Tuesday, May 28, 2019

Genocide Online Bahasa Indonesia Bab 02



Bab 02 – Kasus Pembunuhan si Paman Tutorial


            Sewaktu cahaya putih itu lenyap, aku berada di plaza air mancur [Kota Pertama], di mana bangunan kayu dan batu gaya Eropa Timur berjejer.

            "Banyak sekali…."

            Tempatnya dipenuhi orang-orang, kemungkinan ada pemain lainnya juga karena mengenakan perlengkapan awal sepertiku. Orang yang tak terbiasa dengan situasi ini mungkin akan merasa kurang sehat. Bukankah jumlah orang-orang di tempat ini saja sudah sampai tiga digit?

            "Yah, yang jelas—"

            —Mulai dari sini, mari beralih sebagai ‘Reina’ ketimbang ‘Ichijou Reina’.

*

            Nah, kalau dilihat-lihat, ada banyak tempat yang dipenuhi orang-orang. Di pusat [Kota Pertama] ada seorang NPC yang dipanggil ‘Paman Tutorial’ dan ‘Abang Kita’, yang mengenakan pakaian mirip prajurit dari negeri tertentu.

            Di gim ini, para NPC yang pernah muncul dalam versi beta tak berbeda jauh dengan orang sungguhan dalam perilaku dan cara bicara mereka, termasuk NPC pertama yang akan ditemui para pemain karena mirip manusia dan sifatnya yang ramah, sehingga membuatnya populer di kalangan para pemain.

            Saat versi beta, ada pemain yang mencoba curhat serius soal cara mencegah perceraiannya, si NPC pun menjawab segalanya dengan serius, sehingga ia pun menjadi orang yang disegani (?). Sesuai namanya "Paman Tutorial", dia memberi tahu para pemain cara bertarung dengan monster, menggunakan skill dan sihir, serta berbagai hal lainnya untuk quest pertama. Bisa dibilang, para pemain ada baiknya menemui NPC ini terlebih dahulu.

            "Banyak sekali…"

            Pas aku sudah merasa bosan melihat-lihat, aku mencoba mendekati si Paman Tutorial, tetapi ada banyak sekali orang yang menghalangi… yah, dari sini juga lumayan, sih.

            "Eng."

            "Hmm? Aah, kamu juga orang pindahan, ya?"

            "Eng, iya."

            Akhirnya bisa bicara dengannya… pemainnya kebanyakan… yah, aku sudah terbiasa bergerak dalam kerumunan ini. Jadi, tidak masalah. Omong-omong, NPC menyebut para pemain sebagai orang pindahan.

            "Apa ada yang ingin kamu tanyakan juga?"

            "Ya, aku baru saja datang dan ada banyak hal yang belum kupahami."

            "Kalau begitu, quest yang satu ini—"

            "—Makanya, aku pengin kamu mati."






            Kugunkan belati perlengkapan awal yang kupunya ‘tuk memenggal kepala si Paman Tutorial.

*

            "Heh?"

            Siapa yang bilang begitu? Kini, di plaza air mancur waktu seakan terhenti, entah itu pemain atau NPC mulutnya menganga. Mungkin orang-orang di belakangku saja yang tak melihatnya.

            "… Bagus."

            Belatinya mengeluarkan efek merah kehitaman sewaktu kumemenggal si paman, yang mana menandakan skill [Surprise Attack] telah diaktifkan. Sesuai namanya, itu adalah serangan kejutan ketimbang pembunuhan, dan akan aktif sekali pun kamu menyerang tiba-tiba dari depan, berguna sekali.

            Lalu, darah pun menyembur macam air mancur dari tubuh yang terpenggal, mungkin karena aku mengatur gambarannya menjadi seperti dunia nyata. Apa ada pemain lainnya juga yang melihatnya sepertiku?

==================================================

<< Level meningkat >>

<< Anda memperoleh SP >>

[ Nilai Karma menurun]

<< Level skill [Surprise Attack] meningkat >>

[Memperoleh Gelar: Giant Killing]

[Memperoleh Gelar: The First Killer]

[Memperoleh Gelar: Daredevil]

=================================================

            Oh? Entah kenapa, ada banyak pemberitahuan yang kudapatkan? Yah, wajar juga sih, karena aku masih level 1 dan baru saja membunuh seorang prajurit negara. Buat sisanya… akan kuperiksa nanti saja. Malahan, aku tak boleh sampai menyia-nyiakan kesempatan ini mumpung kebanyakan pemain berada di sini.

            "——Fuh!"

            Sambil mengingat kembali apa yang barusan terjadi, kupenggal kepala dua pemain yang mengobrol dengan si Paman Tutorial tadi dalam sekali gerakan. Karena pengaturan dasarnya sesuai dunia nyata, mereka tak berubah menjadi butiran-butiran cahaya dan lenyap, tetapi malah terjatuh selagi menyemburkan darah dan terbakar. Selagi berpikiran begitu dalam ujung benakku, aku lekas masuk ke dalam kerumunan, memenggal semua orang, menusuk jantung mereka, dan menikam tenggorokan mereka ibarat pembunuh sembarang.

            "A-Apa?!"

            "Si abang…!!"

            "GYAAAAAAAA!!!"

            "Ada apa? Apa yang terjadi?!"

            "Mana kutahu!"

            "Si-Siapa saja! TOLONGLAH!!"

            Sewaktu mereka akhirnya tersadar, semuanya sudah terlambat. Aku menendang kaki si target dan menikamnya dari depan… lalu menusuk tenggorokkannya sebelum memotongnya di udara. Lalu, kusambar mayat-mayat yang masih tersisa dan melemparkannya sebagai pelindung selagi memburu leher pemain lainnya. Selagi pembunuhan pemain ini terus berlanjut, kekacauan semakin menyerak.

            "Ah! Gadis itu!"

            "Si bangke!"

            "BUNUH DIA!!"

            "Tangkap dia!"

            Perlahan, beberapa pemain yang kebingungan mulai rada menanggapi, apa mereka pemain dari versi beta? Yah, aku tetap akan membunuh semuanya. Lagian, pemain yang sudah kubunuh totalnya sudah dua digitan.

            "Kalian semua, tenanglah! Buat ruang dahulu!"

            "Kepung dia!"

            Para Pemain yang tenang mencoba menenangkan yang lainnya dan mengendalikan keadaan di sekitar ibarat menyiramkan air pada batu panas. Kalau begitu, aku hanya akan memutar balik dan menerjang.

            "!! Si bangke itu mal——!"

            Sebelum dia sempat menyadarinya, aku sudah mencopot kepalanya, tetapi jadinya aku harus dikepung oleh dua kelompok.

            "Bangsat sia! Punya nyali juga bunuh si Abang!"

            "Bukannya perbuatanmu ini sudah rada kelewatan?"

            "Sekarang ini kau sudah dikepung oleh 11 orangan. Sudah, mending menyerah dan mati saja."

            Ada tiga orang swordsmen di bagian garda depan dengan satu pengguna tombak dan sisanya pengguna kapak, sedangkan dibarisan belakang ada empat orang yang terlihat seperti mage dan archer… kalau aku tak segera pergi dari sini, mereka akan fokus menembakiku, tetapi kalau pun aku menerjang, garda depan mereka akan menggebukiku dengan intens, dan paling parahnya, kalau aku berlama-lama di sini, pemain lainnya akan segera ikut membantu. Jadi, satu-satunya pilihan yang bisa kulakukan sekarang ini adalah….

            "Begitu, ya. Cuma bisa kabur."

            "Ah! Tunggu, bangsat!"

            Aku bukan bangsat, tetapi wajar bila mereka mengataiku begitu karena nyatanya, aku masih berlari melewati plaza air mancur dan membunuh beberapa NPC yang menjalankan stan dan pemain yang masih kekalutan.

            "Cih! Gadis itu kagak ada jeranya!"

            Uwah, pas aku menengok ke belakang sebentar, tampang si mbak barisan belakang terlihat mengerikan, amit-amit, dah.

            "Kau—!!"

            Si archer menembakkan panahnya, dan kusambar saja seorang NPC anak kecil terdekat ‘tuk dijadikan tameng.

            "—Ini manusia apa?"

            Apa aku manusia? Bagiku mungkin bukan. Yah, kurasa aku ini orang jahat. Yang jelas, aku melemparkan anak kecil itu ke belakangku.

            "Bahaya, oy!"

            "Cih! Kalau tak segera disembuhkan, anak itu bakalan mati!"

            Salah satu swordsmen menangkap anak itu dengan mantap—tetapi pas penglihatannya terhalang sesaat karena menangkap anak itu, kutikam jantung dia sekalian dengan si anak kecilnya dengan belatiku. Lalu, kupenggal si gadis priest yang terlihat akan membantu anak itu. Anak kecil yang masih menyangkut padaku hanya mengganggu saja. Jadi, mending tinggalkan saja di sini.

            "Ryne! Cherry!"

            Begitu, jadi mereka Ryne dan Cherry. Tetapi, aku juga enggak peduli amat, sih… aku pun beralih ke belakang si pengguna tombak yang berteriak dan memalingkan muka dariku. Kutendang bagian belakang lututnya, lalu kuputarkan lehernya. Aku memastikan semua HP-nya habis dengan diiringi suara 'Pagya'.

            Mungkin karena aku mengaturnya sesuai dunia nyata, matanya menjadi putih dan mulutnya berbusa. Kubiarkan saja dia begitu, lalu kutendang perutnya, merampas tombaknya dan melemparkannya ke barisan belakang.

            Pas kumencoba menerjang swordsmen kedua yang buru-buru menghalau tombak itu, aku melihat kapak besar melayang di depan mataku. Aku menghindarinya dengan berjungkir balik, dan melemparkan belati yang ada di tanganku pada si pengguna kapak yang mengenai kepalanya dengan cantik.

            Mantap jiwa.

            "Tinggal dua swordsmen garda depan, tiga mage dan dua archer, ya…"

            Para penjaga NPC dan pemain lainnya lambat-laun bakal tak kekalutan lagi. Tak ada banyak waktu lagi…

            "Mari akhiri di sini saja…"

            "Cih!"

            "Barisan belakang, berkumpul! Kita tidak punya cukup bantuan di sini!"

            Aku menerjang ke barisan belakang lagi dan mengabaikan kedua pemain garda depan. Sewaktu dua swordsmen yang kebingungan lekas kembali ke barisan belakang supaya bisa melindungi mereka dengan mudah—aku putar balik lagi karena tak perlu meladeni mereka hingga akhir.

            ""Ah!""

            Aku kabur dan buru-buru keluar kota sambil menusuk dan memenggal beberapa NPC seperti biasanya. Karena aku tak tahu betul gang belakang dan tak bisa lolos ke dalam kerumunan di sana, aku berlari melalui jalan utama dan menyeret NPC dan para pemain yang belum tahu apa-apa ke dalam kekacauan.

            Kutarik stan-stan yang muatannya penuh dan melemparkan senjata yang kuambil selagi melewatinya. Para pemain yang tak beruntung, terkena ke kepalanya dan mati seketika.

            Mereka sesekali menyusulku, tetapi aku berhenti dan lompat ke belakang, lalu melakukan lemparan bahu dari punggung mereka tiap kalinya. Pada kesempatan tersebut, aku meminjam senjata mereka dan melemparkannya ke belakang, lalu menikam pemain lainnya dan membunuh mereka. Aku juga mencuri beberapa barang dari stan dan lanjut kabur.

            Kalau ada waktu, aku akan fokus pada penjual barang-barang penting semacam potions, yang jumlah permintaannya akan meningkat serta orang-orang nantinya pun akan menggunakannya. Sambil merenungkannya, sebentar lagi aku akan segera keluar kota.

            "Oi, berhenti kau!"

            Penjaga gerbang menyuruhku berhenti pas gerbangnya baru saja terlihat, tetapi aku mengabaikannya dan melompati kepalanya. Melarikan diri dari [Kota Pertama] berhasil.

==================================================

<< Level meningkat >>

<< Anda memperoleh SP >>

[Nilai Karma menurun drastis]

<< Memperoleh Skill: [Thief] >>

<< Memperoleh Skill: [Jump] >>

<< Memperoleh Skill: [Evasion] >>

<< Memperoleh Skill: [Martial Art] >>

<< Memperoleh Skill: [Assassination Art] >>

<< Memperoleh Skill: [Fatal Blow] >>

<< Memperoleh Skill: [Feint] >>

<< Level Skill [Dagger Art] meningkat >>

<< Level skill [Surprise Attack] meningkat >>

<< Level Skill [Acrobatics] meningkat >>

<< Level Skill [Throwing] meningkat >>

<< Level Skill [Walking] meningkat >>

[Memperoleh Gelar: Slaughterer]

[Memperoleh Gelar: Demon]

[Memperoleh Gelar: Thief]

[Memperoleh Gelar: Criminal]

==================================================

            Ooohh?! Entah kenapa, banyak sekali yang muncul…

            Akankah mereka menyerah mengejarku karena daerah sini adalah zona bertarung? Yah, mereka pasti akan tetap mengejarku. Jadi, buat saat ini mending lari ke hutan selatan yang ada di hadapanku saja.

            "Tunggu!"

            "Oi, apa ini event?"

            "Bukannya kecepetan buat ada event? Sekarang ini baru hari kedua, ‘kan?"

            "Buat sekarang, kurasa mending tangkap saja gadis itu dulu, deh?"

            Kelihatannya beberapa pemain yang tak tahu menahu soal keadaannya secara jelas juga ikut andil dalam pengejaran ini, sekali pun aku takkan pernah ketangkap.

            "Nah, sekarang…"

            Aku sudah sampai di Hutan Selatan dan pergi lebih dalam lagi. Lalu, aku pun sembunyi di bawah pepohonan—

            —memotong tenggorokanku dan bunuh diri.


⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

Genocide Online Bahasa Indonesia Bab 02
4/ 5
Oleh

1 komentar: