Bab 07 – Penjelajahan Makam Bawah Tanah ③
"Nah, mulai
sekarang mohon bantuannya, ya?"
[… *bassa* *bassa*]
Mulai sekarang namanya
adalah Azabu, Mantel Bayangan yang telah aku jinakan sebelumnya.
==================================================
Nama: [Azabu]
Bangsa: [Phantom Cloak] | Level: [9]
Kondisi: [Dikuasai]
[Halaman ∙ Skill]
[Floating Lv. 3] [Night Vision Lv.3] [Armor Possession
Lv. 4] [Wind Magic Lv. 4] [Dark Magic Lv. 2] [Magic Enchantment Lv. 2] [Mental
Abnormality Resistance Lv. —]
[Halaman ∙ Titel]
[Pengikut Rena]
- Monster yang berhasil menjadi pengikut rena
- Menambah efek buff yang diterima dari majikan <<Efek Kecil>>
==================================================
Azabu menguasai jubah
awalku.
Aku menyuruh hal yang
sama padanya seperti Kageyama, yakni untuk melindungiku dan menjaga bagian
belakangku.
"Karena semakin
ramai, bagaimana kalau aku pilih skill pendukung baru juga?"
Aku masih punya sisa SP,
jadi apa yang mesti kupilih, ya?
Berhubung skill
penglihatan malam bisa aku dapatkan sendiri, dan ada Yamada serta yang lainnya
juga, apa bisa memberikan buff pada yang lainnya? Bagus, sih kalau bisa.
<< Mengkonsumsi 3 SP untuk memperoleh skill
baru: Encouragement>>
<<Mengkonsumsi 3 SP untuk memperoleh skill baru:
Leadership>>
<<Mengkonsumsi 3 SP untuk memperoleh skill baru:
Command>>
<<Encouragement>>
dan <<Leadership>>, keduanya merupakan skill yang
akan meningkatkan status rekan party saat bertarung, sementara <<Command>>
adalah skill yang bisa memberikan perintah pada pengikut dan makhluk
buas panggilan tanpa meneriakkannya keras-keras.
Aku memilih skill
yang terlihat mudah digunakan.
Mari sekalian pilih skill
ketahanan yang juga sulit didapatkan sendiri.
<<Mengkonsumsi 5 SP untuk memperoleh skill baru:
Physical Resistance>>
<<Mengkonsumsi 5 SP untuk memperoleh skill baru:
Magic Resistance>>
<<Mengkonsumsi 5 SP untuk memperoleh skill baru:
Physical Abnormality Resistance>>
<<Mengkonsumsi 5 SP untuk memperoleh skill baru:
Mental Abnormality Resistance>>
Kelihatannya bagus.
Totalnya menghabiskan
sekitar 29 SP, tetapi ini memang diperlukan. Nah, mari lanjut kembali.
***
—Oh? Aku mendengar
derap langkah kaki selagi tengah berburu monster. Semua monster di wilayah ini
pada melayang atau menyeret kaki macam zombie, tetapi ini langkah kaki yang
keras, sehingga terasa tidak masuk akal. Apalagi, ini serasa langkah kaki
manusia … apa pemain lainnya?
Untuk sementara, mari
hilangkan suara dan hawa keberadaan sebisa mungkin sambil berhati-hati ….
"…."
Oh, sepertinya mereka
ada di arah berlawanan pojok itu. Aku juga bisa mendengar suara mereka.
Kalau memang pemain,
mari langsung bunuh saja begitu sudah rada terlihat.
***
"Kampret lah! Aku
masih dendam ‘ama si bangke itu!"
"Tenanglah Hannes,
marah-marah sekarang juga tidak ada gunanya, ‘kan?"
"Habisnya,
apa-apaan coba cewek itu?! Tiba-tiba main bunuh NPC Tutorial, main PK, sampai
anak kecil juga dijadikan tameng, kurang bangke apa lagi coba?"
Namaku Hannes—tentu
saja, ini nama karakterku—aku masih geram dengan kejadian beberapa jam lalu.
Orang
yang membuatku geram ini tiba-tiba muncul di tengah-tengah para pemain, dengan
perlengkapan yang sama seperti pemula lainnya—mendekati NPC Tutorial dan
langsung membunuhnya.
Padahal, dia adalah NPC
yang sudah menjaga kami sedari versi beta. Dia sungguh populer karena
pribadinya yang akan selalu ramah terhadap para pemain, dan juga bisa diajak
curhat. Makanya, kami pasti dibuat terkejut dengan kejadian itu.
Namun, tidak ada banyak
waktu untuk meratapi … karena enggak lama kemudian, dia membunuh para pemain di
sekitarnya dan menenggelamkan tempat itu ke dalam pusaran kekacauan.
Biar begitu, masih ada
orang yang sigap berusaha menangkap atau mengalahkannya, termasuk diriku.
Kami berhasil
mengepungnya berkat pengorbanan seseorang yang aku kenal dari versi beta.
Setelah sempat berpikir
akan bisa mengakhirinya, ternyata malah tambah kacau.
Padahal, begini-begini
aku percaya sama kemampuan bermain gim-ku. Akan tetapi, kapak-ku dengan mudah
dihindari, lalu seketika kepalaku terkena lemparan belati dan mati. Karenanya,
hingga saat ini pun aku masih geram—!!!!!
"Aku juga pikir
orang itu memang jahat …."
"Tuh, Ryne! Cherry
juga sependapat, bukannya kau ini teman masa kecilnya? Kau ini tidak punya
sepatah atau dua patah kata apa, sama orang yang sudah terbunuh di depan kedua
matamu yang berusaha menolong anak kecil itu?"
"Aku juga kesal,
tapi bilang apa pun sekarang juga percuma, ‘kan? Orangnya sendiri sudah kabur
sekarang, mending kita lanjut lagi mainnya."
"Iya sih, tapi
tetap ‘aja …."
"Sudah, sudah, hentikan.
Lanjutkan lagi saja sesudah pengejaran ini, paham?"
Orang yang menyela kami
adalah Eleanor, si penyihir. Memang benar, mau bilang apa pun sekarang juga
percuma … tapi menurutku, Eleanor tadi kelihatan seperti iblis atau—aku enggak
mikir apa-apa, aku enggak mikir apa-apa. Jadi, berhentilah melihatku dengan
tatapan begitu ….
"Maaf, aku agak naik
pitam tadi, maafkan aku …."
"Tak apa, aku juga
paham, kok."
"Sama! Leherku
juga dibengkokkan ke belakang sampai patah! Itu membuatku trauma …."
"… Aku juga sampai
jantungan pas panahku menusuk anak kecil itu."
Bukan hanya aku, Kellin
si pengguna tombak dan Myra si pemanah punya pengalaman pahit juga ….
Terutama, Kellin … dia
kasihan sekali … semenjak saat itu, dia selalu terlihat bengong ….
"Semuanya … mari
jadi party pertama yang membereskan wilayah ini! Lain kali, kita takkan
kalah!"
"Ya, saat nanti
kita bertemu lagi, kita pasti—"
"—Selamat siang, tolong
jangan sampai ceroboh di tempat semacam ini."
Genocide Online Bahasa Indonesia Bab 07
4/
5
Oleh
Lumia
1 komentar:
i like so much this novel
Replywhen update bab 25