Chapter
15
Aku
langsung lanjut lari lagi dan menuju ke kastil seberpisahnya dengan Olga-san.
Di
perjalanan, aku banyak menarik perhatian orang-orang… perlengkapanku nampak
membuat mereka terkejut.
Aku
heran, apa beneran enggak masalah latihan Pasukan Penyelamat yang senyentrik
ini dikasih lihat orang lain.
Aku
sendiri sih lebih suka lari di dalam kastil ketimbang di pinggiran luar tembok.
Namun dikarenakan aku menggendong Bluerin, kurasa mereka takkan mengizinkanku
masuk.
Sembari
memikirkannya, aku pun sampai di gerbang masuk kastil.
Gerbangnya
memang benar-benar besar. Aku enggak sempat melihatnya karena kena culik Rose
sebelumnya tapi… sungguh, pintu pelindung kastil itu memang sangat hebat.
Selagi
aku dibuat kagum oleh pintu tersebut, aku pun menghampiri penjaganya.
Penjaganya
sempat waspada saat melihatku, tapi ekspresinya langsung berubah saat melihat
seragam yang kukenakan.
"Anda
pasti Tuan Usato dari anggota Pasukan Penyelamat, benar bukan?"
"Benar,
tapi…."
Sungguh
orang yang kecil hati.
"Kalau
boleh tahu, ada urusan apa Anda hari ini?"
"Aku
pengin masuk ke dalam kastil tapi… bisa enggak membiarkan yang satu ini ikut
masuk juga?"
Kita
lihat, apa mereka bakal mengizinkan Bluerin masuk juga.
"Anak
beruang Blue Grizzly, ya? Rose-sama
sudah memberikan izin, jadi harusnya tidak ada masalah!"
"Eehh!
Beneran boleh nih, membiarkan monster masuk ke dalam halaman kastil?!"
"Rose-sama sudah menjamin keamanannya,
sehingga tidak ada masalah."
Semenjak
kapan Rose memberi izin…? Apa pas sekembalinya aku ke kerajaan?
Mungkin
dia sekalian memberikan izin Bluerin untuk memasuki kastil selagi menyusun
laporannya. Dia juga mengira aku bakalan membawa Bluerin bersama ke dalam
kastil. Terlebih lagi, ini orang sangat dipercaya. Sebenarnya, siapa sih Rose
ini?
Selain
pemimpin Pasukan Penyelamat, aku hampir enggak tahu apa-apa mengenainya.
"Kalau
begitu, aku masuk, ya?"
"Silahkan,
lewat sini."
Aku
pun memasuki kastil sembari menggendong Bluerin.
…
apabila nanti Bluerin menyerang seseorang, akan kugunakan seribu satu macam cara
untuk menghentikannya.
"Jangan
nakal, ya?"
"Gu~"
"Santai
banget kau ini. Beneran paham enggak, sih?"
Bluerin
benar-benar santai di punggungku.
Melihatnya
yang santai, membuatku enggak lagi cemas.
Begitu
aku memasuki kastil, aku lanjut lari lagi.
Tujuanku
adalah tempat latihan kastil. Aku sendiri belum pernah ke sana, tapi mungkin
aku bisa menelusurinya dari obrolanku dengan Kazuki dulu.
"Aku
ada dengar tempatya itu ada di alun-alun yang luas."
Aku
benar-benar hanya bisa berharap pada satu petunjuk yang mencolok tersebut…
kedengaran konyol, tapi harusnya bisa ditemukan dengan mudah karena ukuran
tempatnya.
Pas
aku bebralik, aku menemukan halaman alun-alun yang luas.
Kayaknya,
memang ini deh tempatnya.
"…
Oh."
Bejibun
kesatria tengah berlatih dengan pedang kayu. Kelihatannya, pertarungan dengan
pasukan Raja Iblis sudah dekat.
Aku
melihat-lihat sekitar saat mendekati tempat latihan. Saat keluyuran di samping,
aku pun melihat sosok seorang gadis berambut hitam.
Pasti
itu Kak Inukami?
"Kak
Inukami!!"
***
Aku,
Inukami Suzune, tengah mengembangkan jurus pamungkasku.
Sesuai
namanya, itu adalah jurus yang pasti akan menundukkan lawan dan membawakan
kemenangan.
Dikarenakan
latihan sihir hampir berakhir, aku pun memilih untuk sedikit menyempurnakannya
lagi di pinggir. Secuil peluang pun bisa dimanfaatkan dengan jurus itu supaya
bisa membuatku bertahan hidup.
Akan
tetapi, biarpun aku menyebutnya jurus pamungkas, selebihnya itu hanya sekedar omong
kosong belaka karena aku hanya menembakkan petir saja… tak berbeda jauh dengan
petir biasa.
Aku
ada dengar kalau lelaki tahu banyak soal beginian, tapi aku takbisa
mengandalkan orang macam Kazuki. Anak itu tak punya ketertarikan dengan hal-hal
seperti ini.
"Kak
Inukami!!"
"Hmm?"
Itu
adalah suara yang belum kudengar belakangan ini.
Berbalik
ke asal suara tersebut, kudapati teman satuku lagi yang datang ke dunia ini
bersama kami.
Usato-kun berlari menghampiriku.
Melihat
sosoknya, tubuhku menjadi setegang batu.
Di
punggungnya Usato-kun ada beruang
biru.
"Usato-kun, beruang di punggungmu itu…?"
"Aah,
dia ini monster anak beruang Blue Grizzly. Dia penurut dan tidak menyerang
orang lain, lo?"
Usato
menurunkan si beruang saat berkata begitu. Usai melakukannya, dia pun berjongkok
dan mengelus pelan kepala beruang itu.
Aku
heran, kenapa Usato bisa bersama dengan monster anak beruang itu.
"Sebenarnya,
tempo hari aku bertahan hidup di hutan yang dipenuhi monster selama 10 hari.
Banyak hal yang terjadi dan akhirnya jadi dekat dengan si kecil ini."
"Be-Begitu,
ya? Pantas saja aku tidak melihatmu di pondok Pasukan Penyelamat."
Aku
merasa gatal pengin bertanya apa yang dialaminya saat berada di hutan yang
dipenuhi dengan monster. Namun, tidak baik untuk terlalu banyak bertanya.
Selain
itu, aku juga penasaran mengapa dia ada di sini.
"Apa
hari ini kamu datang untuk menemuiku?”
"Waktu
itu Kazuki dan Kak Inukami yang datang menemuiku, jadi aku juga ingin mampir ke
sini sambil latihan… eh? Kazuki enggak ada di sini?"
Keingintahuanku
malah diabaikan dan berlalu begitu saja.
Meski
sempat merasa syok, tapi aku pun menjawab pertanyaannya.
"Pagi
buta tadi Kazuki-kun sudah
meninggalkan kerajaan. Dia berniat mencari pengalaman bertarung sungguhan
dengan monster. Mungkin kalian berdua berpapasan?"
"Ah,
begitu, ya?... Kalau begitu, Kak Inukami sendiri?"
"Bahaya
kalau kedua pahlawan meninggalkan kerajaan, jadi aku tetap di kastil. Kamu
tidak perlu mencemaskan Kazuki-kun,
Sigris juga ikut bersamanya. Namun, Seria sedang kesal karena pas pagi Kazuki-kun sudah tidak ada di sini."
"Hahaha,
itu mah benar-benar masalah. Namun, syukurlah kalau ada yang menemaninya,
jadinya aku enggak perlu khawatir lagi."
Usato-kun mendesah lega.
Hehe,
jadi sekarang ini kamu memikirkan temanmu?
Akan
tetapi, aku masih benar-benar penasaran—
"Guruu~"
"Eng?
Kau sudah ngantuk ya, Bluerin? Padahal kau ini enggak banyak gerak, jadi
harusnya enggak kelelahan, ‘kan…?"
Dia
ini beruang.
Ini
pertama kalinya buatku melihat langsung beruang liar, dia lucu sekali. Jadi
ingat sama panda yang kulihat saat kecil dulu.
Tadinya
kupikir beruang itu adalah makhluk yang ganas, dan kebanyakan orang takut
melihatnya.
Akan
tetapi, beruang yang ada di hadapanku ini matanya mengantuk dan meragangkan
tubuhnya sendiri… aku tak merasa takut melihatnya.
Tidak,
aku harus megakui kelucuannya demi diriku sendiri.
"Usato-kun, boleh aku menyentuhnya?!"
"Tolong
jangan tiba-tiba berteriak begitu. Aku jadi kaget."
"Ma-Maaf."
Aku
jadi terlalu bersemangat dan takbisa menahannya.
Gawat,
gawat… aku harus tenang.
"Boleh,
kok. Kalau nanti kena gigit, aku akan
menyembuhkanmu."
"Kena
gigit, jangan menakut-nakuti begitu…."
Namun,
aku sudah dapat izin.
Kuulurkan
tanganku selagi jantungku berdebar cepat.
Datang
ke dunia lain dan bisa mengelus binatang semacam ini… beruntung sekali, ini
pasti yang namanya takdir.
Begitu
tanganku mendekati kepala beruang itu—
Plak.
Beruang
itu menghempaskan tanganku.
"Ah…."
Perasaan
hampa apa ini? Perasaan ini serupa dengan menunggu sesuatu dalam waktu yang
lama, tapi seketika itu pun langsung dihancurkan.
Selagi
menatap kosong pada tanganku sendiri, Usato-kun
mulai bicara karena merasa canggung.
"Ka-Kak
Inukami, dia ini takut sama orang asing!"
"Aku
tidak sedih, kok! Aku sempat
menyentuhnya, tadi aku hanya terlalu bersemangat saja!!"
"Aku
enggak merasa begitu sewaktu menyentuhnya?!"
Uuuhhh, iri sekali aku, Usato-kun…!
"Begini
saja. Nama! Mungkin kalau kakak memanggilnya, nanti dia enggak akan terlalu
waspada dan membiarkan Kak Inukami menyentuhnya!"
"Kalau
begitu, kasih tahu aku namanya."
"Bluerin."
Blue…
rin?
Memangnya
itu nama?
…
Itu nama yang cukup bagus, bukan? Kamu benar-benar punya selera penamaan yang
bagus.
Tentunya,
supaya bisa akrab dengannya, aku harus memanggil namanya agar dia tidak terlalu
waspada. Selagi kumengulurkan tanganku ke hadapannya, aku memanggil nama
Bluerin dengan suara riang yang hingga sekarang pun belum pernah kulakukan.
"Sini,
Bluerin!"
"Kapu."
Bluerin
menggigit tanganku. Itu hanya sekedar gigit bohong-bohongan sehingga tidak ada
darah yang keluar… tanganku yang dilepaskannya pun dipenuhi dengan air liur.
Usato-kun, apa ini karena Bluerin
menyembunyikan rasa malunya? Kok, tanganku sekarang hangat dan lengket begini.
"Usato-kun, tahu rebusan beruang?"
"Enggak
boleh?!"
Cuma
bercanda, kok.
Sembari
membersihkan air liur dari tanganku dengan sapu tangan, aku menatapi Bluerin.
Kuh,
harusnya aku jadi tokoh wanita utama klasik saja, pasti bakal disukai binatang…
tapi kenapa?
"Mungkin
karena Kak Inukami berpikiran aneh."
"Muu.
Kalau begitu, aku pengin lihat Usato-kun
menyentuhnya."
"Yakin,
nih. Hehehe, akan kutunjukkan ikatan
antara diriku dan Bluerin. Iya, enggak, Bluerin?"
"Gabu."
Bluerin
menggigit Usato-kun, sepertinya dia
juga berpikiran aneh. Baguslah.
Namun,
meski lagi digigit, Usato-kun
tersenyum. Dia baru digigit sebentar, tapi tangannya terasa benar-benar merah…
mungkin aku tidak usah terlalu mencemaskannya.
Ini
pasti cintanya Usato-kun… ya.
Tak
lama berselang, Usato-kun menarik
tangannya dari mulut Bluerin. Selagi tampang Usato-kun terlihat agak jelas, dia menatapku.
Aku
ingin tahu rasanya sakit tidak.
"Oh,
iya, Kak Inukami sendiri sedang apa di sini?"
"Mendadak
sekali. Eng… aku…."
"Sedang
latihan?"
Harus
bilang apa coba? Mana bisa aku bilang sedang memikirkan jurus pamungkasku.
Usato-kun benar-benar sedang rajin berlatih,
sedangkan aku malah mencemakan sesuatu seperti ini. Kalau dia tahu, reputasiku
sebagai kakak kelasnya bakalan hancur.
"Be-Berlatih
sihir, itulah yang sedang kulakukan."
"Begitu,
ya? Karena itu Kak Inukami, tadinya aku sempat berpikir kakak sedang memikirkan
jurus asli kakak sendiri atau semacamnya ‘gitu."
Usato-kun, kamu ini esper apa?
Apa
aku ada berbuat ceroboh sehingga kamu berpikir begitu?
Namun,
ini kesempatan bagus. Aku akan mencoba bertanya sebiasa mungkin untuk meminta
petunjuk demi jurusku.
Aku
akan mengajukan pertanyaan pada Usato-kun
dan membicarakannya.
Usato-kun menunjukkan tampang curiga padaku,
tapi dia tetap menjawab pertanyaanku.
Kami
mengobrol selama 10 menit, tapi Usato-kun
segera berdiri dan menghampiri Bluerin.
"Nah,
aku harus segera pergi."
"Eeh,
sudah mau pergi lagi?"
"Aku
masih ada latihan, nanti aku akan datang lagi… hei, Bluerin, jangan tidur mulu,
cepet bangun… dasar, apa boleh buat, deh."
Mengangkat
Bluerin, Usato-kun pun menggendong di
punggungnya.
Biarpun
anak beruang, dia dengan mudahnya mengangkat tubuh besar itu… dia sudah
meningkatkan dirinya lagi.
Aku
sedikit merasa enggan untuk berpisah saat dia hendak pergi, tapi tidak perlu
merasa kecewa karena nanti juga dia datang lagi.
"Berjuanglah,
Usato-kun."
"Ya,
Kak Inukami juga yang semangat memikirkan jurus yang hebatnya."
"Apa?!"
"Ya
sudah—"
Sebelum
aku bisa menimpalinya, Usato-kun sudah
berlari meninggalkan tempat latihan.
…
Dasar, jadinya aku ketahuan, deh.
Yah, wajar juga sih, karena siapa pun akan menyadarinya setelah mengajukan begitu
banyak pertanyaan yang sama.
"Nah,
aku juga harus berusaha lebih keras lagi."
Namun,
aku sudah menyadari bahwa Usato-kun perlahan
mulai sedikit jujur padaku.
Ya,
sudahlah, aku juga tidak sampai terlalu memikirkannya, dan terasa lumayan juga.
Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 15 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia