Bab 2 - Engkau Datang Kepadaku
▯Demon Lord Keabadian, Peringkat 8, Barbatos
Kalender Kekaisaran Tahun 1506, Bulan 4, Hari 7
Dataran Bruno, Sayap Kanan Tentara Aliansi Sabit.
“······.”
Dengan kekosongan.
Dan dalam kegagalan.
Aku menyaksikan tentara
musuh menghilang dalam guyuran hujan.
Pengepungan telah ditembus.
Aku telah menilai bahwa itu sempurna. Saat pemikiran, ‘Kulihat bahwa si Paimon
jalang itu belum mati’, telah memasuki pikiranku, aku sudah yakin akan
kemenangan kami, namun.
Aku tidak bisa memprediksi
ataupun bisa menghalangin unit kavaleri sebuah pasukan yang muncul entah dari
mana dan menusuk pasukan kami layaknya seuah taring. Pada saat aku bisa agak
menguraikan kekacauan dan mengatur formasi kami sekali lagi, kaveleri musuh,
dan ditabah dengan itu, infanteri musuh telah kabur dengan luangnya······.
Plak.
“······Sialan.”
Lagi.
Lagi, sebuah kemenangan
pasti melewati jari-jariku tepat berada di depan mataku.
Aku telah melakukan cukup
banyak persiapan untuk memulai perang ini. Aku membakar barisan pegunungan, aku
memanipulasi pers, dan aku berhasil melewati ekspedisi yang hampir menjadi
kegagalan karena kesalahan di tua Marbas. Keseluruhan hasil, saat seluruh
kerengat dan darah, yang telah ku teteskan sampai saat ini, akan dihadiahi,
tepat di bawah hidung kami dan······ aku melewatkannya. Aku pada akhirnya
melewatkan kesempatan.
“Sialan!”
Hanya amarah yang keluar
dari tenggorokanku.
“Sedikit lagi, kalau kami
mendorong sidikit lagi······. Kami akan bisa memperoleh tanah, lahan pertanian,
dan dataran kaya di mana ras kami bisa bertani dan bertahan hidup. Sedikit
lagi .”
Karena iniamat disayangkan
dan disesalkan.
Karena fakta bahwa aku
ditertawai oleh bajingan yang memperlakukan perang layaknya itu adalah mainan,
aku dipenuhi rasa benci.
“······Yang Mulia
Barbatos.”
Ketika lututku hampir
menekuk, ada suara yang merenggut tengkukku. Pada saat aku memperhatikan
sekeliring, bawahanku, anak-anaku yang kuseret ke sini sampai sekarang,
memperhatikanku. Pandangan mereka menjadi terjerat dan hanya bisa melingkari
tubuhku dan menariknya.
Itu benar.
Aku adalah pilar Faksi
Dataran.
Seseorang yang telah
memimpin hasrat tan pa akhir dari keseluruhan ras iblis selama 500 tahun. Aku
adalah bayangan ras kami yang tak pandang bulu bahkan menggunakan metode kotor
jika itu berarti bahwa jenis kami bisa mendapatkan tanahyang lebih hangan dan
tempat berkembang bagi anak-anak kami. Bukan rakyat jelata yang meratap karena
dunia patut disesali, namun seorang Demon Lord yang hanya bertindak sebagai
perwakilan sambil menanggung dendam.
Terlalu cepat untuk jatuh.
Kami hanya gagal di satu
pertempuran.
Lahapan gumpalan darah
menaiki tenggorokanku, menggenggam keinginan sambil mencoba kabur dari
sendi-sendiki dan memaku mereka, menambahkan baja pada keprihatinanku dan
melemparkan pedang dari keinganku, aku berdiri sebagai Demon Lord Keabadian.
“ Hm. Yeah, yah. Aku melewatkannya.
Sialan. Serahlah. Itu bisa terjadi. Kalau ada hari di mana kami mempermainkan
seseorang, maka ada juga hari dimana kami juga dipermainkan seseorang. Meskipun
Tuhan tidak menunjukkan persamaan dalam hal mencintai seluruh maksud, mereka
rupanya begitu adil saat menganugerahkan kesengsaraan pada seluruh orang.”
Aku menyeringai.
Orang tersenyum ketika
mereka menjadi kejam pada seseorang. Karena aku secara konstan keras pada
diriku sendiri, aku bisa menampilkan tawa kapanku aku senang.
“Zepar, atrium kiriku.”
“Ya, Yang Mulia. Saya,
Mayor Jenderal Zepar, di ini.”
“Aku mendengar sorakan saat
kaveleri musuh masuk. Itu bahasa Habsburg. Si jalang Elizabeth itu pasti
memainkan tipu daya. Aku akan anugerahkan padamu Serigala-Serigala
Penyesalan-ku. Kejar mereka sampai ujung Neraka dan cabik-caik dia.”
“······.”
Zepar menundukkan
kepalanya.
“Seperti perintah Anda.”
“Yeah. Ikuti dengan baik.
Kalau kau gagal, ka matilah di sana.”
Aku menjentikkan
jari-jariku. Bayanganku bergetar sebelum memintahkan 7 kerongkongan,
kerongkongan binatang hitam.
Tangkap ibu hamil
hidup-hidup dan tuangkan kutukan pada mereka. Buat mereka menjadi mayat hidup
yang tidak hidup ataupun mati. Setelah mengumpulkan 100 lemure anak-anak yang lahir dari mayat hidup itu, monster yang kau
dapatkan dari menanamkan lemure
tersebut adalah familiar eksklusifku, Serigala Penyesalan.
(TLN : Lemure = roh orang mati dalam Roma kuno.)
Hanya ada satu cara untuk
menghancurkan mereka. Hanya para ibu,
yang telah melakukan kelahiran mati, bisa kabur dari taring Rerigala
Penyesalan. Alasan mengapa penyihir-penyihir mengganggu itu bisa melindungi
dantalian adalah karena itu. Jelas karena mereka penyihir mereka pasti telah
mengalami sesuatu seperti kelahiran mati beberapa kai. Namun, jika itu Putri
Kekaisaran Habsburg, maka dia tidak akan pernah mengalami kehamilan.
“Beleth, atrium kananku.”
“Menunggu perintah Anda,
Komandan Pasukan.”
“Ada wanita succubus
rendahan yang selalu mengikuti Dantalian. Dia pasti mengatur pasokan di
belakang. Tangkap jalang itu dan bawa dia ke hadapanku.”
“Benar-benar bukan
preferensi saya untuk mengancam wanita dan anak-anak. Terlebih, saya ingat
bahwa makhluk satu itu dianggap sebagai orang buangan. Jika seorang pria mewah,
seperti diri saya, menyentuh orang rendahan seperti itu, maka martabat
saya······.”
“Apa kau mau aku
menghancurkan martabat angkuhmu bersamaan dengan tubuhmu itu?”
“Karena saya masih sangat
kecil, saya akan menangkap seorang succubus setidaknya sekali saja. Serahkan
pada saya.”
Peringkat 16, Demon Lord
Zepar, dan Peringkat 13, Demon Lord Beleth, dua Demon Lord berperingkat tinggi
yang menyokong Faksi Dataran menerima perintah mereka dan membubarkan diri.
Zepar kemungkinan besar
akan menghancurkan Putri Kekaisaran Elizabeth dengan leluasa dan kembali. Aku
tidak khawatir meskipun butuh beberapa hari. Masalahnya bukanlah si Putri
Kerajaan, melainkan, Dantalian.
Aku sangat yakin bahwa anak
manusia itu tidak mengoperasikan unitnya sendiri. Dia kemungkinan besar
menerima instruksi dari Dantalinan, dan menariknya, untuk mempermainkan kami.
Meskipun tidak ada bukti, itu tidak masalah. Intuisi tuaku, instingku yang
telah dilatih sambil melompati situasi hidup mati ribuan kali di medan tempur,
memberitahuku ini. Dantalian dan gadis itu, bahwa mereka berdua merencanakan
sesuatu.
Dantalian. Kau menggemaskan
karena kau memainkan trik imut. Namun, aku secara konstan siap untuk mengoyak
tenggorokanmu jika kau menunjukkan taringmu padaku. Akan kutunjukkan itu padamu
sekarang.
Tak lama kemudian, Beleth
kembali dengan succubus berambut merah muda. Aku penasaran apakah dia telah
memukulinya beberapa kali untuk menunjukkan contoh karena pipi kanannya memar.
“······.”
Kalau tidak salah, namanya
Lapis Lazuli. Bahkan saat darah menetes dari sisi mulut buangan rendahan ini,
dia terus menatap ke arahku. Dia melihatku dengan wajah tanpa emosi seolah-olah
dia memperingatkanku. Meskipun kami bertemu secara langsung beberapa kali
kapanpun aku keluar masuk dari tempat tinggal Dantalian, berapa kalipun aku
melihatnya, aku tidak suka tatapan tajamnya.
“Saya telah membawanya,
Komandan Pasukan. Ini, karena dia bukan jalang pendengki, saya memukulnya
sedikit sebelumnya. Tsk. Beneran, rasanya kotor memukul makhluk lemah.”
“Kerja bagus. Letakan dia
di sini.”
“Ya. Sesuai perintah anda.”
Gedebug.
Beleth meletakkan si
buangan seolah-olah dia melemparnya. Karena tubuh bagian atasnya terjatuh
terlebih dahulu, si buangan terluka di wajahnya. Dengan wajah terluka oleh
tanah dan ditutupi oleh air berlumpur, seseorang yang merupakan kekasih
Dantalian dan juga berdarah campuran rakyat jelatan, menatapku.
“······Orang ini memohon
maaf, Yang Mulia Agung, naming orang ini tidak berpikir bawa ini adalah
penyambutan yang tepat. Tidak peduli seberapa rendahannya orang ini, ini adalah
tubuh telah menerima rahmat agung Yang Mulia Dantalian dan juga tubuh yang
bertugas mengatur garis belakang sebuah unit. Mengapa Yang Mulia Agung
melanggar hukum ketat militer dalam kemauan Yang Mulia Agung itu sendiri?”
“Aku tidak menaruh dendam
pada kepribadianmu, nak.”
Aku meraih rambut si
buangan dan mengangkat kepalanya.
Jengkelnya, si jelatah ini
tidak menunjukkan satupun ekspresi kesakitan ataupun mengeluarkan erangan. Dia
hanya menatap langsung mataku dengan tatapan tak tergoyahkan.
“Namun, frustasi terus
menimbun kea rah anak itu yang memberikan rahmat agungnya padamu. Apa lagi?
Bahkan saat berpidato, dia mengkhianati kepercayaanku, dan dia menggunakan
metode murahan sehinggak dia bisa menghindari hukuman kecil. Menurutku aku
harus apa pada anak itu, yang membuat jenderal penggantinya itu menertawai
seluruh faksiku?”
“······.”
Si buangan menutup
bibirnya. Itu benar. Kau tidak bisa menjawab itu. Kau tidak tahu jawabannya.
Aku mengangkat sudut bibirku.
“Yeah. Aku sama. Aku tidak
benar-benar yakin apa yang harus kulakukan dari sekarang. Itu sebabnya,
sekarang, aku berencana untuk mengunjungi Dantalian denganmu dan menanyainya
secara pribadi. Ikuti aku, jalang jelata.”
Dantalian. Akan menjadi ide
bagus untuk memberikaku penjelasan yang layak. Tidak hanya untuk keamananmu,
namun jika kau menghargai hidup kekasih yang amat kau cintai ini.
“Untuk sekarang, haruska
kita pemanasan sebelum kita mengunjungi Dantalian?”
Aku menyeringai lebar.
▯Demon Lord Kebajikan, Peringkat 9, Paimon
Kalender Kekaisaran: Tahun 1506, Bulan 4, Hari 7
Dataran Bruno, Sayap Kiri Tentara Aliansi Pulan Sabit
“······.”
Di bawah guyuran hujan.
Nona ini menggenggam
kipasbulu basahnyanerat-erat.
“······Sekali lagi, nona
muda ini akan melihat Dantalian.”
Bukan itu.
Meskipun nona muda ini tak
yakin apakah dia memiliki hak untuk mengatakan ini, bukan hanya tak mampu
menghentikan perang, malahan nona muda ini tak memiliki pilihan lain selain
mengatakannya. Pertama-tama, karena ini adalah perang yang dimulai atas muslihat
Dantalian, tak akan aneh jika Dantalianlah yang memimpinnya. Namun, meskipun
ada orang yang memulai perang dan orang yang mengakhirinya, orang yang telah
menguasai peperangan adalah tentara itu sendiri.
Di bawah komando gadis
manusia tersebut, pertimbangan atas hidup para tentara tidaklah ada. Bisa saja
aksinya tersebut adalah protes terhadap fakta bahwa kami telah memenjarakan
Dantalian. Bisa saja itu hanyalah kejenakaan kekanakn dan arogansi seorang
gadis kecil. Manapun itu, dia adalah induvidu yang membuat rasa gelisah tak
terhingga jika sebuah pasukan diletakan di tangannya. Karena dia adalah
jenderal pengganti Dandalian, akan bijaksana untuk mendiskusikan ini dengannya.
“Sitri, atur kamp militer
atas nama gadis ini mala ini.”
“Apa tidak masalah untuk
pergi sendiri, kak?”
Sitri memeriksa mata
khawatir gadis ini. Karena dia tampak seperti hewan peliharaan yang mencoba
untuk menyenangkan kawannya sendiri, sebuah senyum mengapung pada bibir nona
ini tanpa sengaja. Mampu menunjukkan sebuah senyuman bahkan di situasi semacam
ini adalah berkat Sitri.
“Tak apa. Nona muda ini
hanya bertemu dan bercakap-cakap denganya saja.”
“Bukan itu. Mm. Di
pertempuran barusan, Barbatos berpartisipasi di sisi lain, kan? Jadi kurasa dia
kesal juga saat ini. Meski Barbatos hanya layak untuk mati, kau tidak akan
benar-benar seperti itu, kan?”
“······.”
“Kalau kakak bertemu
Dantalian sekarang, maka bukankah itu artinya kau malah berlari menuju
Barbatos? Kau malah akan bertengkar dengannya lagi.”
“Kalau begitu, mau
bagaimana lagi.”
Nona muda ini berbicara
sambil meletakkan lebih banyak kekuatan pada suaranya.
“Mau bagaimana lagi, nona
ini harus pergi secepatnya. Pernyataan nona ini untuk menerima Dantalian ke
dalam Faksi Pegunungan bukanlah bohong belaka. Nona ini dengan terbuka
menyarakan di depan semua orang bahwa dia akan berhubungan dengan pria yang
dibuat oleh Barbatos sebagai kekasihnya. Nona ini taka da pilihan lain selain
menggunakan tipu daya politik, tapi
.”
Kali ini, akan adil dan
setara.
Sambil melihat lurus Barbatos,
nona ini pasti akan membawa individu yang nona ini percayai dibutuhkan untuk
kami.
“······.”
Setelah melihat nona ini
mengeraskan ketetapan hatinya, Sitri mengangguk. Anak ini, yang selalu
diam-diam mendukung nona ini, meletakkan kepercayaan, yang tidak berubah sampai
saat ini, ke dalam suaranya dan mendorong nona ini ke depan.
“Oke. Hati-hati, kak. Akan
ku urus segala hal di sini.”
Ya. Nona ini akan
mempercayaimu dan menyerahkan semuanya di tanganmu, Sitri. Jendal penggantiku.
Meninggalkan para kapten
yang depresi karena mereka telah membiarkan kemenangan lolos dari jari-jari
mereka, nona ini pergi. Setiap langkah yang diambil nona ini, ada lumpur, air
berlumpur melumuri sepatunya dan merembes ke dalam roknya, mengotori mantelnya,
namun tidak masalah. Jika nona ini percaya bahwa ada beberapa tetes darah dari
para tentara, yang telah tewas di bawah komando nona ini, becampur padu dengan
setiap kolam lumpur pada medan perang hari ini, maka pemikiran hal itu kotar
tak akan muncul di pikiran nona ini.
Hujan perlahan berhenti.
Dari langit, di mana awan hitam tak mungkin bisa menutupi seluruhnya, beberapa
cahaya kuning dari matahari terbenam jatuh ke bumi. Di antara sinar itu, salah
satunya merembes ke dalam dahi mayat yang begeletakan secara acak di tanah.
Bukan mayat iblis, melainkan mayat manusia. Anak domba, tentara yang melakukan
apa yang mereka bisa untuk melihat cahaya matahari, yang kemungkinan besar tak
bisa lagi dilihat pada saat kematiannya, menatap langit dengan mata berapi-api.
“······.”
Nona muda ini berhenti
sesaat dan membungkukkan punggungnya ke depan. Mantel nona muda ini menyentuh
bumu dan menjadi basah dalam air berlumpur. Sementara menggosok kelopak mati
dari subject tanpa nama, noan ini berpikir iru adalah tugas pemimpin, di mana
mereka harus menyelupkan jubah mereka untuk mereka guna melakukan tugas
sederhana yaitu menutup mata subjek mereka, adalah cukup mengerikan.
Walaupun nona ini tidak
yakin sudah menjadi senoda apa dirinya.
Bukankah setidaknya akan
memungkinkan untuk membuat resolusi yang memperbolehkan seseorang untuk menjadi
sekotor itu.
Nona ini duduk melamun di
medan yang disinari matahari terbenam yang telah menjadi pucat.
▯Raja Rakyat Jelata, Peringkat 71, Dantalian
Kalender Kekaisaran: Tahun 1506, Bulan 4, Hari 7
Dataran Bruno, Tentara Aliansi Bulan Sabit, Penjara Sederhana
Apakah hujan hari ini
akhirnya berhenti?
Aku mengeluarkan tembakau
yang kumasukkan ke dalam salah satu kantong jubahku. Karena tidak ada penutup,
ini adalah sel di mana hujan terus mengalir masuk. Meskipun aku juga tidak
berencana berkata bahwa aku cukup menikmati terkena curah hujan atau protes
akan hal ini, fakta bahwa aku tak bisa merokok dengan benar, hal semacam itu
membuat ini menjadi membosankan dan tak nyaman. Hujan musim semi tahun ini
begitu deras dan berlangsung lama.
Klak, aku menyalakan api
dengan pemantik. Klak, klak······ Sambil menatap bara api yang berkelip
singkat, mirp dengan listrik, aku perlahan meninjau pertempuran uang telah
terjadi hari ini. Aku menggumamkan kata-kata yang benar-benar tidak diperlukan
sambil memantikkan api.
“Ah, ini sulit buat
dihidupkan.”
Tidak menang dengan jelas
dan tidak kalah dengan jelas. Itu adalah perintah yang kuberikan pada Farnese.
Jika ini masih di waktu dahulu, maka Farnese kemungkuninan besar tak akan mampu
mengerti apa maksudnya itu dan dia akan menanyakannya. Namun, keadaanya
sekarang, yang dididik oleh Lapis dan diriku, berbeda. Dia pasti bisa
mengetahui maksud tersiratnya dengan mudah.
Satu bagian yang
merepotkanku adalah kelakuan Putri Kekaisaran Elizabeth. Aku membuat responku
terhadap pergerakannya melalui Farnese. Apakah Putri Kekaisaran akan berbuat
berdasarkan itu atau tidak. Jika dia melakukannya, maka apa yang akan
berbeda······. Sesuai dengan ini, arah perang akan diputuskan.
“Badum tat badum tat sebaiknya apa: ini atau itu? Badum tatat
tat bakar kuil dan bunuh orang — haruskah begini?······.”
Aku menandungkan lagu
militer yang telah kugubah sendiri.
Seingkatnya, orang yang
mengkomandokan perang ini adalah Elizabeth dan diriku. Bukan Barbatos atau
Paimon. Tujuan perang yang pasti telah terbentang hari ini, tidak lain dan
tidak bukan adalah untuk memberitahukan dua Demon Lord akan kebenaran dingin
ini.
Tetap duduk.
Jika kalian ingin
memenangkan perang, maka bebaskan aku dari penjara ini dan berikan kepemimpinan
padaku.
Jika tidak, maka kalian
semua akan mati di tangan Putri Kekaisaran.
Sebuah pesan yang terus
terang dan tegas.
Meskipun kalian semua
menyerang penuh di sana, kalian tak akan bisa menggenggam perang. Meskipun
dikurung dalam penjara sempit ini, aku mendominasi medan tempur. Itu karena aku
sangat lebih kompeten disbanding kalian. Tak ada ketidakrasionalan,
ketidaklogikalan, atau ketidakadilan di sini. Ini hanyalah kebenaran.
Satu-satunya kebenaran.
“Saat mereka mati dan mati lagi serratus kali······ Ah.”
Bara api akhirnya membakar
tembakau. Aku berhenti bernyanyi sesaat untuk meniupkan udara pada tembakau.
Bara api berkdip-kedip dan mulai berhasil membakar tembakau dengan warna merah
bersinar.
“Mhm.”
Sempurna.
Sangat mungkin, Barbatos pasti
telah menyadari maksudku. Kemungkinan Paimon mampu untuk menerima petunjukkanya
adalah sekitar 50 persen. Jika mereka berdua bijaksana, maka mereka akan sadar
bahwa taka da hal bagus akan datang dari menyingkirkanku dan keminangkan itu
akan menjadi jauh jika mereka membunuh Farnese. Mereka berdua tak ada pilihan
lain selain untuk tidak membuat dakwaan apapun dan hanya menerimanya tanpa syarat.
Karena para manusia
memiliki monster yang dikenal sebagai Elizabeth Atanaxia Evatriae von Habsburg.
Karena, satu-satunya orang
yang bisa menghentikan dirinya hanyalah diriku, Dantalian, dan Laura De Farnese
yang telah Dantalian rekrut.
Aku akan selamat karena
kecakapan Elizabeth, dan sebaliknya, aku yakin bahwa Elizabeth akan bisa
bernafas berkat kecakapanku dan Farnese. Elizabeth dan aku adalah sepasang
pendaki yang mendaki bersama dambir bergantung hidup satu sama lain.
“Kalau begitu.”
Bagaimana Barbator dan
Paimon akan bereaksi? Akankah mereka murka? Mereka pasti akan murka. Akankah
mereka putus asa? Mereka mungkin putus asa. Aku penasaran apa yang akan terjadi
selanjutnya. Nilai sebenarnya seseorang selalu dibuktikan setelah kata
‘selanjutnya’ telah tiba.
Dengan sikap mental yang
menunggu segala hal yang baru mendekat, aku melihat ke arah horizon dai hadapan
jeruji besi. Tembakau terasa manis dan memuat pikiranku terasa mati rasa. Aku
menyanyikan sisa lagu sambil menghembuskan asap ke arah matahari yang baru
terbenam.
“Atau jika kami mati dan mati bersama — haruskah begitu······?”
Aku di sini di dalam
penjara ini.
Dungeon Defense Bahasa Indonesia - Jilid 4 Bab 2 (Bag. 6)
4/
5
Oleh
Yuuki van Core