Bab 03 – Suatu
Tindakan Berani Pada Dewa Sekali pun
Nah, kelihatannya aku berhasil
dihidupkan kembali di kuil. Di tengah-tengah tempat indah ini, terdapat patung
Dewa dari fraksi Ordo yang disebut [Dewa Mulia Tujuh Warna] kalau aku tidak
salah… tunggu, aku tidak bisa mengamati dengan leluasa karena para pemain yang
kubunuh juga berkumpul di sini. Dan sekarang, NPC uskup menunjukkan batang
hidungnya untuk meredam kekalutan ini… kebetulan sekali.
"A-Apa yang sudah terjadi di
sana?"
Salah satu korban malang yang tidak
tahu apa pun soal diriku, segera berlari begitu berhasil dihidupkan
kembali—omong-omong, aku sudah mengaktifkan skill [Camouflage]
dan mengubah warna rambutku menjadi merah, sehingga aku pun berhasil menyelinap
ke dalam kerumunan.
"Semuanya, harap tenang!"
Uskup kuil ini kelihatannya punya
tingkatan yang tinggi di antara uskup lainnya karena kota pertama merupakan
kota yang cukup besar. Kini, wanita ini tengah berusaha meredam kekalutan.
"Orang itu kemungkinan besar
merupakan utusan kekacauan, yang pada akhirnya akan menerima azab ilahi."
"Utusan kekacauan? Pasti ini
bagian dari event atau quest, ‘kan?"
"Mana tahulah."
"Tetapi, orang itu kayak pemain
biasa juga, sih?"
Begitu, ya. Jadi, aku dikira sebagai
utusan kekacauan. Masih ada beberapa pemain yang mengira sebagai pemain juga,
sih. Yah, wajar juga kalau mereka mengira begitu, lagian nilai karmaku sudah
menurun drastis. Aku juga mesti memastikannya benar-benar.
"Namun, jangan khawatir! Ordo
telah mengaruniai kalian semua! Selama kalian berada di kuil ini, kami pasti
akan menjamin keamanan dan keselamatan kalian!"
Yakin, nih? Yah, biarkan saja dulu
begitu.
Perangkapnya sudah kupasang. Jadi,
mari bunuh mereka.
"Ah! Itu orangnya! Dia yang
sudah membunuh kita!"
Aku mengubah orang asing menjadi
mirip denganku menggunakan skill [Camouflage], dan meneriakinya
supaya perhatian semua orang tertuju padanya.
"Bangsat! Besar juga nyalimu
sampai muncul di sini!"
"Tunggu! Bukan aku!"
"Bacot, sia!"
"Semuanya, tenanglah!"
Tatapan semua orang langsung tertuju
pada orang itu, dan menimbulkan keributan. Sang uskup pun kewalahan untuk
menghentikannya.
"BUNUH DIA! BUNUH DIA!"
"SIKAT!"
Bahkan, beberapa pemain yang merasa
terhibur pun ikut memanas-manasi. Dengan begini, situasinya sulit untuk
dikendalikan… sementara itu, aku langsung bergerak—
"Ap!!"
—aku mengaktifkan skill
[Fatal Blow] dan [Surprise Attack] yang baru kuperoleh, dan
menusuk jantung sang uskup. Tepat sebelum dia terjatuh dengan menyemburkan
darah dari mulutnya, aku merampas kalung yang terlihat mahal di lehernya. Lalu,
kutendang beberapa pemain dan mengambil belati di atas altar yang mengeluarkan
aura suci, kemungkinan besar itu merupakan suatu artefak.
Setelahnya, aku pun memenggal
biarawati yang menjadi pelayan sang uskup, melompati kepala para pemain—menyalakan
obor dengan minyak yang aku curi tempo hari—dan berlari melalui kuil. Para
pemain yang punya skill [Water Magic] mati-matian memadamkan api
saat aku menyalakan obor tepat di tengah-tengah tempat kekacauan yang tadi aku
mulai. Lagian, menuangkan minyak ke dalam api itu tidak baik, lo?
"Cih! Itu orangnya! Gadis
itulah pelaku aslinya!"
"Dia juga orang yang menyalakan
apinya!"
"Tangkap dia!"
"Minggir kalian!"
Aku sudah dekat dengan jalan keluar
pas mereka mulai menyadariku. Aku pun lekas membunuh penjaga gerbang kuil yang
tidak tahu apa-apa soal keributan di dalam, dan lari ke makam bawah tanah di
sebelah utara.
Aku menyerang NPC penjaga yang
menghalau jalan dengan belatiku. Lalu, kusambar salah satu penjaga, memotong
kedua lengannya, dan menjadikannya tameng.
"Dasar bajingan!!"
Rekannya berteriak dengan geram,
yang membuatku jengkel.
Dengan begini, para penjaga bagian
belakang takkan bisa mengganggu.
Perlahan, aku maju sambil membawanya
dan melemparkannya ke tengah-tengah mereka yang berusaha menahan diriku.
"Hans!"
Oh? Rupanya itu nama si penjaga tak
bersenjata, ya… jangan-jangan, para NPC figuran juga bahkan diberikan nama?
Kalau memang iya, sayang sekali….
… aku bahkan tak merasa bersalah.
"Dasar bajingan! Kami takkan hanya
sekadar menangkapmu saja!!"
"Persiapkan saja satu atau dua
bagian tubuhmu!"
Itu mah kalian kali? Kalau kalian
tidak waspada, nanti kalian takkan bisa makan dengan benar, lo? Aku juga tidak
yakin karena ini NPC, sih….
Kulemparkan obor tepat di atas
kepalanya si Hans dan menggunakan skill [Throwing] untuk
melemparkan botol minyak dari tasku, yang kemudian pecah karena terbentur dan
isinya pun tersebar ke obornya.
"WAAAAA?!"
"Matikan! Matikan!"
Aku menyambar tengkuk salah satu
penjaga yang panik dan melemparkannya ke rumah kayu terdekat—tentunya, selagi
terbakar—lalu, aku pun kabur dengan memanfaatkan asap selagi para penjaga
disibukkan dengan mematikan api.
==================================================
<<Level meningkat>>
<<Anda memperoleh SP>>
[Nilai karma menurun drastis]
<<Memperoleh Skill: [Escape]>>
<<Memperoleh Skill: [Voice Change]>>
<<Memperoleh Skill: [Disguise]>>
<<Level Skill [Camouflage] meningkat>>
<<Level Skill [Dagger Art] meningkat>>
<<Level Skill [Surprise Attack]
meningkat>>
[Memperoleh Titel: God’s Enemy]
[Memperoleh Titel: Fugitive ∙ First Town]
[Memperoleh Titel: Fugitive ∙ Temple]
==================================================
Banyak pemberitahuan muncul begitu
aku memasuki makam di sebelah utara kota, tetapi kuabaikan dulu karena harus
buru-buru menemukan tempat bersembunyi. Untuk sementara, bersembunyi dulu di
tempat ini.
Genocide Online Bahasa Indonesia Bab 03
4/
5
Oleh
Lumia