Bab 3 - Hari Di Mana Bunga Sakura Gugur
▯Raja Rakyat Jelata, Peringkat 71, Dantalian
Kalender Kekaisaran: Tahun 1506, Bulan 4, Hari 7
Di pertengahan malam.
Farnese kembali.
“Nona muda ini telah membawa
hadiah peringatan, Lord. Ada banyak.”
Hadiah yang Farnese bawa
sambil mengatakan itu, hadiah paling pertama yang gadis miliki di usianya yang
baru beranjak 17, sebuah usia di mana seorang gadis akan melepaskan perasaan
menyegarkan, berikan padaku, orang yang merupkan keberadaan paling dekat sebgai
ayahnya, bukanlah sesuatu menggemaskan seperti dompet uang atau surat tulis
tangan tradisional, itu adalah sebuah gunung yang muncul dari ratusan kepala
manusia.
Selanjutnya, mereka adalah
tengkorak yang masih terdapat daging.
“······.”
“Ini kesatria dari
Brittany. Ini pemimpin dari prusahaan bebas paling sukses di tentara Francia.
Individu itu, yang nona muda ini dapatkan informasinya setelah menyisaksa para
tahanan, kelihatannya telah memiliki reputasi yang cukup besar. Dan ini dalah
komandan brigadir yang dikenal baik di Republik Batavia······.”
Dengan wajah beremosi
kosong, namun, seolah-olah dia adalah anak kecil yang telah kembali dari
perjalanan pertamanya dan membawa oleh-oleh untuk anggota keluarganya, Farnese
menungjukkan tengkorak-tengkorak dan mempersembahkannya sekaligus. Dia mampu
membedakan mereka dengan cukup baik. Meskipun mereka semua terlihat sama
dimataku dan kepala-kepala yang kuharap dia abaikan sebentar, entah kenapa,
tampaknya mata Farnese sendiri seolah terdapa label nama penuh warna untuk
setiap kepala.
“Begitu. Aku mengerti bahwa
kau punya orientasi seksual yang sangat eksentik dan nilai akademis dalam
penilitian. Oleh karena itu, bisakah kau singkirkan semua itu sekaligus sebelum
aku akhirnya muntah? Aku terlalu normal untuk merima seluruh preferensimu
sekaligus.”
“Tunggu sebentar, Lord.
Nona muda ini masih belum menunjukkan hadiah yang sesungguhnya. Bergembiralah. Seluas
apapun semesta ini, satu-satunya gadis yang mampu memberikan hadiah pada Yang
Mulia degan hadiah penuh kenangan adalah nona muda ini. Nona muda ini tidak
yakin, namun bukankah itu karena Yang Mulia telah melakukan tindakan yang baik
di kehidupan terdahulu.
Farnese berkelakuan dengan
sombongnya.
Itu sebenarnya sedikit
menjengkelken.
Sebenarnya apa yang anak
ini ambil kejar sampai-sampai bertindak seperti itu.
Jika dia berkelakuan
sepertiitu, mau itu dia cantik atau tidak, aku penasaran apakah pria akan
pernah tertarik padanya. Tolong jangan cuma hidup menempel di sisiku, dasar
bodoh. Aku tidak punya hobi untuk hidup dengan pertunjukan tinggi psikopat
menempati sudut rumahku.
“Oke. Kalau begitu,
pikiranmu itu, yang tidak hanya ingin memberikan berita kemenangan namun
memberiku hadiah juga, memang patut untuk dipuji. Jadi, apa hadiah sebenarnya?”
“Hu-hum”
Farnese melintangkan
lengannya sambil membuat efek suara ‘Tadah’ dengan lidahnya (Akan kutambahkan
fakta bahwa tindakan itu benar-benar tidak cocok dengannya).
“Diantara ini semua, nona
muda ini akan selamanya memberikan Yang Mulia terngkorang yang Anda sukai.
Bagaimana? Apa yang mulia tidak tergerak untuk membangun perpustakaan hanya
untuk nona muda ini?”
“Aku tidak butuh semuanya!”
Aku berteriak dan berdiri
untk menjitak kepala Farnese. Namun, aku sadar itu mustahil. Sayangnya, ada
jeruji besi yang diletakkan di antara Fanese dan diriku, terlebih, juga ada
jarak di antara kami. Tubuhku dihalangi oleh jeriji besi dengan bunyi clang.
“Apa kau datang ke sini
sambil membawa sesuatu seperti itu dalam bundelan sebagai hadiah pertama untuk
tuanmu? Jika kau hanya mempertimbangkan jumlah pelajaaran yang telah kuberikan
pafamu, maka bayaran pembelajaran itu sendiri akan cukup untuk membangun kuil.
Datanglah ke sini dan dipukulah sedikit.”
“······Tentu, apa Yang
Mulia tidak puas dengan tengkorak-tengkorak ini? SUngguh merepotkan. Ini adalah
barang-barang berkualitas unggul yang nona muda ini pilih dengan ketat. Namun
jangan khawatir. Apa Yang Mulia pikir
bahwa nona muda ini tidak mempertimbangkan rasa keindahan Yang Mulia?
Mengetahui ini.”
Farnese menepuk tangannya.
Padasaat dia menepuk,
tentara datang sambil menarik gerobak kuda. Mengejutkannya, gerobak kuta
tersebut di isi dengan luapan tengkorak manusia. Meskipun hujan telah berhenti,
langit telah sama gelapnya seperti sebelumnya sehingga jarak pandangku
terbatas, aku bisa melihat barisan kereta kuda, yang mencapa bagian paling
bawah bukit, menuju di mana kami berada. Farnese dengan perkasa meletakkan
tangannya di bibirnya dan menyatakan.
“Nona muda ini mengumpulkan
segala mayat di medan tempur dan hanya mengambil kepala mereka. Nah, Lord.
Mohon hargai mereka dengan tidak tergesa gesa sampai Yang Muia mampu menemukan
kepala yang sesuai dengan selera Anda.”
“Udah kubilang, kaburlah
dari ide memberikan tengkorang ke orang lain, dasar imbisis.”
Orang ini tidak
benar······. Sungguh, dia benar-benar salah······.”
Farnese memiringkan
kepalanya dan bergumam, anehnya, bagaimana bisa Yang Mulia tidak menyukai karya
seni menakjubkan ini. Itu tampak seolah-olah dia terkejut.
Bagi Farnese, seni berarti
saat di mana hidup dan mati berkedip dengan jelasnya. Dalam hal itu, ekspresi
yang dibuat oleh mayat-mayat di medan tempur pasti telah memuncakkan seni dalam
dirinya. Meskipun aku tidak tagal untuk mengerti logika aneh itu, aku hanya
tidak memiliki jumlah kemurahan hari yang dibutuhkan untuk dengan pasifnya
mengizinkannya.
Aku mengeluarkan desahan.
“Apa kau cemburu?”
“Mm? Apa maksud Yang
Mulia?”
“Berbeda denganmu, wajah
yang bisa menunjukkan ekspresi dengan bebas, aku bertanya apakah kau cemburu
pada kebebasan orang-orang yang terlahir normar dan biasa.”
Farnese membeku.
Di kejauhan, sebuah api
membakar dan bergejolak. Kami akan berperang sambil membakar mayat. Abu yang
mengabang-ambang seolah menggarami langin, dan malawannya, asap hitam mengepul
ke atas. Adakalanya, para tahanan, uang hampir mati dan menjada benang hidup
mereka selama yang mereka bisa, ditebas dan dibunuh oleh tentara kami secara
pribadi. Gemercik gemercik······ ah,
aaack······ setiap kali apa melambung ke atas, sakaratulmaut bisa didengar
dengan sedikit penundaan.
Farnese meletakkan teriakan
tersebut di belakangnya dan mulai melamun padaku. Emosinya samar. Ketika orang
bilang temperatur tatapan seseorang itu sama dengan hati mereka, mata rasanya
seolah-olah Farnese bahkan tidak memiliki sesuau yang disebut temperature.
“Aku bisa menebak alasun
kenapa kau tidak bisa membuat ekspresi. Semakin kau membuat bermacam ekspresi
wajah, semakin ayahmu harus bekerja. Jadi kau, sebagai tipe self-defense, paste telah memutuskan
untuk menyingkirkan sesuatu seperti ekspresi sepenuhnya, mirip dengan bagaimana
serangga hutan melemparkan warna intrinsiknya dan bersembunyi dalam hutan.”
“······.”
“Farnese, jika begitu, maka
itu adalah sesuatu yang kau putuskan. Mau sekejam dan setidak adil apapun itu,
saat sesuatu telah kau alami secara pribadi, pada akhirnya, itu adalah sesuatu
yang hanya bisakau selesaikan. Meskipun kau mengumpulkan sepuluh ribu mayat
yang mengandung ekspresi, hari di mana amarah dan lukamu akan terbebaskan tidak
pernah datang.”
“Nona muda ini tidak
mengerti, Lord.”
Farnese berbicara dengan
tenang.
“Yang Mulia, Anda
memberitahukan nona muda ini di hari itu di dalam hutan cemara bersalju. Anda
berkata pada nona muda ini untuk membunuh apapun yang menghalangi jalannya,
apapun itu, untuk jangan takut, untuk jangan ditahan oleh segala yang bukan
tanggung jawab nona muda ini dan memotong segala yang mencoba menahannya. Yang
Mulia sudah berkata pada nona muda ini bahwa jika dia memotong mereka, maka
tempat itu adalah tempat di mana nona muda ini akan hidup. Mengapa Yang
sekarang menyarankan nona muda ini untuk berhenti mengambil kepala musuh?”
Dengan jarinya, Farnese
melingkarkan sisi rambutnya. Itu adalah kebiasaan yang dia tunjukkan kapanpun
dia jatuh ke dalam pemikiran mendalam.
“Apa perlakuan nona muda
ini terlalu kejam? Perang itu sudah cukup kejam. Apa metode nona muda ini
terlalu jahat? Tak ada yang lebih bodoh dibandingkan mendiskusikan tugis
seseorang di medan tempur. Atau mungkin, apa itu karena rasa kasihan, yang
tidak cocok dengan Yang Mulia, yang bergelora······.”
“Aku bilang padamu untuk
membunuh apapun yang menhalangimu.”
Aku memotong kata-katanya.
Meskipun dia telah menjadi
fasih karena menerima pembelajaran retorika dari diriku dan Lapis, dia masih sangat
jelas kekurangan kemampuan untuk melawanku.
“Hal yang menghalangimu
bukan sesuatu seperti tengkorak. Perhatikanlah. Apa yang yang merintangi
jalanmu, bukan masa lalu-mu?”
“······.”
Farnese menjadi hening.
Seolah-olah gadis, yang
telah membunuh setidaknya beberapa ribu orang dan paling banyak sepuluh ribu
orang hari ini, di halangi oleh dinding tak terlihat, dia berdiri di tempat
tanpa bisa bergerak sdikitpun.
“Meskipun non muda ini
tidak ingin mengakuinya.”
Pada saat Farnese bisa
membukabibirnya, langit telah menjadi gelap dan beberapa obor telah dihidupkan
di seluruh kamp militer.
“Yang Mulia benar. Meskipun
nona muda ini mampu bebas sampai titik di mana nona muda ini telah menyulap
dirinya untuk percaya bahwa suara salju adalah teriakan tonggeret, nona muda
ini masih terikat oleh rantai masa lalu. Dan nona muda ini tak mampu
mengontrolnya sendiri.”
Bukanya kata-kata, ungkapan
Farnese lebih dekat dekat pada keluh kecil.
“Kapanpun ada wajah yang
menunjukkan emosi di depan mata nona muda ini, nona muda ini ingin mencabiknya
dengan pedang. Jika ada wajah yang mengutuk nona muda ini di antara mereka,
maka nona muda ini ingin memamerkan wajah itu setelah mencabiknya. Dengan
melakukan ini nona muda ini berharap untuk menikmati perasaan hidup dengan rangsangan
fakta bahwa mereka mati dan nona muda ini hidup. Apa yang harus nona muda ini
lakukan? Apa yangharus nona muda ini lakukan untuk merubah ini?”
Farnese merendahkan
pandangannnya ke tanah.
Anak ini kemunginan besar
berpikir bolak balik karena dia tak yakin akan melakukan apa. Dia tahu apa yang
harus di benarkan, namun dia tidak tahu cara membenarkannya.
Namun, itu sendiri sudah
merupakan langkah besar.
Sampai baru-baru ini,
Farnese adalah massa teruma. Dia menolak fakta bahwa dia adalah subjek
kekerasan oleh ayahnya sendiri, dia menyamarkan fakta sebagai kebohongan sambil
tidak merubah ekspresi wajahnya sekalipun, dan dia hanya akan berbicara tentang
luka yang ditekannya kapanpun dia berada dalam pengaruh alcohol dan
obat-obatan. Dibandingkan hari ini, bukankah Farnese sudah menjadi semakin
dewasa?
Lapis berkata bahwa Farnese
berbahaya. Aku berkata pada Lapis bahwa aku akan bertanggung jawab dan
memintanya untuk menyerahkannya padaku dan menunggunya dengan sabar. Sementara
dipencara di kandang ini dan menatap Farnese di sisi lain jeruji besi, aku
sekali lagi memastikan keputusanku saat itu tidaklah salah.
“Aku sama sepertimu.”
Sekarang, bukan lagi
waktunya untuk menggali namun sekarang adalah waktunya untuk memimpin.
“Ada keberadaan seperti
ayah di kehidupanku terdahulu juga. Terlebih, dalam istilah kepribadian kotor,
dia mungkin sama atau malah lebih buruk dari ayahmu, tidak akan kurang dari
itu. Hidupku rusak karena pria itu.”
“······Yang Mulia, juga?”
“Begitulah.”
Aku isa membalas karena aku
secara pribadi terpenjara sekarang. Jawaban dari orang yang paling mudah
dimasukkan ke penjara. Itu adalah ayahku. Ini bukan candaan.
Sebagai awalan, tidak ada
kemungkinan lain selain fakta bawah ayahku adalah bianatang yang layak mati.
Aku yakin hal ini karena ibuku, yang mencintainya dan makin mencintainya sampai
dia akhirnya mencintai organ dalamnya, mencoba membunuhnya.
Kecuali, apakah dia dibunuh
atau tidak, samapai hari itu tiba, ada banyak hal yang pasti harus ku ambil.
Bahsak sementara ayahku membesarkanku, tak pernah ada hari di mana aku
kelaparan. Apakah itu bukan sesuatu yang layak di syukuri? Meskipun aku
dibesarkan oleh ayah macam anjing dan tumbuh menjadi bajingan, aku,
beruntungnya, seorang manusia jujur. Aku tidak ada pilihan lain selain mengakui
kenyataan bahwa dia agak menyelesaikan tugasnya sebagai ayak karena hanya fakta
bahwa aku tidak pernah kelaparan sejak aku lahir.
Itu sebabnya, bukannya
mengakhiri hidupnya, aku memutuskan untuk puas hanya dengan menjatuhkan
hidupnya ke dalam lubang tak berdasar. Orang-orang yang tahu ampunan dan
toleransi, mereka menyebutnya. Berubah menjadi aku adalah anak yang baik dan
bertanggung jawab.
Metodenya sederhana.
Aku diam-diam mengirimkan
anak dibawah umur untuk menukar pasangan yang sering ayah bawa di villa favoritnya.
Dengan begiku. Meskipun dia memiliki empat atau lima istri, dia masih menikmati
hubungan seksual bebas. Apa dia tidak sakit? Tidak mungkin seseorang tidak bisa
menunjukkan hormat pada nafsu seksual. Aku percaya bahwa akan sia-sia jika aku
hanya tahu kepribadian ayahku, oleh karena itu, aku dengan jelas menyiapkan orang-orangan
sawah yang dikenal sebagai pelapor pelanggaran dan mengamankan bukti.
Bahkan tidak dibutuhkan
untukku keluar jalur untuk memulai insiden itu sendirian. Bahkan di tempat yang
tak kujamah, ayahku menggoda banyak wanita. Di antara mereka, skandal kekerasan
seksual kecil terjadi di sebuah tempat yang taka da hubungannya denganku.
Benar-benar konsisten, itu adalah anak SMA lainnya ada alasan kenapa aku menegaskan bahwa
lolita complex adalah sebuah penyakit
mental dari waktu ke waktu sambil
terperanjar, aku menungkan bahan bakar, yang telah kukumpulkan samapai saat
itu, ke dalam insiden yang telah menyala dengan alaminya. Meskipun aku merujuknya
sebagai bahan bakar, itu bukan sesuatu yang special. Aku hanya memanggil mereka
diam-diam dan mengatakan sedikit kata pada mereka.
Tuan Muda, mengapa kami harus
diam-diam memasang kamera di sini??
Kuberitahu mereka apa yang
mereka tidak tahu.
Uh. A-apa tidak masalah······? Bisakah
aku percaya bahwa kau akan benar-benar memberiku hadiah yang layak begitu ini
selesai?
Aku mengintimidasi mereka
untuk diam-diam percaya padaku.
Kami sudah memanggil semua penasehat
pembela, Tuan Muda. Jangan khawatir. Meskipun videonya bocor, situasi yang
membuat keluarga ketua merugi tak akan terjadi. Fakta bahwa anak SMA terlibat
hanyalah halangan kecil, kami akan lakukan apapun······ Maaf? Apa Anda bilang
pada kami untuk membiarkannya? Tapi······?
Jika mereka memiliki
keluhan, maka kusuruh mereka untuk mengeluh.
······.
······.
······.
Membuat mereka tak sadar
akan hal-hal yang seharusnya mereka tahu, membuat mereka tak memiliki pilihan
lain selain percaya pada hal-hal yang ingin mereka percaya, dan membuat mereka
melakukan hal-hal yang tak harus mereka lakukan. Wewenang sejak awal adalah
sesuatu seperti itu dan aku memiliki cukup wewenang.
Aku tersenyum pada mereka
dan bicara. ‘Kenapa kalian tidak merespon?’. Mereka semua menelan ludah dan
menjawabku, yang merupakan pewaris perusahaan.
Ya.
Ya, mengerti······.
Dengan senang hati.
Waktu berburu telah tiba.
Ketika seekor singa memburu
seekor rusa, mereka tidak akan dimabukkan oleh aroma darah hanya karena mereka
telah merasakan darah pada leher rusa sekali.
Meskipun ayahku dipenjaran
dan aku telah tengan segera membungkap seluruh pertolongannya, aku masih
waspada. Aku menahan informasi dan menyimpangkannya. Pelapor pelanggarnya tak
pernah berhenti-henti dan entah kenapa, reporter sejati tiba-tiba mulai
menggelora dari pers busuk. Aha, jika seperti ini maka aku hanya bisa
mengangkat bahu pada akhirnya.
Tetap di penjara selamanya.
Itu adalah harapan
terakhirku dan ayahku dengan senang hari menuruti harapan kecilnya.
Itu menjadi semacam,
konsekwensi.
Empat hari kemudian, ayahku
mati karena serangan jantung.
“······.”
Aku mendongak kea rah
langit yan hujannya telah berhenti. Uap menolak menghilang, dan malahan, dengan
mengerikannya merembes ke dalam bumi. Farnese diam-diam menatapku yang berada
dalam keadaan tersebut.
“Farnese. Aku mungkin telah
berhasil, namun aku melakukan kesalahan di sat-sat paling vital. Meskipun aku
berhasil memenjarakan pria itu, aku mungkin tidak menyangka bahwa dia akan mati
karena penyakit kronis dalam empat hari.”
Aah.
Empat hari, hanya empat
hari.
Sebuah waktu yang terlalu
singkat atas bayaran akan dendam yang telah kutumpuk sepanjang hidupku.
Hanya empat hari.
Aku, yang lari setelah
mendengar berita kematian tiba-tiba ayahku, hancur. Bahkan saat aku membaca
catatan yang seharusnya ditulis sepenuh hati, hanya sebuah pemikiran yang akan
melewati kepalaku. Pemikiran bahwa pria ini, bajingan seperti tukang jagal ini,
ular paling berbisa diantara ular berbisa ini, telah melihat keseluruhan
rencana dan dengan sengaja menggunakan penyakit kronis sebagai alasan untuk melakukan bunuh diri.
Aku tidak yakin bagaimana
rencanaku ketahuan. Dia kemungkinan besar tahu melalui intuisinya. Lagipula,
dia adalah pria monster.
Karena masalah jantung
adalah penyakit kronis yang dia alami sejak lama, tak ada yang mencurigai
kematiannya. Kebanyakan opini mengatakan dia telah mati karena dia rentan
terhadap kematian, dan itu adalah argumenku sendiri bahwa dia layak untuk
dibunuh namun aku tidak bisa melakukannya. Pada akhirnya, aku mungkin telah
sukses melakukan pembalasan dendamku, namun aku harus menjalani sisa hidupku
dengan rasa pahit di mulutku.
Baguslah buatmu, ayah. Kau
pasti merasa lega karena kau berhasil mempermainkan anakmu di waktu-waktu
terakhir hidupmu. Itu benar, kerja bagus matinya. Apa kau sangat tidak suka
akan ide menebus kesalamun terhadap diriku? Apa kau ingin menggambarkan padaku
fakta bahwa kau tidak memiliki satupun hal dalam hidupmu untuk kau tebus?
“Haa······.”
Aku mendesah.
“Ada nilai moral yang cukup
berharga di ceritaku. Apa kau tahu apa itu?”
“Tak peduli bagaimana
bajingannya dia, karena ayahmu masihlah ayahmu, kau harusnya tidak memenjarakan
mereka tanpa pikir panjang?”
“Dasar bodoh. Kau
mendengarkan kata-katau dengan apa? Itu malah sebaliknya. Jangan memaafkan
orang itu dan tinggalkan dia, dan tanpa gagal, bunuh dia, ayah yang
menghancurkan hidupmu, dengan kedua
tanganmu sendiri.”
“······.”
Aku menopang dagu Farnese
dan menatapnya dengan jelas. Anak yang telah kuputuskan untuk kutanggungjawabi
setelah datang ke dunia ini. Meskipun aku jarang mengekspresikan ini secara
vocal, aku menganggapmu sebagai anak angkatku. Karena pandangan hidupmu telah
menyimpang sebagaimana menyimpangnya pandangan hidupku.
“Orang-orang di dunia
kemungkinan besar memberimu semacam nasehat. Maafkan dia. Perbaiki cara
berpikirmu dan ubah hidupmu menjadi positif. Astaga. Itu adalah kata-kata yng
cocok untuk orang seperti mereka saja. Mereka, mungkin, bukan kata-kata yang
benar malah. Bagaimanapun, kau, apa kau tidak tersiksa dengan kata-kata yang
mungkin tak bisa kau ucapkan kuat-kuat dan hal-halyang lebih parah dari itu,
oleh ayahmu sendiri? Aku bisa dengan mudah menebaknya.”
“······.”
“Lapis membunuh ibunya
sendiri. Harusnya itu menjadi yang pertama kali baginya sejak dia dilahirkan
bisa bertemu dengan ibunya, namun dia hanya mengejarnya di tempat dan membelah
tenggorokan ibunya. Oleh karena itu, aku menganggap Lapis sangat lebih bijak
disbanding diriku. Pikirakanlah, Farnese. Apa yang akan kau lakukan jika ayahmu
mati di tangan orang lain sebelum kau bisa membunuhnya sendiri? Bayangkanlah
itu. Apa itu tidak mengerikan?”
“······.”
“Oleh karena itu, bunuh
dia.”
AKu berbicara.
Menggunakan nada yang
meyakinnkan jawaban.
“Hukum ayahmu degan kedua
tanganmu sendiri. Balas dendamlah dan akhiri hidupnya. Seberapapun luasnya
dunia, karena taka da orang lain di luar sana yang memiliki hak sebanyak dirimu
untuk membalas dendam, kaulah yang harus melakukannya. Tugas yang tak bisa kupenuhi
karena aku lemah, aku dengan senang hari berdoa akan keberhasilanmu.”
Seolah-olah aku meletakkan
kutukan padanya di saat yang sama saat aku menganugrahkan rahmat padanya.
Aku memberikan jawaban pada
putri angkatku.
“Begitu kau melakukannya,
kau akan bebas.”
Farnese gemetar tanpa kata.
Itu adalah reaksi alami. Kata-kataku adalah es. Jika seseorang berkeinginan
melahap es sekaligus, maka mereka memerlukan perut yang kuar dan gigi yang
keras. Dan gadis ini, yang berdiri di hadapanku, adalah pilar dari Lapis,
wanita yang memiliki perut terkuat dan aku, yang memiliki gigi terkeras, telah
kembangkan bersama. Meski dia tumbuh karena lelah akan kekejaman tindakan yang
harus dia bawa mulai dari sekarang, dia tidak akan menolaknya.
Tentu.
“······Tapi, Yang Mulia.
Ada masalah. Meskipun nona muda ini mencoba membunuh ayahnya, ayah nona muda
ini tinggal di kerajaan selatan. Ada lebih dan lebih banyak orang di utara yang
Yang Mulia dan nona muda ini harus ambil nyawanya, jadi kapan kita akan bisa
menuju selatan?”
Farnese langsung menuju ke
permasalahannya. Itu berarti pada dasarnya dia setuju pada kata-kataku yang
menginstruksikan dirinya untuk membunuh ayahnya sendiri. Ini sebabnya aku tidak
membeci anak-anak yang mengindahkan kata-kataku.
“Untuk menaklukan
Kekaisaran, kita harus membinuh Putri Kekaisaran itu, tapi menurut Yang Mulia,
Putri Kekaisaran adalah gunung terbesar. Tidakan untuk menyebrangi gunung cukup
jauh, sampai harinya tiba, bagaimana nona muda ini haru menahan kebinasaan masa
lalunya sementara berada dalam api penyucian ini? Bagaimana kita tahu apa itu
akan butuh 5 tahun atau 10 tahun? Nona muda ini berharap untuk secepatnya
bebas.”
“Bagus bahwa kau itu jujur.
Setiap kali aku menyaksikanmu perlahan berubah menjadi bajingan jang semakin
dan semakin jujur, itu membuatku merasa senang sampai-sampai aku ingin menari.”
“Meskipun nona muda ini
sangat khawatir karena tampaknya seolah-olah kepribadiannya membusuk hari demi
hari karena Yang Mulia dan Nona Lapis······.”
“Taak apa. Jangan khawatir
soal itu. Semua yang kita lakukan hanya mengeluarkan yang telah busuk. Karena
itu adalah esensi aslimu, berusahalah untuk mencintainya.”
“Yang Mulia memiliki bakat
untuk menyentuh sebuah nada dengan hari orang lain setiap Anda membuka mulut.
Sebuah bakat yang bisa menyentuh nada dengan hati orang lain dalam maksudyang
amat buruk. Mohon segera gigit lidahmu dan bunuh dirimu, Lord.”
Aku mengangkat sudut
bibirku.
“Tiga hari.”
“······?”
“Kau akan bisa membunuh
ayahmu dalam tiga hari.”
“Itu aneh bin ajaib.
Bagaimana nona muda ini bisa menangkap
ayahnya dalam tiga hari?”
“Bukan kau yang akan
membawanya, dasar anak bodoh. Apa belum kukatakan padamu dari waktu ke waktu
ini lagi? TOlonglah, kalau apa yang menempel di lehermu itu kepala, maka
gunakanlah. Pikirkanlah. Mau kau sudah jatuh menjadi budak atau tidak, kau
masihlah keturunan Rumah Farnese. Seorang keturunan dari keluarga mereka
menghianati manusia dan bersama iblis, tapi apa kau pikir mereka akan tetap diam
ketika martabat mereka sebagai keluarga bangsawan dipertaruhakan? Meskipun
mereka mencoba tetap diam, apa kau pikir orang-orang di sekitar mereka akan
diam saja?”
“······.”
Farnese menjadi hening. Kau
bisa bilang dari wajahnya itu adalah scenario yang idak pernah dia
pertimbangkan. Aku membuat suara tsk-tsk dengan lidahku dan menggeleng. Ini
sebabnya seorang anak, yang belajar dunia dari buku sejarah, meriliki perasaan
yang buruk ketika itu datang pada sesuatu yang penting.
“Dengarlah. Dengar
baik-baik dan pelajari. Sudah cukup lama sejak Putri Kekaisaran Elizabeth telah
mendapatkan artefak memoria. Pada titik itu, Putri Kesaisaran pasti telah
berhubungan dengan Rumah Farnese. Empat hari telah berlalu sejak kau menjadi
pemimpin dan memberikan pidat itu, namun jika itu seseorang yang secakap Putri
Kekaisaran, maka seberapa parahnya pun situasinya, mereka pasti bisa
menyelesaikannya dalam satu minggu. Oleh karena itu, tiga hari dari sekarang.
Apapun yang terjadi sebelum seminggu penuh berlalu, Putri Kekaisaran past,
akan, menekanmu dengan meletakkan Duke Farnese di depan pasukannya.”
“Bagaimana bisa Yang Mulia
yakin akan hal itu······.”
“Astaga. Untuk membawa
seseorang sepertimu sebagai keturunanku, akulah yang harusnya sial. Tidak hanya
kau tidak bisa berpikir, tapi kau tidak bisa mendengar juga? Nak, apa rumor
bahwa bahwa kau keturunan Rumah Farnese dan anak seorang pelacur masih belum
menyebar di baris depan Tentara Salib? Hm? Kau pikir siapa yang bisa
mendapatkan informasi pribadimu dengan tepat dan telah mengedarkan rumor
mengerikan tentangmu, dalam waktu hanya tiga hari? Mungkinkah itu orang lain
selalin Putri Kekaisaran Elizabeth?”
“······.”
“Oleh karena itu, jangan
khawatir tentang apakah kau akan menunggu 10 tahun atau tidak, malah,
pikirkanhal hal yang berkaitan untuk segera mendatangkan tiga hari. Jenderal
bodohku, meskipun seminggu adalah waktu yang berada diluar kapasitasmu.
Meraba-raba sebuah hati dan menemukan hari esok lagi, masih setingkat itulah
kau saat ini. Lancang sekali dirimu untuk mencoba dan membicarakan 10 tahun.”
“Nona muda ini makin tidak
menyukai Yang Mulia······.”
“Itu karena langit di atas
langitmu. Aku tahu perasaan itu juga.”
“Nona muda ini juga tidak
suka Yang Mulia yang pura-pura tahu perasaan itu, juga······.”
“Oh? Kalau gitu cobalah
menang dariku. Untuk seseorang yang tak mampu menang, kau pasti cukup bahagia
karena masih masih memiliki kebanggaan yang tersisa. Apa otakmu itu merasa
damai?”
“Guuuuh······.”
Farnese merintih tanpa
menunjukkan emosi apapun dalam wajahnya. Orang yang sangat imut.
Utamanya, hasrat akan
kekuatan adalah sesuatu untuk tidak memaafkan seseorang yang berada di atas
mereka. Aku adalah seseorang yang telah membangkitkn hasrat kekuatan Farnese,
dan aku jugalah orang yang sebenarnya telah mendiami langitnya. Karena hal itu,
di posisi Farnese, dia hanya memliki pilihan untuk merasa tercekik.
“Bagaimanapub, karena
hal-hal akan berproses seperti itu, maka ingatlah itu. Jadi bahkan jika Putri
Kekaisaran tiba-tiba membawa ayahmu untuk mengguncangmu secara mental, jangan
khawatir. Malahan, senanglah karena 10 tahun dipersingkat menjadi tiga hari.
Balas dendamlah dan ambil nyawanya. Dan······.”
Dan.
Itu adalah saat dimana aku
hampir menambahkan beberapa kata.
“ Itu kata-kata yang bagus, Dantalian.
Balas dendamlah dan ambil nyawanya.”
AKu mendengar suara
familiar.
Kami berdua memutar kepala
kami di saat yang sama. Dari sudut kegelapan yang diselimuti oleh langit malam,
dengan hidupnya, langkah ringan mendekat dari arah itu. Pemilik suara dn jejak
kaki datang dari tempat yang disinari oleh obor yang berada di dekat penjara
dan berhenti.
Rambut putih bersih.
Pupil kuning yang seperti
singa.
“Oh ya, aku datang ke sini
karena aku ingin mengatakan kata-kata yang sama denganmu.”
Barbator tersenyum di sana.
Tik.
Arloji yang menyelam dalam
pakaianku bergerak.
▯Raja Rakyat Jelata, Peringkat 71, Dantalian
Kalender Kekaisaran: Tahun 1506, Bulan 4, Hari 7
Dataran Bruno, Tentara Aliansi Bulan Sabit, Penjara Sederhana
“Hai, Dantalian. Tuan
Jenius Ngaku Sendiri.”
Malam begitu tipis. Hujan
yang telah berhenti turun sejak sore masih menyisakan susuatu yang mengapung di
suatu tempat di udara. Meskipun cahaya obor membuat banyangan berkedip layaknya
uap, membuat sketsa yang Nampak kabur, bukannya berdiri di atas tanah, itu
tampak seolah-olah setangah kaki Barbator ditelan oleh lumpur hitam pekat.
“Iyaah. Kelihatannya hidup
di penjara itu cocok denganmu. Lihatlah warna wajahmu itu. Mukamu, yang selalu
lesu karena kelelahan, sudah mekar. Anak menggemaskan. Tidaklah membuang-buang
waktu untuk mengirimmu ke penjara.”
Meskipun samar dan ambigu,
saat-saat kehadiran barbatos yang memudar tidaklah terjadi. Suaranya, karena
suaranya berawan dengan tawa. Walaupun mudah bagi Barbatos untuk tertawa,
setiap tawa melekat dengan ketebalan yang dbangun dari dalam lubuk hatinya. Setiap
kali dia tertawa, rasanya seolah-olah aku bisa melihat sebuah sumurdengan dasar
tak terlihat.
“······.”
Aku tahu dia akan datang.
Pikiranku bahkan sudah
bersiap untuk itu.
Namun, ada satu hal. Jika
ada satu hal yang tidak ku prediksi, maka itu adalah fakta bahwa Barbatos tidak
datang sendirian. Barbatos datang dengan menggeret seseorang di rambutnya.
Hatiku langsung menjadi dingin. Aku penasaran apa dia telah merasakan
temperature dalam tatapanku. Barbatos terkikik.
“Ah. Dia? Aku tadi di jalan
mau ke sini saat aku tiba-tiba dapat sebuah ide. Ketika kau dan gadis ini
berselingkuh waktu itu, aku memberimu nasehat hubungan, kan? Oleh karena itu,
aku merasa kalian berdua tidak menghabiskan cukup waktu akhir-akhir ini.”
Lapis.
Lapis Lazuli. Cintaku.
Kekasihku, yang rambut
merah mudanya begitu indah dan mata birunya begitu cantik, dengan lemahnya
tergeletak disana dengan telanjang dan donodai dengan cambuk dan tanda bakar di
seluruh tubuhnya. Barbatos menopang kepala Lapis.
“Itu sebabnya aku
menggunakan keuntungan ini untuk berkenalan sedikit.”
“······.”
“Wow. Bajinga, lihat
wajahmu. Kau terlihat seperti akan berakhir membunuhku, lho? Hm? Benar, kau
sudah bermain-main denganku di medan tempur jadi bukankah seharusnya kau bisa
mengambil nyawaku.
Barbatos.
Kau benar-benar.
“Apa?”
Seringainya lebar-lebar.
“Apa ini pertamakalinya kau
melihat jalang?”
Aku menutup mulutku.
Pihak lawan memiliki
sandera. Sebuah sandera adalah alat yang bisa digunakan kapanpun pihak lawan
menganggapnya cocok. Oleh karena itu, itu adalah metode untuk memamerkan
kekuatannya di hadapanku. Dengan kata lain, itu adalah bom yang bisa meledak
kapanpun, harus dihadapi dengan cepat dan aku tidak boleh dengan cerobohnya
membuat jengkel individu yang mencoba untuk memamerkan kekuatan mereka. Karena
aku terus tidak menunjukkan respon apapun, Barbatos membuat suara ‘hmm’ panjang
dengan hidungnya.
“Bagus. Aku suka kau
bersifat baik. Pasti kau sudah sadar akan tempatmu. Yah, karena kau dan aku
berada dalam hubungan di mana kita sudah melihat apapun yang bisa dilihat, aku
tak akan memperlama ini. Minta maaf.”
“Minta maaf?”
“Minta maaf?”
“Yeah. Minta maaflah karena
sudah menganti orator sesuakamu, minta maaflah karena meminta pengadilan
militer sesukamu, dan diatas semua itu, minta maaflah karena memperlakukan
hidup tentaraku seperti mainan, seolah-olah medan termpur itu taman bermain, Dantalian.
Barbatos mengucapkan sebuah
‘ah’ dan menambahkan sesuatu.
“Oh benar. Aku tidak akan
mengizinkanku memberikan alasan. Sesuatu seperti, ‘itu bukan maksudku’, atau
omong kosong seperti itu. Kapanpun aku mendengar omong kosong, aku merasa
seolah pihak lain itu omong kosong juga, tapi di sisi lain, aku juga
mendapatkan perasaan bahwa mereka memperlakukanku seperti sampah. Mungin
sajaoerasaanku hancur, tapi tah, itu tidak benar. Sesuatu tidak cocok denganku
saat itu terjadi. Jika orang adalah orang, maka mereka sehasnya menunjukkan
rasa hormat sesame. Kedua sisi seharusnya tidak menjadi bajingan,kan?”
Barbatos melemparkan Lapis
ke depan. Apa dia tak sadarkan diri? Lapis tidak mengucapkan satu eranganpun
dan hanya jatuh ke lantai.
“Cara minta maafnya sederhana.
Pertama, ambil kepala gadis manusia di sana dengan tanganmu dendiri. Kedua,
potong tenggorokan si terbuang ini dengan tanganmu. Terakhir, aku akan
mengambil salah satu lenganmu. Bagaimana itu? Sederhana, kan? Permintaan maaf
memerlukan kemampuan signifikansi, ketulusan, dan kebaikan. Meskipun seseorang
selancang dirimu mungkin tidak mengerti ini, minta maaf sebenarnya itu sesuatu
seperti ini. Sulit, kan? Karena sulit, itu sebabnya kau seharusnya tidak
membuat kesalahan sejak awal.”
“······.”
“Empat ribu orang mati.”
Barbatos menginjak kepala
Lapis dengan kaki kanannya. Barbatos merupakan seseorang yang membanggakan
kekuatan besar di antara Demon Lord. Jika sesaat ini, dia meletakkan sidikit
lagi kekuatan pada kakinya, maka kepala Lapis kemungkinan besar hancur.
“Empat ribu orang, lho?
Empat ribu tentaraku sendiri mati karena kesenangan dan permainanmu dengan si
jalang itu. Apa ini tidak aneh di matamu?”
“Barbatos, semuanya mati di
dalam perang.”
“Yeah, tapi mereka tidak
mati seperti lelucon. Itu bagian pentingnya. Fakta bahwa sebuah alasan
dibutuhkan dalam kematian. Dengan pemikiran itu sendiri, orang-orang seperti
kami bisa pergi perang.”
Barbatos menarik belati
dari pakaiannya. Dia kemudaian menarik dan mengangkat kepala Lapis lagi dan
meletakkan bilahnya ke pipi Lapis. Itu adalah saat Lapis perlahan membuka
matanya.
Mata kami bertemu.
“······.”
“······.”
Meskipun kami tidak
mengucapkan sepatah katapun.
Lapis dan aku menyelesaikan
percakapan kami dalam sesaat.
Entah dia tahu atau tidak,
Barbatos melanjukat sikap sanguinis-humoris nya. Meski hanya sedirkir, sudut
bilah belati menembus kulit lapis. Darah merah yang tebentuk begitu jelas di
mataku.
“Aku tidak terlalu
mempercayaimu sejak awal, Dantalian. Kepercayaan sudah selalu kurang dalam
hubungan kita.”
“Mengecewakan mendengar
itu. Aku malah yakit bahwa kita bisa mnumpuk hubungan yang bagus. Meskipun aku
tidak berharap membuat perlindungan dengan sesuatu yang sudah berakhir, aku
pernah menyelamatkamu dan pasukanmu sebelumnya, kan?”
“Bahasa Habsburg.”
Senyum Barbatos.
“Aku sebenarnya tahu cara
berbicara bahasa manusia, bajingan.”
“······.”
“Ada sesuatu yang menusuk
kesadaranmu, kan?”
Aku segera mengingat tawa
tajam dalam kepalaku.
Oi, apa kau akan melihatnya?
Dantalian, apa yang mereka ocehkan?
Sebelum perang sudah
dimulai. Saat dimana Barbatos dan aku berada dalam barisan pegunungan yang
terbakar, setiap kali kami menghukum penduduk perladangan, Barbatos menyerahkan
menyerahkan terjemahan padaku. Itu karena Demon Lord angkuh tidak percaya bahwa
diperlukan untuk mempelajari bahasa manusa. Namun, apa bukan karena itu? Apa
dia tahu? Entah fakta dia sudah tahu, dia berpura-pura untuk tidak tahu dan
hanya menyaksikan bagaimana aku menafsirkan kata-kata mereka. Dia telah
mengujiku untuk melihat apakah aku bisa dipercaya, untuk melihat seberapa jauh
dia bisa mempercayaiku. Apa begitu······?
Pada saat itu, aku tidak
menafsikan kata-katanya seperti bagaimata yang telah dikatakan oleh para
penduduk perladangan. Aku memperlakukan rakyat jelata dengan simpati sepanjang
waktu. Namun, di mata Barbatos, pasti tampak seolah aku membelokkan informasi.
Seseorang yang tidak bisa dipercaya sepenuhnya. Aku tidak bisa membantah jika
aku dianggap begitu······. Namun, aku memiliki sesuatu untuk diprotes.
“Itu benar. Ada sesuatu
yang menusuk kesadaranku. Terus apa? Kau mau perang pecah. Jadi sesuai dengan
itu, aku memberimu perang. Kau menginginkan kemenangan. Jadi sesuai dengan itu,
aku memberimu kemenangan. Aku telah menghadiahkanmu dengan segala yang kau
inginkan sampai saat ini. Meski begitu, apa kau tidak mempecayaiku hanya karena
kesalahan terjemahan sepele begitu? Ada batasan untuk berpikiran sempit.”
“Hah, berhenti mengatakan
omong kosong, Tn. Dantalian. Mau itu perang atau kemenangan, itu adalah sesuau
yang kita berdua inginkan. Kenapa kau mencoba bertindak baik dengan mengatakan
kau memberikan sesuatu atau apalah? Apa kau mau melihat tanda sayatan indah di
leher jalang ini?”
Barbatos meletakkan belati
lebih dekat ke tenggorokan Lapis sambil berbicara sarkastik. Lapis menatapku
sambil benar-benar tak terganggu dengan itu.
Ah, Barbatos. Kau membuat
kesalahan fatal. Lapis bukanlah kelemahanku. Dia itu wanita hebat yang tidak
akan memaafkan dirinya jika dia direndahkan menjadi sesuatu seperti kelemahanku.
Lapis dan aku membuat satu sama lain semakin kuat. Aku masih bisa hidup itu
karena tatapan ta berubah-ubahnya.
“Kata-katamu benar,
Barbatos. Kau dan aku merindukan perang dan mengharapkan kemenangan. Karena
itu, kau seharusnya tidak membunuh pengikutku.”
“Aang?”
“Apa kau pura-pura tidak
tahu? Atau kau benar-benar tidak tahu? Karena kau sudah mengalami pertempuran
hari ini, kau harusnya sadar sekarang.”
Aku berbicara dengan
tenang. Kuletakkan kebenaran yang Barbatos tidak pernah harapkan untuk
mendengarnya dari bibirku. Aku dengan senang hati menyuarakan kenyataan yang
Ratu Perak tidak ingin hadapi.
“Jenderalku dan Putri
Kekaisaran lebih cakap dibanding dirimu.”
Klik.
Tubuh Barbatos membeku
sesaat.
Aku bisa merasakan bahwa
nafasnya telah membeku. Sebuah keheningan jatuh di sekitar kami sepenuhnya. Uap
yang terbentuk di jeruji besi penjaraku berkumpul menjadi sebuah tetes air dan
mengalir turun. Babatos diam, sehingga Laura, Lapis, dan aku menahan angina
dingin dalam diam. Karena tidak ada tanggapan untuk waktu yang lama, akulah
orang pertama yang membuka mulut.
“Kau sudah disudutkan
sampai ke titik hampir menghadapi kekalahan di tangan Putri Kekaisaran.
Meskipun kau mengklaim itu karena kekalahan yang disebabkan karena kehancuran
Yang Mulia Marbas, jika kau lebih cakap dibanding Putri Kekaisaran, maka kau
seharusnya tidak dipaksa masuk ke dalam posisi defensive semacam itu. Diriku
dan jenderalku. Jika Farnese tidak datang untuk menyelamatkanmu, maka sampai
titik ini, Aliansi Bulan Sabit akan kehilangan daratan terakhirnya oleh manusia.”
“······.”
“Lagipula, kau tak mampu
memprediksi serangan kejutan Putri Kekaisaran hari ini. Jka kau tahu berbahasa
Habsburg, maka itu akan menjadikannya blunder mahal. Mengapa tentara kekaisaran
Habsburg tidak bisa dilihat meskipun tentara dari setiap negara lainnya
berkumbul, kau seharusnya mampu menyadari ancaman yang mendekat di dalam hujan
lebat. Walau kau memiliki keuntungan seperti itu, kau tidak mampu menyadarinya.
Maafkan aku, Barbatos.
Tapi kalian para Demon Lord
membutuhkan semacam shock therapy.
Jika waktu terus mengalir seperti ini, maka kalian tak akan mampu memprediksi
kebenaran bahwa seseluruh ras iblis akan dimusnahkan oleh para manusia. Kalian
semua terlalu percaya diri akan kemampuan kalian. Peranku adalah untuk
menghancurkan keangkuhan kalian. Oleh karena itu, aku mengatakan ini padanya.
“Itu benar, kau bilang
empat ribu tentara mati? Itu sangat disayangkan. Aku turut berbelasungkawa.
Namun, itu bukan kesalahan Farnese, iu bukan kesalahanku, dan itu bukanlah
kesalahan Putri Kekaisaran. Semua yang kita lakukan susuai dengan posisi kita
masing-masing. Barbatos, fakta kau kehilangan empat ribu tentara hari
ini······.”
“······.”
“Adalah hanya kau tidak
secakap kami.”
Mekipun itu sangat
disesalakan.
Barbatos, meskipun itu
dirimu, individu dan paling bersinal seperti lapangan bersalju saat malam
gelap, tidaklah lebih cakap dari seseorang. Kau mungkin mampu memainkan peran
pembantu di panggung, namun kau tidak bisa memainkan peran pemimpin. Itulah
batasanmu.
Bahkan kau sendiri
samar-samar sudah merasakannya. Fakta bahwa personel militermu menghadapi
kematian karena kau tidak mampu menyadari pergerakan pasukan musuh. Fakta bahwa
hidup orang-orangmu dipikul di bahumu dan kau tidak mampu memberikan tanggung
jawab tersebut pada orang lain. Kau telah menjadi murka karena kau membenci dan
menyesali dirimu sendiri.
Aah, Barbatos. Demon Lord
yang tertawa tanpa kenal ampun. Demon Lord agung yang memanggil dirinya sendiri
sebagai penguasa mutlak, tuan diantara para penasihat 72 yang memimpin seluruh
ras iblis. Kau tidak mampu mengatur era
ini sendirian. Kau ditulis akan melewati musim kejam untuk sepuluh tahun
kedepan. Terlebih, individu-individu yang ditakdirkan menjadi actor pemimpin
telah ditetapkan. Elizabeth von Habsburg, Laura De Farnese, dan sang pahlawan
yang suatu hari akan tiba······. Mereka akan ditulis dalam puisi epic tentang
benua yang berkumpul dalam satu pasukan, dank au akan menjadi sebuah lagu, yang
telah berhenti dan menemui akhir, dan menghilang saat itu juga.
Namun.
“Biarkan aku hidup.”
Aku di sini.
“Akan kuberikan kau perang.
Akan kuberikan kau kemenangan. Akan kuhadiahkan kau masa depan tanpa kekalahan.
Akan kutunjukkan lading hangan ras kita. Aku tidak penuli apakah kau mengambil
seluruh kepemilikan eksklusif akan kemenangan dan kehormatan, Barbatos. Kau
akan bisa mengambil setiap gigit sesuatu seperti kebanggaan dan kemasyhuran.
Aku hanya menginginkan satu hal sederhana.”
Sederhana.
Oleh karena itu.
“Ampuni diriku dan pengikutku.”
Ada keheningan.
Barbatos membuka mulutnya.
Dengan bibir yang tak lagi berisiskan humor.
“Kata-kata itu.”
“······.”
“Bisakah kau
mempertanggungjawabkannya?”
Aku mengangguk.
Ayo kita bekerja sama, meskipun
kau memiliki kesempatan, jika kita berpegangan tangan maka kita bisa mengatasi
segalanya aku menolak kata-kata
manis semacam ini. Di sisi lain dataran ini, ada Putri Kekaisaran yang akan
membawakan mimpi buruk paling mengerikan dalam sejarah. Jika aku akan
melawannya, maka aku tidak memiliki pilihan lain selain menjadi mimpi buruk
juga.
Dan aku tidak mencari mimpi
buruk untuk menjadi menjijikkan atau melihatnya sebagai tugas sulit, itu
hanyalah kesempatan menggembirakan untukku. Betapa beruntugnya bahwa aku akan
menjadi orang yang memainkan peran itu?! Kau seharusnya sangat senang,
Barbatos. Meskipun kau tampak menyesal karena 4,000 tentara telah tewas, aku
bisa terus tertawa seperti ini meskipun aku mempunuh 4 juta orang. Menyambut
fakta bahwa diriku merupakan bajingan yang jujur. Akan kutuntun dirimu. Aku
akan bertanggung jawab.
“Empat ratus tahun.”
Kataku.
“Tidak kurang dari empat
ratus tahun, ekspedisi Aliansi Bulan Sabit terus mencapai kegagalan. Alasan
dibalik itu bukan karena kau lemah. Malahan, sebaliknya. Kalian semua agak
terlalu kuat.”
“······Apa yang kau
bicarakan?”
“Lihat. Meskipun kita
adalah Aliansi Bulan Sabit, paling banyak, hanya setengah Demon Lord yang hidup
di benua iblis berpartisipasi. Peringkat 1 sampai Peringkat 4 bahkan tidak
ambil bagian dalam ekspedisi. Hanya individu-individu diantara Demon Lord
peringkat tertinggi yang mengajak peperangan adalah kau, Paimon, dan Yang Mulia
Marbas. Selain itu, kita hanyalah seratus ribu tentara.”
Meskpun sebuah negara
saling menggoreskan apa saja yang dibisa personel militer mereka, akan sulit
bagi mereka untuk melebihi kekuatan militer sebesar 40,000. Para Tentara Salib,
sebuah kekuatan yang diciptakan oleh setiap negara yang telah bersatu dan
menekankankan segala kekuatan militer yang merekabisa, tidak lebih dari seatus
ribu tentara. Tenta saja, itu kemungkinan besar bukan kekuatan maksimum mereka.
Namun jika kau mempertimbangkan fakta bahwa rata-rata para iblis lebih kuat
dibanding manusia, maka istilah kekuatan militer, jarak antara Aliansi Bulan
Sabit dan Tentara Salib semakin jauh.
“Akan kukatakan ini dengan
jujur. Di seluruh benua iblis, para Demon Lord yang sungguh-sungguh menginginka
kemenangan berpartisipasi dalam perang ini. Bagi para Demon Lord Lain, tanah
yang dimiliki orang para manusia tidaklah lebih dari sarang serangga yang bisa
mereka hancurkan jika mereka ingin.”
“······.”
“Jikapun ada, hal yang
mereka takuti adalah kalian.”
“······Demon Lord takut
Demon Lord lainnya?”
Itu benar.
Aku tidak bernah berpikir
itu menyusahkan.
Menjadi raja adalah puncak
kekuasaan yang memiliki peran untuk memandu orang-orang. Namun, ada 72 orang
yang berdiri di pincuk ini di dalam benua iblis. Aku tidak mencela benua iblis
yang menjadi sama dengan negara suku tanpa alasan jelas.
Satu-satunya alasan mengapa
masyarakat idiot ini masih bertahan adalah karena musuh yang sama, dengan kata
lain, karena manusia masih bertahan. Apa yang akan terjadi jika manusia
menghilang? Seperti yang diharapkan Barbatos, apa yang akan terjadi setelah
kami benar-benar memusnahkan keseluruhan benua manusia?
“Itu sederhana, Barbatos.
Setelah menghancurkan seluruh manisa, para Demon Lord akan, tanpa diragukan
lagi, memulai sebuah perang sipil untuk membedakan diapa yang memiliki
kekuasaan diantara mereka.”
Barbatos mengerutkan
alisnya. Memang, dia adalah wanita yang telah mengabdikan hidupnya untuk
menaklukan benua. Dia masih belum mempertimbangkan perasaan dan posisi para
Demon Lord sampah lainnya yang tidak tertarik pada sesuatu seperti kesetaraan
dan hanya membalikkan perhatian mereka pada keamanan mereka sendiri.
“Saat hari iru riba, kau
pikir Demon Lord mana yang akan memiliki keuntunga? Peringkat 1 Baal? Peringkat
2 Agares? Peringkat 3 atau mungkit Peringkat 4? Tidak. Bukan itu. Seberapa
kuatnya seorang individu tersebut, mereka tidak akan bertahan dari serangan
sebuah kelompok. Kelompok yang paling mereka takuti.”
Aku terkikik.
“adalah kalian.”
“······.”
“Barbatos. Paimon. Komandan
pasukan seperti kalian yang menggunakan Demon Lord lain sebagai kekuatan
militer kalian. Demon Lord diantara Demon Lord. Pada saat anarki tak terelakkan
yang akan terjadi setelah pemusnahan ras manusia, mereka tidak memiliki pilihan
lain selain takut pada orang-orang seperti kalian, yang bergerak sebagai
kelompok.”
Memang, ini adalah
kebenaran dengan bukti itu sendiri.
Karena mereka tahu bahwa
akan menjadi giliran mereka begitu umat manusia jatuh dalam kehancuran.
Aku yakin bahwa Demon Lord,
yang tidak berpartisipasi dalam ekspediai Aliansi Bulan Sabit ini, mati-matian
berencana untuk membuat perang gagal.
Fakta bahwa Aliansi Bulan
Sabit mengalami kegagalan setelah kegagalan selama 400 tahun bukan cuma sebuah
kebetulan belaka. Paling besar, Paimon hanya mencoba menghentikanku, dia tidak
pernah mencoba menghancurkan Aliansi Bulan Sabit. Orang-orang ynag lebih jahat
dan busuk daripada Paimon, bersembunyi
di belakang benua iblis.
“Para penghianat. Kita
diluapi oleh penghianat. Kau mendakwaku karena telah melakukan penghianan ras.
Namun, sesuatu setigkatku itu sebenarnya biasa saja. Tingkat yang teramat biasa
saja. Meskipun aku mempermainkanmu hanya dalam waktu 20 menit saat pidato, para
Demon Lord itu mempermainkan ras mereka sendiri selama 400 tahun.”
“······.”
“Apa kau mengerti mengapa
kau harus membuatku tetap hidup?”
Musuh kita mengelilingi
kita.
Di depan, sang pahlawan
unik yang dikenal sebagai Putri Kekaisaran Elizabeth.
Di belakang, para Demon
Lord kuat mulai dari Peingkat 1 hingga Peringkat 4.
Mereka menekan, mengancam,
dan mengintimidasi kita dari dua arah sampai kita akhirnya menghadapi
kehancuran bersama.
Aku mengulurkan tanganku
melewati jeruji besi.
“Kita tidak punya waktu
untuk saling bertengkar. Terimalah tanganku. Ayo kita ambil kepala para
penghianat, dan jika kita memiliki waktu luang, maka ayo kita tenggelamkan
kapal Putri Kekaisaran juga. Begitu kita selesai melakukan semua itu, kita akan
mendirikan masyarakat yang kita kuasai.”
Meskipun dikunci di
belakang jeruji ini, orang yang harus datang padaku telah datang. Sejak awal,
orang yang telah dikirimkan secara konstan berada di sisi itu. Karena tidak
perlu bagiku untuk pergi kemana-mana, aku bebas.
Aku di sini di dalam
penjara ini.
Dungeon Defense Bahasa Indonesia - Jilid 4 Bab 3 (Bag. 1)
4/
5
Oleh
Yuuki van Core