Thursday, July 11, 2019

Hajimari no Mahoutsukai Volume 02 Chapter 04 Bahasa Indonesia



Chapter 04 – Pertukaran Pelajar


"Oh, jadi kau ingin ditemani naga lainnya, ya?"

Apa yang membuatmu sampai berpikiran begitu, Nina…?




            "… Mengapa Violet ada di sini?"

            Nina terkesan rada cuek pas melihat kepulanganku bersama Yuuki dan Violet yang berada di punggungku.

            "Lah—bukannya kau suruh aku bawa Yuuki karena tahu akan jadi begini?"

            "Bicara apa kau ini? Aku suruh kau bawa Yuuki supaya kau tidak berbuat hal bodoh."

            Jadi, kau mengirimnya sebagai pengawas? Sekalipun kepribadian Yuuki yang begitu, aku tetap memikirkan cara supaya terhindar dari hal yang ada di luar nalar….

            "Guron. Untuk sementara ini aku akan tinggal di sini, mohon bantuannya."

            "Sudah hentikan, panggil saja aku Nina."

            Nina memberengut dan menghentikan Violet yang tengah berlutut penuh hormat.

            "Jadi, mengapa kau membawanya?"

            "Kita ini kekurangan pengajar, ‘kan? Nah, kurasa Violet akan bisa membantu kita."

            Begitu aku selesai bicara, mata Nina terbelalak saat mengambil tangan Violet.

            "Berjuanglah, aku mengandalkanmu!"

            "Eh? Ah, ya. Aku akan berjuang sebaik mungkin."

            Violet masih mengangguk sekali pun terkejut dengan perubahan sikap mendadak Nina.

            "Kita benar-benar perlu banyak pengajar, ya?"

            "Perlu, sangat."

            Nina langsung menanggapi keluhanku begitu aku mengucapkannya.

            "Amata juga ingin jadi pengajar."

            Ujar Yuuki.

            "Amata, ya…."

            Aku mengerutkan alis sambil bersedekap. Memang, hanya dengan sedikit didikan lagi saja dia sudah pantas untuk menjadi pengajar.

            … Akan tetapi.

            "Tetapi dia juga punya tugas sebagai Ahli pedang."

            Itu juga bukan tugas yang wajib dilakukannya. Hanya saja, ketua klan Ahli Pedang sudah dianggap sebagai perwakilan desa sekaligus sosok pelindung. Saat ini tugas tersebut diemban oleh kedua ayah Amaga, tetapi kelak nanti Amata harus mengambil alih tugas tersebut.

            "Oh, iyaaa."

            Nina yang berdiri di samping Yuuki terlihat ingin mengucapkan sesuatu.

            Semenjak kapan dia mulai sering terlihat begitu, ya? Biarpun dia biasanya langsung mengutarakan apa yang ada di benaknya, ada kalanya juga dia tidak berkata apa pun dan hanya menatapku seperti itu. Aku juga belum sempat menanyakannya. Kalau itu sesuatu yang penting, dia pasti akan langsung mengatakannya.

            "Sudah dari dulu aku memikirkannya, dan kurasa sudah waktunya kita menjalankan pertukaran pelajar."

            "Pertukaran pelajar?"

            Tidak hanya Nina, yang lain pun memiringkan kepalanya, merasa heran dengan kata-kataku barusan. Wajar sih mereka begitu, habisnya ini juga pertama kalinya aku memakai kata tersebut pada mereka.

            "Di sekolah kita ini hanya berisikan para pelajar dari desa Scarlet saja, ‘kan? Aku ingin menerima pelajar dari mana pun… tidak hanya sekadar manusia saja. Aku ingin menerima berbagai bangsa lainnya juga."

            "Kau ini sudah gila, ya?"

            Nina memarahiku, pikirnya itu mungkin adalah ide yang sangat buruk.

            "Bukan puluhan pelajar kok, hanya sedikit saja."

            "Baru saja aku bilang kita butuh banyak pengajar, dan sekarang kau malah ingin menambah pelajar lagi?!"

            "Yah, tetapi tidak ada banyak orang yang bisa menjadi pengajar juga, ‘kan?"

            Tidak punya niatan jahat pada manusia dan punya sihir serta keterampilan lain yang dapat diajarkan. Hanya ada segelintir orang saja yang memenuhi kriteria tersebut. Bahkan meminta Violet untuk menjadi guru saja sudah serasa keterlaluan buatku.

            "Makanya, aku perlu melatih orang terlebih dahulu supaya bisa menjadi pengajar."

            "Apa orang-orang dari desa ini saja tidak cukup. Selain Amata, bahkan ada beberapa juga yang cukup menjanjikan. Seperti Itsuki, Kerel, atau Hakanaku. Bukankah mereka juga pantas?"

            Aku mengangguk terhadap pertanyaan bagus Nina.

            "Betul, tetapi ada tiga alasan di balik itu semua. Pertama, bangsa yang punya umur panjang seperti Elf bisa menjadi pengajar dalam waktu yang lama. Tidak mudah untuk melatih pengajar baru tiap beberapa tahun."

            "Yah… benar juga."

            Nina dengan enggan mengangguk karena tidak mau menambah lebih banyak pelajar lagi.

            "Kedua, fakta akan keahlian khusus sihir seseorang tergantung bangsa mereka sendiri. Aku ahli dalam sihir api, sedangkan Elf ahli dalam menggunakan berbagai macam sihir yang dasarnya tumbuhan, ‘kan?"

            Apa hanya tergantung dari cara seseorang dibesarkan? Atau mungkin berdasarkan genetiknya? Atau malah berdasarkan sesuatu yang bahkan tidak kupahami? Yang jelas, sekarang ini aku belum tahu. Namun, yang bisa kuyakini saat ini adalah adanya kecenderungan terhadap keahlian khusus seseorang berdasarkan bangsa mereka sendiri.

            "Kedua alasan tersebutlah yang telah menarik minatku untuk menyatukan berbagai bangsa—aku ingin meneliti berbagai macam sihir."

            Entah mengapa, manusia tak terlahir dengan keahlian khusus tertentu. Tipe sihir yang dikuasai manusia beragam tiap orangnya. Bila dinilai dari sudut pandang lain, artinya manusia bisa mempelajari berbagai macam tipe sihir. Kalau memang benar begitu, maka tidak ada ruginya untuk meneliti sebanyak mungkin tipe sihir.

            "Hmm… ya, sudahlah. Jadi, apa alasan terakhirmu?"

            Itu bukanlah sesuatu yang Nina sukai, juga bukan sesuatu yang sangat ditentangnya. Dia yang agak tertarik pun mendesakku untuk melanjutkan.

            "Ini ada kaitannya dengan keseimbangan kekuatan. Hanya sekadar membantu manusia seperti sekarang ini takkan membawa perubahan yang baik."

            "Apa maksudmu?"

            "Kau sendiri sudah tahu ‘kan seberapa pesatnya perkembangan manusia. Sekalipun peradaban mereka tertinggal jauh dari Elf, hanya masalah waktu saja sampai mereka bisa melampauinya. Dan saat itu terjadi… kemungkinan besar mereka akan menjadi musuh bagi para Elf.

            "Tapi kakak tidak akan membiarkan itu terjadi, ‘kan?"

            Yuuki yang terlihat cemas menarik lengan bajuku.

            "Tentu saja aku akan berusaha semaksimal mungkin ‘tuk menghentikannya. Tetapi Yuuki, suatu saat nanti manusia akan terbebas dariku. Dan aku yakin akan hal tersebut. Sama halnya seorang anak yang pada akhirnya akan mandiri dari orang tuanya."

            Semua orang di Scarlet adalah orang-orang baik. Akan tetapi, berulang kali sejarah telah membuktikan bahwa orang takkan selalu sama. Memang sejarah tersebut berasal dari duniaku sebelumnya, tetapi kurasa takkan jauh berbeda.

            "Maka dari itulah aku ingin membagikan hasil penelitianku. Aku ingin menjaga keseimbangan supaya hal tersebut tidak terjadi. Setidaknya, untuk bangsa yang ramah terhadap manusia."

            Selain Elf, ada beberapa bangsa lain yang pernah kujumpai. Yakni manusia—manusia dari kehidupanku terhadulu—yang pada akhirnya merenggut segala bentuk kehidupan yang berujung pada kepenuhannya sendiri. Mengetahui hanya umat manusia satu-satunya bangsa yang tersisa membuatku merasa sangat sedih. Aku tidak ingin dunia ini mengalami hal yang serupa.

            "Itulah alasanku."

            "… Kalau itu masalahnya, yah, apa boleh buat."

            Nina yang merasa enggan ‘tuk setuju, menghela napas.

            "Sekarang aku tahu mengapa Violet diizinkan meninggalkan hutan."

            "Eh? Y-Ya, eng…"

            "Ya. Aku berniat mempelajari kekuatan umat manusia di sini."

            Tutur Violet sambil tersenyum, menyela perkataanku yang terbata-bata.

            Sebenarnya, aku belum membicarakan hal tadi pada Tetua.

            Aku hanya memberitahukan padanya kegiatan Nina hingga sekarang, dan dia pun langsung setuju dengan memberikan Violet suatu syarat. Berkat Nina yang mempelajari cara untuk menangkal orang lain mengamati kami lewat tumbuhan, Tetua sekali pun jadi tidak bisa mengamati kami. Jadi, sepertinya dia khawatir. Dan entah mengapa, rasanya itu telah membuatku mengundang mata-mata, meski aku tidak menyembunyikan apa pun.

            … Selain itu.

            Ada alasan keempat mengapa aku ingin mengadakan pertukaran pelajar, sesuatu yang bahkan tidak bisa kuberitahukan pada Nina sekali pun. Namun, alasan kesatu adalah yang paling utamanya.

            Tujuanku adalah membuat sekolah sihir kita ini sangat tersohor. Bukan hanya sekadar di scarlet saja, melainkan hingga di kenal di seluruh penjuru dunia.

            —Karena aku tidak tahu di mana Ai akan bereinkarnasi.

            Sama halnya aku yang berubah menjadi naga, ada kemungkinan Ai juga tidak terlahir kembali sebagai manusia.

            Jadi aku tidak boleh membuatnya terkenal di kalangan manusia saja, tetapi harus diketahui oleh bangsa mana pun.

            Sehingga, suatu saat nanti dia akan bisa menemukan jalan pulang.

⟵Back         Main          Next⟶




Related Posts

Hajimari no Mahoutsukai Volume 02 Chapter 04 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh