Bab 02 – Kasus Pembunuhan si Paman Tutorial
Sewaktu cahaya putih itu lenyap, aku
berada di plaza air mancur [Kota Pertama], di mana bangunan kayu dan batu gaya
Eropa Timur berjejer.
"Banyak sekali…."
Tempatnya dipenuhi orang-orang,
kemungkinan ada pemain lainnya juga karena mengenakan perlengkapan awal
sepertiku. Orang yang tak terbiasa dengan situasi ini mungkin akan merasa
kurang sehat. Bukankah jumlah orang-orang di tempat ini saja sudah sampai tiga
digit?
"Yah, yang jelas—"
—Mulai dari sini, mari beralih
sebagai ‘Reina’ ketimbang ‘Ichijou Reina’.
*
Nah, kalau dilihat-lihat, ada banyak
tempat yang dipenuhi orang-orang. Di pusat [Kota Pertama] ada seorang NPC yang
dipanggil ‘Paman Tutorial’ dan ‘Abang Kita’, yang mengenakan pakaian mirip
prajurit dari negeri tertentu.
Di gim ini, para NPC yang pernah
muncul dalam versi beta tak berbeda jauh dengan orang sungguhan dalam perilaku
dan cara bicara mereka, termasuk NPC pertama yang akan ditemui para pemain
karena mirip manusia dan sifatnya yang ramah, sehingga membuatnya populer di
kalangan para pemain.
Saat versi beta, ada pemain yang
mencoba curhat serius soal cara mencegah perceraiannya, si NPC pun menjawab
segalanya dengan serius, sehingga ia pun menjadi orang yang disegani (?).
Sesuai namanya "Paman Tutorial", dia memberi tahu para pemain cara
bertarung dengan monster, menggunakan skill
dan sihir, serta berbagai hal lainnya untuk quest
pertama. Bisa dibilang, para pemain ada baiknya menemui NPC ini terlebih
dahulu.
"Banyak sekali…"
Pas aku sudah merasa bosan
melihat-lihat, aku mencoba mendekati si Paman Tutorial, tetapi ada banyak
sekali orang yang menghalangi… yah, dari sini juga lumayan, sih.
"Eng."
"Hmm? Aah, kamu juga orang
pindahan, ya?"
"Eng, iya."
Akhirnya bisa bicara dengannya…
pemainnya kebanyakan… yah, aku sudah terbiasa bergerak dalam kerumunan ini.
Jadi, tidak masalah. Omong-omong, NPC menyebut para pemain sebagai orang
pindahan.
"Apa ada yang ingin kamu
tanyakan juga?"
"Ya, aku baru saja datang dan
ada banyak hal yang belum kupahami."
"Kalau begitu, quest yang satu ini—"
"—Makanya, aku pengin kamu
mati."
Kugunkan belati perlengkapan awal
yang kupunya ‘tuk memenggal kepala si Paman Tutorial.
*
"Heh?"
Siapa yang bilang begitu? Kini, di
plaza air mancur waktu seakan terhenti, entah itu pemain atau NPC mulutnya
menganga. Mungkin orang-orang di belakangku saja yang tak melihatnya.
"… Bagus."
Belatinya mengeluarkan efek merah
kehitaman sewaktu kumemenggal si paman, yang mana menandakan skill [Surprise Attack] telah
diaktifkan. Sesuai namanya, itu adalah serangan kejutan ketimbang pembunuhan,
dan akan aktif sekali pun kamu menyerang tiba-tiba dari depan, berguna sekali.
Lalu, darah pun menyembur macam air
mancur dari tubuh yang terpenggal, mungkin karena aku mengatur gambarannya
menjadi seperti dunia nyata. Apa ada pemain lainnya juga yang melihatnya
sepertiku?
==================================================
<<
Level meningkat >>
<<
Anda memperoleh SP >>
[
Nilai Karma menurun]
<<
Level skill [Surprise Attack] meningkat >>
[Memperoleh
Gelar: Giant Killing]
[Memperoleh
Gelar: The First Killer]
[Memperoleh
Gelar: Daredevil]
=================================================
Oh? Entah kenapa, ada banyak
pemberitahuan yang kudapatkan? Yah, wajar juga sih, karena aku masih level 1
dan baru saja membunuh seorang prajurit negara. Buat sisanya… akan kuperiksa
nanti saja. Malahan, aku tak boleh sampai menyia-nyiakan kesempatan ini mumpung
kebanyakan pemain berada di sini.
"——Fuh!"
Sambil mengingat kembali apa yang
barusan terjadi, kupenggal kepala dua pemain yang mengobrol dengan si Paman
Tutorial tadi dalam sekali gerakan. Karena pengaturan dasarnya sesuai dunia
nyata, mereka tak berubah menjadi butiran-butiran cahaya dan lenyap, tetapi
malah terjatuh selagi menyemburkan darah dan terbakar. Selagi berpikiran begitu
dalam ujung benakku, aku lekas masuk ke dalam kerumunan, memenggal semua orang,
menusuk jantung mereka, dan menikam tenggorokan mereka ibarat pembunuh
sembarang.
"A-Apa?!"
"Si abang…!!"
"GYAAAAAAAA!!!"
"Ada apa? Apa yang
terjadi?!"
"Mana kutahu!"
"Si-Siapa saja! TOLONGLAH!!"
Sewaktu mereka akhirnya tersadar,
semuanya sudah terlambat. Aku menendang kaki si target dan menikamnya dari
depan… lalu menusuk tenggorokkannya sebelum memotongnya di udara. Lalu,
kusambar mayat-mayat yang masih tersisa dan melemparkannya sebagai pelindung
selagi memburu leher pemain lainnya. Selagi pembunuhan pemain ini terus
berlanjut, kekacauan semakin menyerak.
"Ah! Gadis itu!"
"Si bangke!"
"BUNUH DIA!!"
"Tangkap dia!"
Perlahan, beberapa pemain yang
kebingungan mulai rada menanggapi, apa mereka pemain dari versi beta? Yah, aku
tetap akan membunuh semuanya. Lagian, pemain yang sudah kubunuh totalnya sudah
dua digitan.
"Kalian semua, tenanglah! Buat
ruang dahulu!"
"Kepung dia!"
Para Pemain yang tenang mencoba
menenangkan yang lainnya dan mengendalikan keadaan di sekitar ibarat
menyiramkan air pada batu panas. Kalau begitu, aku hanya akan memutar balik dan
menerjang.
"!! Si bangke itu mal——!"
Sebelum dia sempat menyadarinya, aku
sudah mencopot kepalanya, tetapi jadinya aku harus dikepung oleh dua kelompok.
"Bangsat sia! Punya nyali juga bunuh
si Abang!"
"Bukannya perbuatanmu ini sudah
rada kelewatan?"
"Sekarang ini kau sudah
dikepung oleh 11 orangan. Sudah, mending menyerah dan mati saja."
Ada tiga orang swordsmen di bagian garda depan dengan satu pengguna tombak dan
sisanya pengguna kapak, sedangkan dibarisan belakang ada empat orang yang terlihat
seperti mage dan archer… kalau aku tak segera pergi dari sini, mereka akan fokus
menembakiku, tetapi kalau pun aku menerjang, garda depan mereka akan
menggebukiku dengan intens, dan paling parahnya, kalau aku berlama-lama di
sini, pemain lainnya akan segera ikut membantu. Jadi, satu-satunya pilihan yang
bisa kulakukan sekarang ini adalah….
"Begitu, ya. Cuma bisa
kabur."
"Ah! Tunggu, bangsat!"
Aku bukan bangsat, tetapi wajar bila
mereka mengataiku begitu karena nyatanya, aku masih berlari melewati plaza air
mancur dan membunuh beberapa NPC yang menjalankan stan dan pemain yang masih
kekalutan.
"Cih! Gadis itu kagak ada
jeranya!"
Uwah, pas aku menengok ke belakang
sebentar, tampang si mbak barisan belakang terlihat mengerikan, amit-amit, dah.
"Kau—!!"
Si archer menembakkan panahnya, dan
kusambar saja seorang NPC anak kecil terdekat ‘tuk dijadikan tameng.
"—Ini manusia apa?"
Apa aku manusia? Bagiku mungkin
bukan. Yah, kurasa aku ini orang jahat. Yang jelas, aku melemparkan anak kecil
itu ke belakangku.
"Bahaya, oy!"
"Cih! Kalau tak segera disembuhkan,
anak itu bakalan mati!"
Salah satu swordsmen menangkap anak itu dengan mantap—tetapi pas
penglihatannya terhalang sesaat karena menangkap anak itu, kutikam jantung dia
sekalian dengan si anak kecilnya dengan belatiku. Lalu, kupenggal si gadis priest yang terlihat akan membantu anak
itu. Anak kecil yang masih menyangkut padaku hanya mengganggu saja. Jadi,
mending tinggalkan saja di sini.
"Ryne! Cherry!"
Begitu, jadi mereka Ryne dan Cherry.
Tetapi, aku juga enggak peduli amat, sih… aku pun beralih ke belakang si
pengguna tombak yang berteriak dan memalingkan muka dariku. Kutendang bagian
belakang lututnya, lalu kuputarkan lehernya. Aku memastikan semua HP-nya habis
dengan diiringi suara 'Pagya'.
Mungkin karena aku mengaturnya
sesuai dunia nyata, matanya menjadi putih dan mulutnya berbusa. Kubiarkan saja
dia begitu, lalu kutendang perutnya, merampas tombaknya dan melemparkannya ke
barisan belakang.
Pas kumencoba menerjang swordsmen kedua yang buru-buru menghalau
tombak itu, aku melihat kapak besar melayang di depan mataku. Aku menghindarinya
dengan berjungkir balik, dan melemparkan belati yang ada di tanganku pada si
pengguna kapak yang mengenai kepalanya dengan cantik.
Mantap jiwa.
"Tinggal dua swordsmen garda depan, tiga mage dan dua archer, ya…"
Para penjaga NPC dan pemain lainnya
lambat-laun bakal tak kekalutan lagi. Tak ada banyak waktu lagi…
"Mari akhiri di sini
saja…"
"Cih!"
"Barisan belakang, berkumpul!
Kita tidak punya cukup bantuan di sini!"
Aku menerjang ke barisan belakang
lagi dan mengabaikan kedua pemain garda depan. Sewaktu dua swordsmen yang kebingungan lekas kembali ke barisan belakang supaya
bisa melindungi mereka dengan mudah—aku putar balik lagi karena tak perlu
meladeni mereka hingga akhir.
""Ah!""
Aku kabur dan buru-buru keluar kota
sambil menusuk dan memenggal beberapa NPC seperti biasanya. Karena aku tak tahu
betul gang belakang dan tak bisa lolos ke dalam kerumunan di sana, aku berlari
melalui jalan utama dan menyeret NPC dan para pemain yang belum tahu apa-apa ke
dalam kekacauan.
Kutarik stan-stan yang muatannya
penuh dan melemparkan senjata yang kuambil selagi melewatinya. Para pemain yang
tak beruntung, terkena ke kepalanya dan mati seketika.
Mereka sesekali menyusulku, tetapi
aku berhenti dan lompat ke belakang, lalu melakukan lemparan bahu dari punggung
mereka tiap kalinya. Pada kesempatan tersebut, aku meminjam senjata mereka dan
melemparkannya ke belakang, lalu menikam pemain lainnya dan membunuh mereka.
Aku juga mencuri beberapa barang dari stan dan lanjut kabur.
Kalau ada waktu, aku akan fokus pada
penjual barang-barang penting semacam potions,
yang jumlah permintaannya akan meningkat serta orang-orang nantinya pun akan
menggunakannya. Sambil merenungkannya, sebentar lagi aku akan segera keluar
kota.
"Oi, berhenti kau!"
Penjaga gerbang menyuruhku berhenti
pas gerbangnya baru saja terlihat, tetapi aku mengabaikannya dan melompati
kepalanya. Melarikan diri dari [Kota Pertama] berhasil.
==================================================
<<
Level meningkat >>
<<
Anda memperoleh SP >>
[Nilai
Karma menurun drastis]
<<
Memperoleh Skill: [Thief] >>
<<
Memperoleh Skill: [Jump] >>
<<
Memperoleh Skill: [Evasion] >>
<<
Memperoleh Skill: [Martial Art] >>
<<
Memperoleh Skill: [Assassination Art] >>
<<
Memperoleh Skill: [Fatal Blow] >>
<<
Memperoleh Skill: [Feint] >>
<<
Level Skill [Dagger Art] meningkat >>
<<
Level skill [Surprise Attack] meningkat >>
<<
Level Skill [Acrobatics] meningkat >>
<<
Level Skill [Throwing] meningkat >>
<<
Level Skill [Walking] meningkat >>
[Memperoleh
Gelar: Slaughterer]
[Memperoleh
Gelar: Demon]
[Memperoleh
Gelar: Thief]
[Memperoleh
Gelar: Criminal]
==================================================
Ooohh?! Entah kenapa, banyak sekali
yang muncul…
Akankah mereka menyerah mengejarku
karena daerah sini adalah zona bertarung? Yah, mereka pasti akan tetap
mengejarku. Jadi, buat saat ini mending lari ke hutan selatan yang ada di
hadapanku saja.
"Tunggu!"
"Oi, apa ini event?"
"Bukannya kecepetan buat ada event? Sekarang ini baru hari kedua,
‘kan?"
"Buat sekarang, kurasa mending
tangkap saja gadis itu dulu, deh?"
Kelihatannya beberapa pemain yang
tak tahu menahu soal keadaannya secara jelas juga ikut andil dalam pengejaran
ini, sekali pun aku takkan pernah ketangkap.
"Nah, sekarang…"
Aku sudah sampai di Hutan Selatan
dan pergi lebih dalam lagi. Lalu, aku pun sembunyi di bawah pepohonan—
—memotong tenggorokanku dan bunuh
diri.
Genocide Online Bahasa Indonesia Bab 02
4/
5
Oleh
Lumia
1 komentar:
wow.. mc nya masokis level akut.
Reply