Chapter 05 – Pemburu Padang Rumput
Menyerah lah. Sudah
menjadi DNA mereka untuk terus-menerus mengejar ke mana pun targetnya pergi
"Oh, itu yang namanya
Behemoth, Kak?"
Apa yang Yuuki tunjuk adalah seekor
binatang lamban bertubuh raksasa yang melintasi padang rumput dan memekik.
"Iya. Sudah lama aku tidak
melihatnya … kami juga sering memakannya dulu."
"Memangnya enak?"
"Ya—ah, enak."
Aku sempat mengangguk, tetapi
akhirnya hanya menjawab dengan kata-kata saja. Saat ini aku dalam wujud nagaku,
sementara Yuuki tengah duduk di atas kepalaku. Berada di punggungku akan lebih
aman ketimbang di atas kepalaku, tetapi untuk mengobrol kurang terdengar.
"… Mereka kelihatan kecil sekali."
Gumamku. Sekalipun ada perbedaan
jarak di antara kami, Behemoth yang ditunjuk Yuuki terlihat rada kecil. Mereka
tidak mengecil juga, sih.
Aku saja yang membesar.
Panjang tubuhku saja sudah sepuluh
meteran sekarang. Perbedaan ukuran kami sudah tidak sejauh dulu. Aku yakin bisa
bertarung satu lawan satu dengannya sekarang.
"Mau memburunya?"
"Percuma. Kita berdua takkan
bisa membawa pulangnya …, jumlah mereka pun sudah tidak banyak lagi."
Behemoth besar nan kuat. Namun,
tetap bisa dikalahkan. Pemburu ulung Scarlet saja bisa mengalahkannya dengan
bantuan beberapa orang. Akan tetapi, mereka akan cepat punah bila diburu
terus-terusan. Soalnya, tingkat kelahirannya sangat kecil dan memerlukan waktu
yang lama untuk tumbuh dewasa bila dilihat dari tubuh raksasanya itu.
"Ya sudaaah."
"Nah, ayo turun. Mereka sudah
menunggu."
Memanggil Yuuki yang merasa tidak
puas, aku pun turun ke tempat yang kami tuju dan berubah ke dalam wujud
manusiaku ….
"Kita lagi di mana ini, Kak?"
Tanya Yuuki saat celingak-celinguk
dan melihat bangunan yang asing baginya. Kami berada di desa kecil di
tengah-tengah padang rumput.
Rumah Yuuki dan yang lainnya
dibangun dari kayu, tetapi semua bangunan di desa ini adalah tenda dan paviliun
yang dibangun dari bulu dan kulit binatang, sedangkan kerangkanya sendiri
terbuat dari tulang Behemoth. Bangunan-bangunan tersebut mudah di bawa dan
dibongkar pasang.
"Kita ada di desanya Lykos.
Mestinya di sini ada calon anak pertukaran pelajar, tetapi …."
"Terus … di mana si Lykos
itu?"
Aneh. Rasanya tidak ada siapa pun di
desa. Di salah satu tenda saja bahkan aku tidak melihat seorang pun. Mestinya
tadi masih ada seseorang di sini karena api masih menyala di perapian.
Sekalipun mereka pergi ke suatu tempat, rasanya aneh karena tidak ada seorang
anak pun yang terlihat.
"Ke sini, Kak!"
Yuuki menunjuk tanah dan berteriak
terburu-buru.
Apa yang ditunjuknya adalah sejumlah
jejak kaki. Mereka berasal dari sejenis karnivora bila dilihat dari cakar pada
jejak kaki tersebut.
"Mereka baru saja
diserang."
Yuuki melacak jejak kaki tersebut
dengan tampang serius. Jejak-jejak kaki itu ada pada tanah gembur dan akan
cepat memudar. Dengan kata lain, si pemilik jejak kaki terebut masih belum
jauh—
Di saat aku merasakan hawa
keberadaannya, aku sudah dijatuhkan oleh binatang buas.
Mereka berkaki empat, bertaring
tajam, berbulu perak dan rupanya semakin memperkuat keganasan mereka. Kaki
panjang nan tebal membuatnya unggul dalam daya tahan ketimbang tenaga sesaat,
mereka takkan berhenti mengejar targetnya dengan indra penciumannya yang tajam.
Tubuh mereka menyerupai serigala … kecuali dalam satu bagian.
Kawanan mereka menindih tubuhku,
menggigit bahu dan lenganku saat geraman terdengar dari tenggorokan mereka.
"He-Hentikan!"
Spontan aku pun berteriak, tetapi
para serigala tersebut tak mengindahkannya.
Sial. Mereka bisa terluka kalau aku
…!
"Oi—hentikan! Kalian menyusahkan
Mentor!"
Begitu aku hendak berubah ke wujud
nagaku karena merasa bahaya, seorang gadis muda berseru. Tak lama berselang,
anak-anak yang pada menindihku berhenti dan Yuuki pun tak jadi menghunuskan
pedangnya.
"Terima kasih Luka, kau
menyelamatkanku."
Aku yang merasa lega pun berterima
kasih pada gadis yang telah membelaku. Yuuki rada kurang tanggap karena tak
merasakan adanya haus darah apa pun dari anak-anak itu, tetapi kalau lebih lama
lagi, dia mungkin sudah menebas mereka.
"Padahal Mentor sendiri bisa
mengenyahkan mereka, ‘kan?"
Ucap gadis itu—Luka yang rada heran
sambil mengulurkan tangannya padaku.
"Tapi mereka akan terluka
nanti. Selain itu, digigit anak-anak ini juga tidak sakit, malah terasa
geli."
"Mentor saja yang terlalu baik,
semuanya pada heboh."
Pas aku menggenggam tangannya dan
berdiri, Luka yang mengembungkan pipinya terlihat manis. Dia sama saja dengan
gadis manusia.
… Selain bagian bawahnya yang
serigala.
Bila dinilai dari rupa manusia,
usianya sekitar 15 atau 16 tahunan. Sebenarnya, rentang hidup mereka lebih lama
dari manusia, tetapi bangsa yang rentang hidupnya lebih lama cenderung lambat
masa dewasanya.
Telinga bersegi tiga nongol dari
bawah rambutnya yang sama berwarna perak. Semua bagian di bawah pinggangnya menyerupai
serigala, termasuk ekornya yang sedang dikibaskan.
"Anak-anak ini … Lykos?"
"Ya. Setengah manusia, setengah
serigala."
Aku melihat ke sekitar anak-anak
yang semuanya pada mirip Luka dan mengangguk untuk menanggapi pertanyaan Yuuki.
Gampangnya, gadis-gadis ini adalah
centaursunya serigala. Tubuh bagian atas mereka yang menyerupai manusia
terletak pas di leher serigala. Mereka pun hidup dalam kawanan kecil, persis
serigala asli.
Saudara-saudari Luka selalu melompat
padaku tiap kali melihatku, main gigit-gigitan. Mereka tidak benar-benar
menyakitiku. Bagaimanapun juga, mereka sangat berbeda dari serigala buas.
Malahan, mereka ini lebih mirip anjing daripada serigala karena pada tenang dan
ramah.
Kami sudah bicara dengan mereka dan
saling tukar bermacam barang belum lama ini. Jadi, kelompok pertama yang
terlintas dalam benakku soal pertukaran pelajar adalah mereka.
"Jadi, ada urusan apa Mentor ke
sini?"
Luka berdeham dan bicara saat masih
menangani adik-adiknya yang bermain-main.
"Eng … aku kemari ingin
menjadikanmu salah satu muridku, Luka."
"Sungguh?!"
Oh iya, aku belum memikirkan cara
untuk mempermudah masalah ini, ya …?
Tapi mata Luka berkilau sewaktu aku
menyebutkan murid.
"Mentor, aku selalu pengin
pergi ke sekolahmu sedari pertama kali aku mendengarnya!"
Ekornya mengibas-ngibas penuh
semangat, Luka menggenggam kedua tangannya di dada dan bicara dengan antusias.
"Ah, tetapi …."
Namun, ekornya seketika lesu
dibarengi dua telinga di kepalanya yang terkulai.
"Tetapi … aku tidak bisa pergi.
Maafkan aku, Mentor."
"Eeeh? Mengapa?"
Kata Yuuki yang kecewa saat melihat
Luka tertunduk.
"Aku harus menjaga
anak-anak."
Luka yang merasa sedih bicara sambil
mengelus kepala adik-adiknya.
"… Tidak mungkin, orang tuamu
…?"
Memahami keraguanku, Luka pun
mengangguk. Lykocentaur perempuan hidup dalam kawanan yang berjumlah puluhan,
membuat perkumpulan yang tidak melanggar wilayah kawanan lainnya. Para tetua
desa akan mengasuh sambil mengajari para pemuda berburu, dan para pemuda itu
pun nantinya akan membentuk kawanan mereka sendiri.
Luka juga harusnya masih berada
dalam asuhan ….
"Apa yang terjadi?"
Ekosistem Lykocentaur amatlah kuat.
Apalagi, mereka juga mempunyai kekuatan serigala dan akal manusia. Tentu saja,
di dunia ini masih banyak makhluk yang jauh lebih kuat dari mereka seperti naga
atau raksasa, tetapi sangatlah jarang mendapati kedua orang tuanya mati
berbarengan.
"Belakangan ini sulit
ditemukan, jadi …."
"Mereka meninggalkan
kalian?"
"Ya. Mereka pergi jauh entah ke
mana …."
Aku merengut mendengar kisahnya yang
memilukan.
"Lalu, apa kalian bisa makan
dengan cukup?"
Luka menggelengkan kepalanya.
"Aku kelaparan …."
Melihat seorang gadis muda yang
menekan perutnya dan mengeluh kelaparan—terasa menyayat hati.
"Baiklah."
Anggukku, membulatkan tekad. Aku tidak
yakin harus bilang apa pas pulang nanti pada Nina, sih
"Aku akan menjadi—"
"Aku pulang, Luka!"
—orang tua kalian. Begitu aku hendak
menyelesaikan perkataanku, aku mendengar seruan dari belakangku.
"Selamat datang kembali, Ayah!
Ibu!"
Wajah Luka tampak ceria saat melihat
orang tuanya pulang membawa buruan berukuran besar.
Oh. Jadi saat dia bilang pergi jauh
entah ke mana … maksudnya secara fisik ….
"Omong-omong, apa yang ingin Mentor
katakan tadi?"
Luka yang sangat penasaran
memiringkan kepalanya.
"Bukan apa-apa, kok"
Hajimari no Mahoutsukai Volume 02 Chapter 05 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia