Chapter 18
Kelihatannya
mereka sudah menunggu di balik pepohonan.
Mereka
terlihat mencolok dengan pedang dan pisau gaya barat yang dicengkram erat-erat.
Jumlah
mereka sekitar 19 dan mulai berhenti mendekat pas jarak di antara kita terpaut
sekitar 10 meter.
Kedua
pengawal mengacungkan pedangnya pada orang-orang di hadapan kami. Kak Inukami
yang merasa tegang pun menggenggam pangkal pedangnya. Lalu, terdengar suara
tawa sepele seseorang di kelompok bandit. Tak lama kemudian, bandit lainnya pun
ikut tertawa. Namun, gelak tawa tersebut malah membuat kami agak tenang.
"Heeeh,
beruntung kali bisa nemu mangsa di sini!! Iya, enggak, bro?!?!"
"""Bener,
Bos!"""
Orang
berpangkas botak yang kemungkinan besar bosnya, berkata begitu bersama dengan
kacung-kacungnya.
Entah
mengapa, sedikit pun aku enggak merasa takut.
"Fueeeh.
Kalau enggak mau disakiti, serahin semua duit kalian."
"Siapa
juga yang mau?!"
"Emangnya
kalian bisa menang lawan kami yang segini banyaknya? Sudah, mending nurut
‘aja."
Para
bandit tertawa cabul usai menyatakakan itu.
Kak
Inukami yang ada di sampingku, menarik pelan manset pakaianku.
…
Begitu, ya. Kak Inukami juga cewek.
Wajar takut kalau tiba-tiba banyak pria tertawa cabul.
"Usato,
Usato, mereka bandit beneran!"
"Kak,
kamu ini selalu berhasil membuatku kagum."
Dia
enggak takut sama sekali. Benar-benar Kak Inukami banget.
Para
bandit menatapi kedua pengawal, tetapi mendadak menyeringai pas mengalihkan
pandangan mereka ke arahku dan Kak Inukami.
"Kukukuku…
orang yang di belakang mantep juga, wajib dibawa pulang ini mah. Kali ini kita
enggak bakal kekurangan hasil jarahan lagi, nih!"
"Keparat!
Dasar orang zindik…!"
"Zindik?
Hahaha, makasih atas pujiannya!!... Nn? Kayaknya ada monster di sini…"
Salah
satu bandit yang rada dekat denganku melihat ke arahku, dan wajahnya langsung
biru pas melihat Bluerin. Kenapa, tuh? Emang seaneh itukah manusia membawa
monster?
"Blu-Blue
Grizzly! Bukannya itu Blue Grizzly? Mikir apa lu bawa yang gituan!!"
"…?
Bluerin, kau ini sebenarnya hebat, ya?"
"Hmph."
Tentu
saja, mungkin begitu katanya.
Yah,
sikap ini peningkatan dari dirinya yang biasanya enggak guna.
Mengalihkan
perhatianku ke para bandit, salah satu dari mereka bicara pada bosnya.
"Bos,
masih anaknya! Kita masih bisa membesarkannya sendiri!"
"Begitu,
ya!"
"Kalian
semua… benar. Level kita ini sudah bukan rakyat jelata lagi, kagak ada yang
perlu ditakutkan. Sikaaaat!"
Aku
heran, apa dia sedang mencoba melipur para kacungnya karena martabatnya sebagai
bos. Atau malah, para bandit ini dulunya memang rakyat jelata? Makanya, pakaian
dan perlengkapan mereka terlihat usang?
Akan
tetapi, mereka sendirilah yang menyerang kami. Jadi, enggak perlu nahan diri.
Pas mereka menyerang dengan pisau dan pedangnya, kedua pengawal kami sudah siap
menyergap mereka. Jujur, aku ini enggak jago berkelahi. Kalau bisa mah, mending
kita ambil sandera saja dan kabur.
Pas
aku menyelimuti kakiku dengan sihir penyembuhan dan menaruh kekuatan ke
dalamnya—
"Eyy~"
Dibarengi
suara lembut, kilatan cahaya melewati kedua pengawal dan mengarah langsung ke
kacung-kacung bandit. Orang malang yang terkena petir, menggigil dan
kejang-kejang sebelum ambruk.
Di
sampingku adalah Kak Inukami, yang mengulurkan jarinya seperti pistol. Jadi,
itu sihir petir. Lalu, salah satu pengawal menoleh ke belakang untuk melihat
Kak Inukami dengan tersenyum kagum dan berkata.
"Pahlawan
Suzune memang hebat! Eeh, kelihatannya kami tak perlu membantu!"
Benar,
dengan serangan sekuat itu para pengawal enggak bakal kebagian jatah. Biar
begitu, aku penasaran apa orang yang terkena serangan itu baik-baik saja.
"Ka-Kak.
Kamu tidak membunuhnya, ‘kan?"
"Te-Tentulah…
mungkin."
Kenapa
kegagapan begitu? Kamu membuatku takut.
Akibat
serangan Kak Inukami, kini para bandit terintimidasi karena kaki mereka saja
bahkan enggak bisa digerakkan. Biar begitu, para bandit masih segan memeriksa
orang yang telah menerima serangan kila itu.
"Di-Dia
masih hidup."
Aku
bisa mendengar Kak Inukami yang menghela napas lega.
Akan
tetapi, ini situasi yang bagus. Kak Inukami terus menembakkan petir dan
mengatasi para bandit. Dengan begini, aku rada tertolong karena enggak jago
berkelahi. Memahami hal tersebut, aku pun berteriak pada Kak Inukami.
"Maju
Kak Inukami! Basmi mereka!"
"Bisa
enggak, kamu berhenti bilang begitu?"
—Usai
berkata begitu, dia menembakkan petir berturut-turut dari ujung jarinya.
Kacung-kacung bandit pun tumbang satu per satu. Kami beneran enggak perlu turun
tangan. Bisa-bisa nanti terkena petir Kak Inukami kalau menyerang sembrono.
Saat ini Kak Inukami adalah—
"Senjata
kejut listrik manusia… enggak… belut listrik manusia."
"Kalau
kamu bilang begitu lagi, aku juga akan marah, lo?"
Jumlah
bandit berkurang sedikit demi sedikit hingga menyisakan 9 orang. Lalu, Kak
Inukami mejatuhkan bos mereka sampai mengeluarkan teriakan yang cocok dengan
ukuran tubuhnya yang besar.
"Pake
sihir mah curang, atuh?!?!"
…
Kalau kau bilang begitu, aku akan kesusahan.
Entah
mengapa, kini aku paham kenapa bisa tetap tenang pas pertama kali melihat para
bandit ini. Mereka, wajah mereka sama sekali enggak menakutkan. Kalau Rose
nilanya 10, dan Tong 6, maka mereka ini nilainya hanya 2. Pantas saja mereka
enggak menakutkan.
Aku
pun setuju dengan pemikiranku. Tinggal menghabisi kacung-kacungnya saja.
Artinya, aku bisa serahkan sisanya juga ke Kak Inukami—
"…
Ada yang datang."
"Apa?!"
Orang
yang mengenakan jubah gelap merasakan sesuatu lagi. Aku sendiri engak bisa
lihat apa pun, tetapi memang ada banyak suara langkah kaki. Biarpun langkah
kaki ini kedengaran agak beda, mereka terdengar seperti melompat. Si Jubah
Gelap bisa tahu kapan musuh mendekat, tetapi enggak tahu mereka bakalan datang
dari mana. Kita harus siap menghadapi apa pun.
"…
Mereka datang."
Di
hadapan kami, si bos bandit terlihat tercengang pas makhluk yang serupa dengan
babi hutan merah muncul dari sebelah kanannya dan menghempaskannya.
"…
Tuan Usato, Pahlawan Suzune, mereka Fall Boar, menjauhlah!"
"Kenapa
mereka ada di sini?! Harusnya kita sudah melewati habitat mereka!"
Seru
si pengawal berambut merah karena situasi yang enggak disangka ini. Bentar,
babi hutan ini Fall Boar?! Jumlahnya ada banyak! Kedua pengawal itu bisa
menghindari mereka, tetapi Kak Inukami dan aku ada di tempat yang sempit. Aku
pun segera memanggil Bluerin.
"Bluerin!"
"Guooooooooooooooooo!"
Bluerin
mengintimidasi para Fall Boar dengan raungannya, tetapi mereka masih tetap
menyerang. Akan tetapi, mereka malah datang ke arahku dan Kak Inukami saja.
Aku
sendiri enggak apa-apa karena memang kuat, tetapi Kak Inukami—aku harus
melindunginya. Aku hendak ke depan untuk melindunginya, tetapi aku sadar dia
mengambil postur menembak. Tak lama berselang, sejumlah petir pun melesat dari
ujung jarinya.
"Kak
Inukami?!"
"Usato,
awas!"
Petir
yang dilesatkan mengenai seekor Fall Boar, sedangkan yang lain menghindarinya.
Lalu, Kak Inukami melesatkan letusan petir lagi. Akan tetapi, melihat segerombolan
besar Fall Boar masih menghampiri kami dengan cepat, aku tahu enggak bakal
berakhir begini saja.
"Gawat."
Salah
satu ciri khas Fall Boar adalah kekuatan lompatan mereka karena terlahir dengan
kaki belakang yang teramat kuat. Apalagi, digabungkan dengan kekuatan penuh
terjangannya, pasti kita akan terlempar sangat tinggi kalau kena. Petir Kak
Inukami saja enggak akan cukup. Apalagi, babi hutan hanya mengincar Kak
Inukami. Apa itu karena insting mereka, ya. Dia dianggap lebih mengancam
ketimbang diriku.
Aku
bisa menghindari mereka, tetapi enggak buat Kak Inukami.
Dia
pasti enggak bisa.
Sebelum
datang ke dunia ini, dia hanyalah gadis SMA biasa. Bahkan, aku sendiri mungkin
enggak bakalan bisa menghindarinya jikalau bukan karena sudah mempelajari
ekologi dan pergerakan mereka sebelumnya.
"Kuh."
Di
saat mereka menejrang, aku memegang bahu Kak Inukami dan menempatkan diriku
sebagai tameng dengan memunggungi Fall Boar. Kalau Kak Inukami enggak bisa
menghindarinya, maka aku hanya tinggal menerimanya saja…! Kalau itu aku, pasti
enggak akan terluka terlalu parah dan bisa kusembahkan sendiri nanti. Selang
beberapa detik, aku pun merasakan benturan kuat pada punggungku—Kak Inukami dan
aku pun dilambungkan.
"Gaha…
ha."
"…
Ah."
Untungnya,
aku terhindar dari serangan langsung berkat tasku. Biar begitu, punggungku
terasa sakit sekali. Aku langsung menggunakan sihir penyembuhan pada diriku
sendiri supaya enggak pingsan. Kak Inukami—dia pingsan?
"Apa
dia terbentur…?!"
Aku
merangkul Kak Inukami untuk melindunginya saat jatuh ke tanah. Di bawah kami
ada beberapa dedaunan, kami bisa menggunakannya sebagai bantalan saat jatuh.
Akan tetapi, pas kami mendarat, aku sadar kita jatuh di lereng yang curam.
Kampret, tempat darat kami buruk.
Kami
teruling-guling di lereng; kami enggak bisa berhenti karena terlalu banyak
terguling. Tasku terbuka dan semua isinya beterbangan pas tubuhku menghantam
tanah berulang kali.
"Gaaaaaaaaaaaaah!"
Aku
enggak bisa melihat apa pun karena pandanganku terkaburkan. Lalu, tiba-tiba aku
merasa mengambang di arus yang kuat—sepertinya kita jatuh ke sungai. Saking
kuat arusnya, aku enggak bisa membawa Kak Inukami ke darat sambil membawanya.
Aku memikirkan apa yang mesti kulakukan pas berpangku tangan pada aliran
sungai. Tiba-tiba, aku serasa mengenali tempat ini.
—Huh?
Apa sebelumnya aku pernah ke sini? Ah, aku ingat, itu pas aku dilemparkan Rose
ke hutan ini dan kabur dari Grand Grizzly. Saat itu, aku kabur dengan melompat
ke sungai ini… berarti di seberang ini—
"Bukannya
ada air terjun…?"
Akan
tetapi, harusnya arus tenang pas melewati air terjun. Kala aku sendiri masih
mending, tetapi saat ini aku bersama Kak Inukami yang pingsan… jadi, aku harus
bersiap untuk keaadan terburuk.
Pas
sudah dekat dengan air terjun, aku mendekap erat Kak Inukami. Berusaha sebisa
mungkin supaya enggak hancur oleh tekanan air, kami pun terjatuh dari air
terjun.
Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 18 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia