Bab 2 - Engkau Datang Kepadaku
Kalender Kekaisaran: Tahun 1505, Bulan 4, Hari 7
Dataran Bruno, Pusat Tentara Aliansi Bulan Sabit
Pertempuran telah memasuki
babak akhir. Segalanya mengalir dengan lembutnya.
Sisi kami dapat mengepung
pasukan musuh di tiga front. Meskipun tentara musuh melakukan yang terbaik
untuk menembus poros kami, semuanya tidaklah berguna. Ada saat di mana kami
hampir didorong mundur, namun pasukanku adalah para elit. Kami memulihkan kembali
formasi kami dengan cepat dan membalas. Bisa dikatakan bahwa setengah dari
kemajuan pertempuran telah terlewati sekarang.
“Mm”
Demon Lord Barbatos dan
Demon Lord Paiman. Komandan-komandan dari tiap sayap baru saja menyelesaikan
formasi sayap sabit. Dengan ini, superioritas pasukan kami telah berada pada
pondasi yang tak terguncangkan.
Jika musuh masih memiliki
keseluruhan kavaleri mereka, maka mereka akan bisa memutar. Namun, kebanyakan
kavaleri musuh digunakan pada saat fase awal pertempuran. Hanya ada dinding
lumpur besar yang terbentuk di belakang mereka, jadi bahkan rute kabur
infanteri musuh telah tersegel. Sekarang pasukan musuh tidak bisa bergerak ke
depan, kiri, kanan, ataupun belakang. Situasi ini adalah yang disebut di kepung
di segala sisi.
Wooooosh······.
Hujan deras terus mengguyur
tanpa ada menunjukkan tanda-tanda akan reda. Jarak pandang medan tempur menjadi
terselubung. Garis pandang nona ini tidak bisa menjangkau sampai jauh dan
dipaksa berhenti oleh halangan hujan. Dimanapun pandangan nona muda ini
berhenti, mayat musuh tergeletak di sana. Itu adalah kematian yang layaknya spam, dan kehidupan yang terasa
seolah-olah seseorang diguncangkan oleh kejijikan mereka.
Para penyihir terkekeh
sambil memasuki hujan.
“Sebuah masterpiece. Ini adalah masterpiece. Lihat. Ara manusia mati
sambil berenang di air kotor. Adegan seperti ini sulit ditemukan!”
“Yup, semenjak kita
mengikuti Lord Dantalian, setiap hari terada menyenangkan sampai-sampai sulit
untuk hidup. Ada banyak kesempatan peyihir meratap karena sulitnya mereka untuk
mati, tapi kesempatan mereka meratap karena mereka sulit untuk hidup itu
jarang. Dalam hal itu, Lord Dantalian menunjukkan hal besar.”
“Alat bawahnya hal besar,
juga.”
“Tuuuuungu dulu. Semuanya
berhenti. Bagaimana kau tahu ituuuu? Kalau aku nggak salah paham, maka nada itu
hampir terdengar seorah kau sudah melihat tubuh telanjang master sebelumnya.”
“Tidak tidak, kak Humbaba.
Itu salah paham. Tak peduli seberapa besarnyapun kita menghalangi Keberadaan
Besarnya dan memohon padanya untuk membirakan kita menyicipinya, dia tidak akan
pernah melimpahkan rahmatnya pada kita. Namun, sebagai penelitian dan tidak
meliht secara langsung, kita bisa melihatnya beberapa kali sebelumnya.
Beruntungnya, kita kira-kira bisa meneliti alat master.”
“Itu artinya kau mencuri
pandang!”
“Ada ada masalah soal itu?”
“Rampas hal yang tak bisa
kita miliki dan inti phal yang tak bisa kita lihat. Itulah kebanggaan kita
sebagai penyihir.”
“Kalau aku nggak salah
ingat, maka kita adalah Royal Guard master, dan kalau aku masih belum gila,
maka tugas Royal Guard itu untuk melindungi tubuh agung master, kan? Tapi saat
jalang-jalang kayak kalian di dekat master, maka tubuh agungnya jauh dari kata
aman, apa perasaan tubuh agung master malah semakin jatuh ke dalam bahaya itu
Cuma imajinasiku?”
“Itu imajinasimu.”
“Kesalahpahaman yang
keterlaluan.”
“Iru rumor panas yang tak
mendasar.”
“Dasar jalang gila! Aku
mncintai kalian, saudari-saudarku!”
Ahahah, Kapten Royal Guard
berbalik begini sambil tertawa.
“Yang Mulia, Jenderaaaal,
mohon berikan kami perintah akhir. Kami, sepanjang waktu, sedia untuk maju dan
membunuh orang-orang itu. Ini akan menjadi lebih mudah dibandingkan, yah,
berburu sekelompok kalkun.”
Perintah menyerang, ya?
Kata-kata itu berarti
kapten berkeinginan untuk menghancurkan pasukan musuh. Itu tidaklah aneh.
Selama kau menginjakkan kaki di pertempuran, sudah jelas untuk mencar
kemenangan, dan selama kau mencapai kemenangan, maka beralasanlah untuk
bernafsu memperoleh kemenangan penuh atau kemenangan besar. Namun pertempuran
berarti lain bagi nona muda ini. Itu adalah seni dan music.
Bunga pertempuran tidak
datang dari mendapatkan kemenangan ataupun kekalahan. Teriakan para tentara
ketika kemenangan dicapai, dan kepedihan para tentara saat kalah adalah hak di
ambang pintu mereka. Itu adalah suara-suara yang menyublimkan perang ke dalam
musik.
GUna hidup menjadi sebuah
melodi tunggal, maka harus melewati celah yang tak terhingga jumlahnya. Namun,
di sebuah medan tempus, setiap nyawa menjadi melodi dan nada. Apakah seseorang
bisa mengerti hal ini atau tidak, itu adalah perbedaan tegas antara para
penyihir dan nona muda ini.
“Yang mulia?”
Nona muda ini tidak
merespon pada dorongan Kapten Royal Guard. Malah, nona muda ini menutup matanya
lebih jauh dan mendengarkan sekitarnya dengan lebih seksama.
Sekarang, dengarkan
baik-baik.
Pada nada di tengah
teriakan air hujan yang mengguyur air berlumpur, melodi yang dengan jelas
mengalir di antara suara air itu
Aah.
Aah, aaaah.
Indah sekali.
Keindahan yang menakjubkan.
“·········.”
Getar.
Nona muda ini memeluk
bahunya dan bergetar pelan. Dengan hati warisan dari Yang Mulia dan dengan
kepala yang di berikan pada nona moda ini oleh Yang Mulia, nona muda ini
sedikit menyadari keindahan tersebut.
Meskipun nona mudah ini
kedinginan di seluruh tulang-tulanganya karena hujan yang dingin, karena daging
nona muda ini telah diisi dengan luapan perasaan bahadia, getaran kedinginan
tak mungkin akan menggantikan getaran nona muda ini dan takan ada celah untuk
mengisinya. Dengan rasa gemetar, nona muda ini telah sempurna.
Ah.
Nona muda ini tidak membuka
matanya, dia tidak bisa menahannya karena dia tidak berharap untuk lari dari
kesenangan gelap ini. Nona muda ini berharap terus di sini sedikit lebih lama
sebelum pergi.
Kemenangan dan kekalahan
tidak ada artinya bagi nona muda ini. Hanya teriakan kematian, teriakan untuk
hidup, dan erangan orang-orang yang tak bisa hidup ataupun mati, hal-hal
semacam inilah yang memberikan arti bagi nona muda ini. Di dunia bewarna akromatis
ini, hanya getara-getaran hidup, mati, dan music, di saat yang sama. Saat siang
nona muda ini hanya menghabiskan waktunya untuk membaca buku sejarah dalam
perpustakaan berselimutkan debu di sebuah ruang kecil, nona muda ini tak mampu
mengetahui kesengan ini. Kesenangan yang diselenggarakan oleh hidup dan matinya
sepuluh ribu orang untuk dirinya sendiri. Jika Yang Mulia tidak
menginformasikan nona muda ini, maka dia kemungkinan besar selamanya akan lupa.
“Uhm, Yang Mulia? Kau harus
memberikan perintah menyerang untuk······.”
“Pasukan kita tidak boleh
bergerak.”
“Maaaaaaf?”
Berisik sekali. Jangan buat
jawaban yang tidak perlu. Apa suara yang tak perlu tidak tercampur saat nona
muda ini mencoba untuk mengapresiasikan momen sepuluh ribu melodi yang telah
ditunggu sejak lama?
Hanya ada satu alasan
mengapa kepala kalian masih berada di kepala. Itu karena Yang Mulia telah
menyambut kalian sebagai keluarganya. Nona muda ini buka tidak sadar atas
gambaran Nona Lapis Yang Mulia sebagai ibu, dirinya sebagai ayah, dan nona
nafsunya pada nona muda ini untuk memimpin sudari-saudarinya, para penyihir,
sebagai saudari tertua dalam keluarga. Itu sebabnya nona muda ini menjaga
kalian para pembuat masalah, yang taik tahu akan kedisiplinan militer, dengan
afeksi kesaudarian.
Nona muda ini sedikit
membuka matanya.
“Kubilang kita tidak udah
menggerakkan pasukan kita. Maju sedikit sekarang tidaklah disarankan. Kapten, apa
kau tidak bisa mendengarnya?”
Nona muda ini mengangkan
jarinya dan menunjuk kea rah tentara musuh yang dikepung dan dibunuh. Kapten
mengikuti gerstur nona muda ini dan memutar kepalanya. Meskipun kemi berdua
melihat di tempat yang sama, jelas bahwa kami tidak melihat hal yang sama.
“Nona muda ini bisa
mendengar Franconian. Nona muda ini bisa mendengar bahasa Batavia. Karena noda
ini bisa mendengar dialek Sardinia, suara Teutonic bisa terdengar juga. Hal
yang tercampur-campur adakalanya itu kemungkinan Polish-Lithuanian. Namun,
tidak ada bahasa Habsburg. Kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang Habsburg,
negara yang dipimpin oleh Putri Kekaisaran yang dikenal dengan Elizabeth, sajalah
yang tak bisa di dengar.”
“······.”
Kapten Royal Guard,
Humbaba, memiringkan kepalanya.
“······Semua yang orang ini
bisa dengar dengan telinganya adalah kekacauan dari teriakan. Astaga. Apakah
Yang Mulia dapat mendengar itu semua? Kau bisa mengerti setap bahasa yang ada
di benua? Itu menakjubkan.”
Nona muda ini mendecakkan
lidahnya. Ini sebabnya kata-kata tidak berhasil.
Menguasai setiap bahasa
ituma adalah pelajaran yang setiap orang harus lakukan selama mereka hidup. Itu
jelas. Jika kau tidak bisa, maka kau tidak akan bisa membaca buku. Ini adalah
sesuatu yang Yang Mulia setujui, juga.
“Kapten, meskipun nona muda
ini amat berterima kasih atas kata-kata baikmu, tidak perlu sekali lagi kau
ingatkan akan keahlian nona muda ini. Nona muda ini cerdas dan kau itu bodoh
bukanlah masalah utamanya. Perlu untuk memperhatikan fakta lain sekarang.”
“······Master dan pelayang
benar-benar sangat mirip. Ada alasan di balik setiap perbuatan master. Dia
tidak mengesampingkan ras lain dan menunjuk manusia sebagai Jenderal Penggantinya
tanpa alasan.”
Kapten bergumam.
Berdasarkan atmosfernya, tampaknya dia baru saja membungkusakan nona muda ini
dan Yang Mulia menjadi satu dan mengejek kami, tetapi itu bukan sesuatu yang
tak bisa nona muda ini mengerti. Terlebih, kejeniusan dibatasi untuk menerima
kedengkian dan kecemburuan dari yang biasa-biasa saja. Nona muda ini dengan
baik hati menerima kepribadian berlebihan kapten.
“Kan kukatanan lagi. Nona
muda ini jenius. Dalam hal bahasa, music, urusan militer, nona muda ini menyombongkan
kepabilitas tak terlampauinya. Fakta ini terbukti jika kau melihat bagaimana
nona muda ini telah mengontrol medan perang dari 200,000 tentara, ditambah
dengan pasukan musuh dan sekutu, yang hanya 7,000 perwira dan pria.”
“Ya, ya. Bahkan orang ini,
sebelum menjadi terhina, pernah memegang harapan tinggi sebagai pentihir yang
akan memikul generasi selanjutnya. Jadi apa?”
“Sungguh, tampaknya kau
tidak bisa mengetahui apa yang nona muda ini katakana. Pikirkan ini. Apakah
Yang Mulia tidak memperingatkan nona muda ini, yang seperti itu, untuk tidak pernah bertaarung melawan Putri Kekaisanan Elizabeth?”
“······.”
Kapten Humbaba mengerutkan
dahi. Tentu. Tampaknya dia masih tidak bisa mengerti. Kalau begini, karena
sudah melompat ke tingkat mengganggu apresiasi music seseorang, dan telah
memasuki tingkat sepenuhnya merusak konser, nona muda ini tidak senang. Namun,
nona muda ini dengan baik memberitahukan adih bodohnya dengan kebenaran tak
terbantahkan.
“Kapten. Kau sudah dengan
Yang Mulia sejak nona muda ini telah ditahan sebagai budak, apakah begitu?”
“Ya. Itu benar.”
“Sebelum Yang Mulia
menemukan dan menetapkan nona muda ini, tak seorangpun di dunia sadar bahwa
nona muda ini memiliki bakat militer. Termasuk nona muda ini sendiri. Apakah
begitu?”
“Ya. Itu juga benar.”
“Jika begitu, maka
berpikirlah secara logika, tanpa memperhatikan apakah preferensi Yang Mulia
terhada wanita itu busuk, kemampuannya untuk melihat personel yang cakap,
bukankah benar untuk mengasumsikan kemampuannya mengenali orang-orang berbakat
itu taka da tandingannya?”
“······Itu benar, kan?”
“Oleh karena itu, di bawah
premis bahwa pertimbangan Yang Mulia itu benar, itu berarti bahwa Putri
Kekaisaran adalah tipe makhluk yang secerdas nona muda ini ada seseroang yang
mendekati nona muda ini. Tentara kekaisaran Habsburg, yang dipimpin oleh
individu terkemuka semacam itu, secara
kebetulan tidak berada dalam
pengepungan itu. Apa artinya itu? Apa kau pikir bahwa Putri Kekasisaran
tiba-tiba merasa bosan dan memutuskan untuk menarik keseluruhan pasukannya di
tengah jalan?”
“······.”
“Jangan hanya percaya pada
apa yang kau bisa lihat, Kaptern. Sebuah medan tempur adalah tempat di mana kau
bertarung memanfaatkan segala yang tidak bisa kau lihat sebanyak segala sesuatu
yang bisa kau lihat. Sepanjang waktu ini di mana jarak pandang semua orang
dipersempit oleh kabut basah .”
Nona muda ini membalikkan
tatapannya.
Melewati bumi dan langit di
mana hujan menyerang turun, nona muda oini memprediksikan bahwa sesuatu datang.
Tidak bisa dibilang mirip dengan perasaan ramalan. Nona muda ini memiliki
intuisi yang mampu intuk lompat ke dalam kesimpulan dengan segera jika
disajikan dengan dasar.
“ Mustahil untuk seorang individu dengan
bakat semenakjubkan nona muda ini, untuk melewatkan keuntungan ini.”
Putri Kekaisaran Elizabeth
telah menunggu.
Sambil membuat hujan
menjadi tirai alami.
Untuk saat ini di mana dia
bisa turun sebagai pahlawan itu sendiri di medan tempur ini di mana kekalahan
telah terlihat pasti.
Tak lama, intuisi nona muda
ini tepat sasaran. Mereka muncul layaknya hantu yang mengendarai kuda [perang,
melewati guyuran hujan, dan menyerang sayam kiri dan kanan pasukan teman kami.
Kavaleri yang menyerang dengan mantel ungu berkibar, tidak salah lagi, tentara
kekaisaran Habsburg. Pasukan Aliansi Bulan Sabit di kedua sayap tidak menyangka
tentara musuk masih memiliki pasukan kavaleri tersisa, membuat bereka diserang
dari belakang tanpa bisa menunjukkan banyak pertahanan.
“Ah.”
Sebuah hembusan napas mengalir
dari bibir kapten. Sebuah adegan yang hanya bisa di jelaksan dengan pengutaraan
“Ah”, namun hanya itu, membentang di hadapan kami. Area luar Aliansi Bulan
Sabit, yang telah mempeloreh formasi pengepungan pemusnahan, telah tumbang.
Tentara musuh, bersorak akan pasuka yang telah muncur secara tiba-tiba dan
menekan kekuatan mereka yang tersisa.
Peringkat di pasukan musuh
dan teman tercampur-aduk dengan prak-poranda. Secara alami, sulit untuk
membentuk kembali garis komando yang telah jatuh. Akankah mungkin dalam situasi
saat ini di mana hujan mengguyur lebat dari segala arah? Meskipun Barbatos dan
Paimon mati-matian mencoba membangun kembali blockade, sayangnya, mereka telah
kehilangan keuntungan prima. Kebanyakan tentara musuh kabur hidup-hidup.
Melewati serangan hujan, menyebrangi kabut basah.
“Mhm.”
Dengan mata samar, nona
muda ini menonton hal-hal yang melarikan diri. Nada yang sedang berlangsung
dari pasukan musuh kabur, yang perlahan semakin redup dan semakin redup, begitu
menyedihkan dan indah. Kapten Humbaba dengan termenung menatap wajah nona muda
ini yang berada dalam keadaan tersebut.
“······Yang Mulia Jenderal
Pengganti.”
“Nona muda ini meminta
maaf, Kapten. Ini lagipula terjadi dengan sesaat. Tolong tutup mulutmu selama 2
menit. Jika kau tidak diap, maka sudah pasti nona muda ini akan membunuhmu.”
“······.”
2 menit telah berlalu.
Nona muda ini puas.
“Oke. Apa yang membuatmu
penasaran?”
“Ya. Yang Mulia Jenderal
Pengganti berkata sebelum pertempuran hari ini. Bahwa unit kita tidak akan
menang, namun kita tidak akan kalah juga. Bahwa kita hanya akan menyebarkan
kebingungan di seluruh medan tempur. Dengan kata-kata itu, apa kau
bermaksud······.”
“Mm. Itu benar.”
Nona muda ini mengangguk.
“Meskipun pengepungan
pemusnahan adalah jasa dan pencapaian nona muda ini, itu adalah kesalahan
Barbatos dan Paimonl dan pelanggarannya menjadikan kehancuran. Nona muda ini
tidak mendapatkan kemenangan, namun dia tidak mengalami kekalahan juga.”
“······.”
“Barbatos dan Paimonlah
yang harus merasa malu. Barbatos, yang memanggil nona muda ini penjahat
penghianat dan mencoba menghukumnya, yang terutama akan merasa malu. Jika dia
mencuba manghukum Yang Mulia dalam pengadilan militer sekarang, maka kehormatan
Barbatos akan menjadi satu-satunya hal yang jatuh ke dalam lubang tak berdasar.
Dia tidak akan bisa menghindari kritikan atas dengan tidak hormatnya
menyalahkan kekalahannya ke pada Demon Lord yang lain.”
“······uh. Tunggu sebentar,
Yang Mulia. Sebagai permulaan, selain sepenuhnya sadar bahwa pengepungan Aliansi
Bulan Sabit akan gagal, apa Yang Mulia masih menahan kami di sini bermain-main
di pusat tentara?”
“Memang begitu.”
“Itu sedikit merepotkan.
Aku tidak mengatakan ini karena aku sangat menghargai sekutu kita, tapi
bukankah lebih baik masuk dan mengubah kekalahan menjadi kemenangan?”
Nona muda ini memiringkan
kepalanya.
“Kenapa gitu?”
“Itu jelas. Ini adalah
perang yang sudah terjadi, karena kita berada didalamnya, akan lebih memuaskan
kalau pasukan kita menang.”
Nona muda ini hanya bisa
memiringkan kepalanya sekali lagi. Sulit untuk mengerti apa yang sebenarnya
kapten coba katakan. Nona muda ini menyunting kebenaran tak tebantahkan dan
akal sehat yang amat layak.
“Kapten. Bagaimana mungkin
Barbatos dan Paimon itu sekutu nona muda ini?”
“Maaf?”
“Barbatos mencoba menjebak
dan memusnahkan Yang Mulia. Demikian Juga, Paimon mencoba menggunakan Yang
Mulia sebahai alat politik. Oleh karena itu, kedua Demon Lord itu jelas-jelas
musuh nona muda ini. Meskipun kita tidak bertindak, Putri Kekaisaran
berkeinginan untuk memebrikan kekalahan pada kedua orang tersebut, terus
mengapa nona muda ini harus mengganggu di sana? Mengambil control kelompok
dengan menggunakan kelompok lain. Kalau begitu, kalau Putri Kekasiaran
berkeinginan menerobos pengepungan, maka dia tidak punya pilihan lain selain
menyerang kedua sayap formasi kita, bukannya pusat tentara nona muda ini, yang
mana jaraknya cukup jauh. Jadi tidak masalah bagi nona muda ini untuk dengan santainya
menonton saat mereka bertukar pukulan sesuka mereka.”
Tidak aka nada orang yang
mengkritik nona muda ini karena menjadi pasif dengan hanya berdiri saat
pengepungan prak-poranda. Orang yang seharusnya memutuskan dirinya untuk
menjadi barisan depan dan berdiri di garis terdepan sejak fase awal
pertempuran, tidak lain dan tidak bukan adalah nona muda ini.
Maju ke depan sebagai
pembuka jalan, masukan kebanyakan kavaleri musuh ke jalan buntu, dan ditabhakan
itu, nona muda ini mengkontribusikan layanan tegas yang mana membuat
pengepungannya selesai. Mau apa yang dikatakan orang-orang sekarang, individu
yang telah membarikan jasa terbesar pada pasukan adalah nona muda ini. Jika kau
berharap mengkritik nona muda ini, maka cobalah.
“Oleh karena itu.”
Dan nona muda ini
melanjutkan.
“Akan membosankan untuk
menang dengan cepat. Malahan, sudah diputusakan bahwa antara musuh dan nona
muda ini, sisi yang akan mendapkan kemenangan adalah nona muda ini. Namun,
bukankah akan jadi sia-sia kalau kita mengkonsumsi mereka sebiasa mungkin?”
“······.”
Waja kapten Royal Guard,
Humbaba menjadi kosong lagi. Saat dia mengatur ropi kerucutnya, yang telah
dibahasahi oleh hujan, dia bergumam sendiri.
“······Sekarang aku tahu.
Hanya ada sekelompok orang gila di sekitar master. Nona Lapis dan bahkan Yang
Mulia Jenderal Pengganti, mereka sebua berada dalam katefora yang seribu
langkah sebih jauh dari kata normal. Tampaknya aku satu-satunya orang waras di
dekat master. Pasti, akulah yang akan menjaganya.”
“Haah?”
“Yaa?”
Waktu di medan tempur terus
mengalir bahkan saat kami berdiskusi.
Tentara Paimon dan Barbatos
telah memulihkan formasi yang pernah tumbang. Namun, sudah terlalu telat untuk
mereka mengejar musuh. Waktu yang telah mengalir tidak bisa ditarik kembali.
Mirip dengan itu, waktu di medan tempur, yang telah berlalu, tidak bisa diraih
sekali lagi.
Setiap perang adalah
konflik yang mengalir dari jam ke jam dan juga perang waktu. Tidaklah aneh
titik tertentu di tiap hari dihapus. Sebalikanya, hal tersebut adalah hal
biasa. Mirip dengan batu pijakan yang jarang tersambung, setiap haari waktu
selalu terpisah. Oleh karena itu, waktu untuk orang yanghidup terkubur di bawah
batu pijakan, yang bertindak mereka harus membiarkan sesuatu mengalir dan
dihapuskan disetiap batu agar mereka akhirnya bisa menyebrang. Untuk
orang-orang itu, mereka perlahan melupakan diri mereka saat waktu terus bergerak,
sampai akhirnya, mereka barakhir jatuh ke dalam kelupaan.
Di sisi lain, waktu di
medan tempur mengalir dengan cara yang bahakan tak selangkahpun bida
dihapuskan. Orang-orang yang melupakan diri mereka saat mereka telah
menginjakan diri ke perang tidaklah dimaafkan. Pergerakan tentara usuh, arah
angin yang membawa kibaran bendera, dan bahkan bau, aroma, dan bahkan debar
jantung yang meningkat entah darimana, seseorang harus menyatukan setiap
informasi dan dengan tepat menangkap aliran waktu. Seseorang yang mengatur
waktu juga mengatur medan tempur. Hari ini, Barbatos dan Paimon sudah pasti
kehilangan waktu itu. Kesempatan untuk menang tak akan pernah kembali pada
mereka sekarang.
Kapten Humbaba mendecakkan
lidahnya.
“Itu sedikit menyedihkan.
Bukankah itu artinya mereka hanya digunakan oleh kita?”
“Pemilik perang ini adalah
Yang Mulia, pemilik pertempuran ini adalah nona muda ini. Kesimpulan hari ini
adalah halis karena mereka telah memenjarakan Yang Mulia, meski tak mengetahui
siapa pemiliknya, dan telah mencoba untu memersekusi nona muda ini. Akan bagus
jika mereka telah menyadari tempat mereka sekarang.”
“Sungguh, master dan
jenderal adalah satu-satunya orang di dunia yang berkata pada Demon Lord
peringkat 8 dan 9 akan tempat mereka······.”
Pada saat itu. Seporsi
kekuatan militer musuh yang pada awalnya telah diasumsikan mundur sepenuhnya,
muncul melewati hujan lebat dank abut basah. Basah dalam kelembaban, hanya ada
figure tipis musuh-musuh. Meski nona muda ini menyipitkan matanya, penasaran
apakah mereka mungkin bermaksud untuk melakukan serangan kejutun, namun
sepertinya bukan begitu. Para musuh hanya berdiri layaknya patung.
“······.”
Tidak, daripada serangan
kejutan.
Nona muda ini menepuk
pinggang kuda hitam dan maju ke depan. Meskipun suara panic Kapten Royal Guard,
Humbaba bisa terdengar dari belakang, nona muda ini mengabaikannya. Nona muda
ini menuju ke depan ke tempat di mana musuh menunggu sambil diguyur hujan.
Pada saat yang sama,
seseorang dari sisi musuh muncul dengan mengendarai kuda putih, setara dengan
kecepatan nona muda ini. Oposisi bewarna hitam, namun, mereka juga putih.
Bahkan dalam cuaca saat ini, di mana awan hitam menyebar di seluruhlangit,
rambut perak orang lain tersebut berseidar dalam warnanya dengan jelas. Rasanya
seorang air hujan dibuat untuknya.
Sebelum nona muda ini
bahkan bisa melihat uraian mereka, nona muda ini sudah tahu siapa orang itu.
Elizabeth Atanaxia Evatriae
von Habsburg.
Satu-satunya orang yang
Yang Mulia akui sebagai musuh beratnya. Nona muda ini dipelihara oleh Yang
Mulia dengan sebuah tujuan untuk mengambil nyawa orang itu.
Gadis itu dan nona muda ini
saling mendekat. Saat dia menatap kosong pada nona muda ini sambil berada di
atas kuda putih, nona muda ini ini, menatapnya dengan berada di atas kuda
hitam.
Tampakya dia telah banyak
berpikir dalam kepalanya. Wajahnya kosong akan emosi, namun matanya itu diiisi
dengan rencana mendalam. Namun, nona muda ini bukan apa-apa di matanya. Nona
muda ini bertemu orang-orang sepanjang waktu. Bagus bahwa nona muda ini bisa
melihat orang ini secara langsung, hanya pikiran ini yang melewati kepalanya.
“······.”
“······.”
Hujan mengguyur.
Nona muda ini suka hujan.
Diamnapun hujannya, suara
guyuran hujan menyapu gangguan di dunia. Ketika hujan memercik dan menodai pipi
nona muda ini, nona muda ini merasa lega karena rasanya seola-oleh terdapat
sisi luar di tempat tersebut.
Ada waktu di mana nona muda
ini memikirkan bermacam-macam hal di dunia menyiksa dirinya, dan ada juga saat
ketika hanya siksaat tersebut yang terbaringdalam pikirannya, namun suara hujan
membasuh hari-hari dan waktu-waktu tersebut. Sejak guyuran hujan yang dengan
sibuknya mengetuk segala hal yang ada di dunia, itu muncul seolah-olah tidak
memailiki cukup kekuatan untuk menghalangi nona muda ini. Kapanpun hujan turun,
nona muda ini merasa seolah-olah dia adalah sesuatu di duia yang memiliki nilai
menghalangi. Nona muda ini bernapas pada saat pengabaian hujan ini.
Jika itu menghilang tanpa
jejak.
Jika jejak keberadaan tubuh
ini menghilang, dan mekipun jejak yang telah menghilang juga musnah.
“Kau.”
Dia membuka bibirnya.
Sebuah rintik hujan menuruni sisi bibirnya, mengikuti garis dagunya.
Bibir-bibir tersebut kemungkinan basar adalah bibir yang Yang Mulia ingin cium.
“Aku melihatmu telah mati.”
“······.”
“Itu bukan wajah seseorang
yang masih hidup, dan itu bukan mata seseorang yang masih hidup. Apa Dantalian
membuat boneka sebagai jenderalnya? ATau apa dia mungkin bermaksud tuk memikul,
bukan boneka, namun mayat dan menjaganya? Orang yang amat merepotkan. Tampaknya
setiap hal yang orang itu putuskan hanyalah menuju kehancuran.”
“······.”
“Aku tahu kau memiliki
sedikit kata-kata. Karena kau hanya menatapku dalam diam. Aku tidak bisa
melihat jejak percakapan. Sebenarnya, dipertanyakan apakah kau melihatku atau tidak.
Apa pikiran yang terkandung dalam kepalamu itu harus disusun?”
Nona muda ini menatap pada
guyuran hujan.
Dan berbicara.
“Pemikiran ingin membunuhmu
adalah apa yang melewati kepala nona muda ini.”
Dia menutup mulutnya dan
menunjukkan sedikit wajah kesusahan. Dia kemudian meyipitkan matanya dan
menggeleng.
“Maaf. Kau tidak bisa
membunuhku. Tidak hanya kau kurang kemampuan untuk melakukannya, tapi, malah
apakah kau itu memiliki kemampuan untuk melakukannya atau tidak, bertarung
melawanku sekarang akan menjadi tindakan yang melawan perintah Dantalian.
Karena kau boneka, kau tidak akan menentang Dantalian. Bukankah begitu?”
“······.”
“Kuharap untuk melihat
dekat-dekat wajah gadis yang telah pria itu jadikan sebahai wajah tentaranya.
Aku tahu bahwa Dantalian itu angkuh. Aku bisa melihat seorang pria yang, apapun
bayarannya, mencoba untuk menanggung hal-hal yang tidak bisa ditanggungnya dan
mengambil hal-hal yang tak harus diambilnya. Bagaimana seseorang mungkin
bermaksud menyelamatkan seorang anak yang telah mati di masa lalu, dan malah,
bagaimana seseorang bermaksud membunuh anak itu? Apa Dantalian berencana
memudar balik waktu? Apa waktu seseorang yang sesuatu yang dibalikkan hanya
karena seseorang berharap itu terjadi?”
Dia mendongak ke langit
berhujan.
“Sampaikan pesan pada
tuanmu, jika kau mau, Bahwa, setelah bertemu bonekamu, aku, Elizabeth von
Habsburg, berpikir bahwa dia itu ternyata cantic.”
Dia pasti telah selesai
mengatakan segala yang ingin dikataknnya karena dia kemudian membalikkan kepala
kudanya. Kemudian, dia menghilang dalam kabut basah dan personel militer, yang
telah dia bawa, menghilang bersama dirinya layaknya baying-bayang. Nona muda
ini menyaksikan bayangan memudar dalam kabut basah selama mungkin.
Hanya sebuah pemikiran
datang ke dalam pikiran nona muda ini.
Saat selanjutnya kita
bertemu, nona muda ini akan membunuhnya.
Pertempuran hari itu
diakhirni sebagaimana mestinya.
Tak ada yang bisa meraih
kemenangan dan tak ada yang telah dikalahkan. Namu, seorang pahlawan muncul
dari Aliansi Bulan Sabit dan para Tentara Salib secara berturut-turut.
Nona muda ini, Laura De
Farnese.
Dan Putri Kekaisaran,
Elizabeth von Habsburg.
Dungeon Defense Bahasa Indonesia Jilid 4 - Bab 2 (Bag. 5)
4/
5
Oleh
Yuuki van Core