, aku pun sampai di gerbang masuk kastil.

            Gerbangnya memang benar-benar besar. Aku enggak sempat melihatnya karena kena culik Rose sebelumnya tapi… sungguh, pintu pelindung kastil itu memang sangat hebat.

            Selagi aku dibuat kagum oleh pintu tersebut, aku pun menghampiri penjaganya.

            Penjaganya sempat waspada saat melihatku, tapi ekspresinya langsung berubah saat melihat seragam yang kukenakan.

            "Anda pasti Tuan Usato dari anggota Pasukan Penyelamat, benar bukan?"

            "Benar, tapi…."

            Sungguh orang yang kecil hati.

            "Kalau boleh tahu, ada urusan apa Anda hari ini?"

            "Aku pengin masuk ke dalam kastil tapi… bisa enggak membiarkan yang satu ini ikut masuk juga?"

            Kita lihat, apa mereka bakal mengizinkan Bluerin masuk juga.

            "Anak beruang Blue Grizzly, ya? Rose-sama sudah memberikan izin, jadi harusnya tidak ada masalah!"

            "Eehh! Beneran boleh nih, membiarkan monster masuk ke dalam halaman kastil?!"

            "Rose-sama sudah menjamin keamanannya, sehingga tidak ada masalah."

            Semenjak kapan Rose memberi izin…? Apa pas sekembalinya aku ke kerajaan?

            Mungkin dia sekalian memberikan izin Bluerin untuk memasuki kastil selagi menyusun laporannya. Dia juga mengira aku bakalan membawa Bluerin bersama ke dalam kastil. Terlebih lagi, ini orang sangat dipercaya. Sebenarnya, siapa sih Rose ini?

            Selain pemimpin Pasukan Penyelamat, aku hampir enggak tahu apa-apa mengenainya.

            "Kalau begitu, aku masuk, ya?"

            "Silahkan, lewat sini."

            Aku pun memasuki kastil sembari menggendong Bluerin.

            … apabila nanti Bluerin menyerang seseorang, akan kugunakan seribu satu macam cara untuk menghentikannya.

            "Jangan nakal, ya?"

            "Gu~"

            "Santai banget kau ini. Beneran paham enggak, sih?"

            Bluerin benar-benar santai di punggungku.

            Melihatnya yang santai, membuatku enggak lagi cemas.

            Begitu aku memasuki kastil, aku lanjut lari lagi.

            Tujuanku adalah tempat latihan kastil. Aku sendiri belum pernah ke sana, tapi mungkin aku bisa menelusurinya dari obrolanku dengan Kazuki dulu.

            "Aku ada dengar tempatya itu ada di alun-alun yang luas."

            Aku benar-benar hanya bisa berharap pada satu petunjuk yang mencolok tersebut… kedengaran konyol, tapi harusnya bisa ditemukan dengan mudah karena ukuran tempatnya.

            Pas aku bebralik, aku menemukan halaman alun-alun yang luas.

            Kayaknya, memang ini deh tempatnya.

            "… Oh."

            Bejibun kesatria tengah berlatih dengan pedang kayu. Kelihatannya, pertarungan dengan pasukan Raja Iblis sudah dekat.

            Aku melihat-lihat sekitar saat mendekati tempat latihan. Saat keluyuran di samping, aku pun melihat sosok seorang gadis berambut hitam.

            Pasti itu Kak Inukami?

            "Kak Inukami!!"

***

            Aku, Inukami Suzune, tengah mengembangkan jurus pamungkasku.

            Sesuai namanya, itu adalah jurus yang pasti akan menundukkan lawan dan membawakan kemenangan.

            Dikarenakan latihan sihir hampir berakhir, aku pun memilih untuk sedikit menyempurnakannya lagi di pinggir. Secuil peluang pun bisa dimanfaatkan dengan jurus itu supaya bisa membuatku bertahan hidup.

            Akan tetapi, biarpun aku menyebutnya jurus pamungkas, selebihnya itu hanya sekedar omong kosong belaka karena aku hanya menembakkan petir saja… tak berbeda jauh dengan petir biasa.

            Aku ada dengar kalau lelaki tahu banyak soal beginian, tapi aku takbisa mengandalkan orang macam Kazuki. Anak itu tak punya ketertarikan dengan hal-hal seperti ini.

            "Kak Inukami!!"

            "Hmm?"

            Itu adalah suara yang belum kudengar belakangan ini.

            Berbalik ke asal suara tersebut, kudapati teman satuku lagi yang datang ke dunia ini bersama kami.

            Usato-kun berlari menghampiriku.

            Melihat sosoknya, tubuhku menjadi setegang batu.

            Di punggungnya Usato-kun ada beruang biru.

            "Usato-kun, beruang di punggungmu itu…?"

            "Aah, dia ini monster anak beruang Blue Grizzly. Dia penurut dan tidak menyerang orang lain, lo?"

            Usato menurunkan si beruang saat berkata begitu. Usai melakukannya, dia pun berjongkok dan mengelus pelan kepala beruang itu.

            Aku heran, kenapa Usato bisa bersama dengan monster anak beruang itu.

            "Sebenarnya, tempo hari aku bertahan hidup di hutan yang dipenuhi monster selama 10 hari. Banyak hal yang terjadi dan akhirnya jadi dekat dengan si kecil ini."

            "Be-Begitu, ya? Pantas saja aku tidak melihatmu di pondok Pasukan Penyelamat."

            Aku merasa gatal pengin bertanya apa yang dialaminya saat berada di hutan yang dipenuhi dengan monster. Namun, tidak baik untuk terlalu banyak bertanya.

            Selain itu, aku juga penasaran mengapa dia ada di sini.

            "Apa hari ini kamu datang untuk menemuiku?”

            "Waktu itu Kazuki dan Kak Inukami yang datang menemuiku, jadi aku juga ingin mampir ke sini sambil latihan… eh? Kazuki enggak ada di sini?"

            Keingintahuanku malah diabaikan dan berlalu begitu saja.

            Meski sempat merasa syok, tapi aku pun menjawab pertanyaannya.

            "Pagi buta tadi Kazuki-kun sudah meninggalkan kerajaan. Dia berniat mencari pengalaman bertarung sungguhan dengan monster. Mungkin kalian berdua berpapasan?"

            "Ah, begitu, ya?... Kalau begitu, Kak Inukami sendiri?"

            "Bahaya kalau kedua pahlawan meninggalkan kerajaan, jadi aku tetap di kastil. Kamu tidak perlu mencemaskan Kazuki-kun, Sigris juga ikut bersamanya. Namun, Seria sedang kesal karena pas pagi Kazuki-kun sudah tidak ada di sini."

            "Hahaha, itu mah benar-benar masalah. Namun, syukurlah kalau ada yang menemaninya, jadinya aku enggak perlu khawatir lagi."

            Usato-kun mendesah lega.

            Hehe, jadi sekarang ini kamu memikirkan temanmu?

            Akan tetapi, aku masih benar-benar penasaran—

            "Guruu~"

            "Eng? Kau sudah ngantuk ya, Bluerin? Padahal kau ini enggak banyak gerak, jadi harusnya enggak kelelahan, ‘kan…?"

            Dia ini beruang.

            Ini pertama kalinya buatku melihat langsung beruang liar, dia lucu sekali. Jadi ingat sama panda yang kulihat saat kecil dulu.

            Tadinya kupikir beruang itu adalah makhluk yang ganas, dan kebanyakan orang takut melihatnya.

            Akan tetapi, beruang yang ada di hadapanku ini matanya mengantuk dan meragangkan tubuhnya sendiri… aku tak merasa takut melihatnya.

            Tidak, aku harus megakui kelucuannya demi diriku sendiri.

            "Usato-kun, boleh aku menyentuhnya?!"

            "Tolong jangan tiba-tiba berteriak begitu. Aku jadi kaget."

            "Ma-Maaf."

            Aku jadi terlalu bersemangat dan takbisa menahannya.

            Gawat, gawat… aku harus tenang.

            "Boleh, kok. Kalau nanti kena gigit, aku akan menyembuhkanmu."

            "Kena gigit, jangan menakut-nakuti begitu…."

            Namun, aku sudah dapat izin.

            Kuulurkan tanganku selagi jantungku berdebar cepat.

            Datang ke dunia lain dan bisa mengelus binatang semacam ini… beruntung sekali, ini pasti yang namanya takdir.

            Begitu tanganku mendekati kepala beruang itu—

            Plak.

            Beruang itu menghempaskan tanganku.

            "Ah…."

            Perasaan hampa apa ini? Perasaan ini serupa dengan menunggu sesuatu dalam waktu yang lama, tapi seketika itu pun langsung dihancurkan.

            Selagi menatap kosong pada tanganku sendiri, Usato-kun mulai bicara karena merasa canggung.

            "Ka-Kak Inukami, dia ini takut sama orang asing!"

            "Aku tidak sedih, kok! Aku sempat menyentuhnya, tadi aku hanya terlalu bersemangat saja!!"

            "Aku enggak merasa begitu sewaktu menyentuhnya?!"

            Uuuhhh, iri sekali aku, Usato-kun…!

            "Begini saja. Nama! Mungkin kalau kakak memanggilnya, nanti dia enggak akan terlalu waspada dan membiarkan Kak Inukami menyentuhnya!"

            "Kalau begitu, kasih tahu aku namanya."

            "Bluerin."

            Blue… rin?

            Memangnya itu nama?

            … Itu nama yang cukup bagus, bukan? Kamu benar-benar punya selera penamaan yang bagus.

            Tentunya, supaya bisa akrab dengannya, aku harus memanggil namanya agar dia tidak terlalu waspada. Selagi kumengulurkan tanganku ke hadapannya, aku memanggil nama Bluerin dengan suara riang yang hingga sekarang pun belum pernah kulakukan.

            "Sini, Bluerin!"

            "Kapu."

            Bluerin menggigit tanganku. Itu hanya sekedar gigit bohong-bohongan sehingga tidak ada darah yang keluar… tanganku yang dilepaskannya pun dipenuhi dengan air liur.

            Usato-kun, apa ini karena Bluerin menyembunyikan rasa malunya? Kok, tanganku sekarang hangat dan lengket begini.

            "Usato-kun, tahu rebusan beruang?"

            "Enggak boleh?!"

            Cuma bercanda, kok.

            Sembari membersihkan air liur dari tanganku dengan sapu tangan, aku menatapi Bluerin.

            Kuh, harusnya aku jadi tokoh wanita utama klasik saja, pasti bakal disukai binatang… tapi kenapa?

            "Mungkin karena Kak Inukami berpikiran aneh."

            "Muu. Kalau begitu, aku pengin lihat Usato-kun menyentuhnya."

            "Yakin, nih. Hehehe, akan kutunjukkan ikatan antara diriku dan Bluerin. Iya, enggak, Bluerin?"

            "Gabu."

            Bluerin menggigit Usato-kun, sepertinya dia juga berpikiran aneh. Baguslah.

            Namun, meski lagi digigit, Usato-kun tersenyum. Dia baru digigit sebentar, tapi tangannya terasa benar-benar merah… mungkin aku tidak usah terlalu mencemaskannya.

            Ini pasti cintanya Usato-kun… ya.

            Tak lama berselang, Usato-kun menarik tangannya dari mulut Bluerin. Selagi tampang Usato-kun terlihat agak jelas, dia menatapku.

            Aku ingin tahu rasanya sakit tidak.

            "Oh, iya, Kak Inukami sendiri sedang apa di sini?"

            "Mendadak sekali. Eng… aku…."

            "Sedang latihan?"

            Harus bilang apa coba? Mana bisa aku bilang sedang memikirkan jurus pamungkasku.

            Usato-kun benar-benar sedang rajin berlatih, sedangkan aku malah mencemakan sesuatu seperti ini. Kalau dia tahu, reputasiku sebagai kakak kelasnya bakalan hancur.

            "Be-Berlatih sihir, itulah yang sedang kulakukan."

            "Begitu, ya? Karena itu Kak Inukami, tadinya aku sempat berpikir kakak sedang memikirkan jurus asli kakak sendiri atau semacamnya ‘gitu."

            Usato-kun, kamu ini esper apa?

            Apa aku ada berbuat ceroboh sehingga kamu berpikir begitu?

            Namun, ini kesempatan bagus. Aku akan mencoba bertanya sebiasa mungkin untuk meminta petunjuk demi jurusku.

            Aku akan mengajukan pertanyaan pada Usato-kun dan membicarakannya.

            Usato-kun menunjukkan tampang curiga padaku, tapi dia tetap menjawab pertanyaanku.

            Kami mengobrol selama 10 menit, tapi Usato-kun segera berdiri dan menghampiri Bluerin.

            "Nah, aku harus segera pergi."

            "Eeh, sudah mau pergi lagi?"

            "Aku masih ada latihan, nanti aku akan datang lagi… hei, Bluerin, jangan tidur mulu, cepet bangun… dasar, apa boleh buat, deh."

            Mengangkat Bluerin, Usato-kun pun menggendong di punggungnya.

            Biarpun anak beruang, dia dengan mudahnya mengangkat tubuh besar itu… dia sudah meningkatkan dirinya lagi.

            Aku sedikit merasa enggan untuk berpisah saat dia hendak pergi, tapi tidak perlu merasa kecewa karena nanti juga dia datang lagi.

            "Berjuanglah, Usato-kun."

            "Ya, Kak Inukami juga yang semangat memikirkan jurus yang hebatnya."

            "Apa?!"

            "Ya sudah—"

            Sebelum aku bisa menimpalinya, Usato-kun sudah berlari meninggalkan tempat latihan.

            … Dasar, jadinya aku ketahuan, deh. Yah, wajar juga sih, karena siapa pun akan menyadarinya setelah mengajukan begitu banyak pertanyaan yang sama.

            "Nah, aku juga harus berusaha lebih keras lagi."

            Namun, aku sudah menyadari bahwa Usato-kun perlahan mulai sedikit jujur padaku.


            Ya, sudahlah, aku juga tidak sampai terlalu memikirkannya, dan terasa lumayan juga.


⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 15 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh