Chapter 07
Pemikiran Empat Tahun yang Lalu ①
Bahkan sebelum ayam mulai berkokok, Wynn sudah
bangun. Semenjak dia sudah bersumpah saat dia masih berusia lima tahun, dia
akan selalu bangun seperti ini.
Melihat ke ruangannya yang kecil, dia melihat Locke
di tempat tidur yang masih mendengkur. Berhati-hati agar tidak membangunkan
Locke, dia mengganti pakaiannya menjadi pakaian latihan, membawa pedang
latihan, dan kemudian meninggalkan kamarnya.
Di luar asrama, angin musim semi saat masih fajar
itu terasa sangat dingin. Setelah melakukan pemanasan, tubuhnya mulai
menghangat, dia mulai mengayunkan pedang latihannya.
*Byuu, Byuu* hanya suara ayunan pedang pada udara
yang bisa didengar di pagi hari yang tenang.
Wynn akan mengulangi kegiatan ini setiap hari.
―― Tidak.
Ada sesuatu yang tidak beres.
Hari ini ada sesuatu yang berbeda, menyebabkan
ayunan pedangnya menjadi terasa berbeda. Dia berhenti mengayunkannya dan mulai
menyesuaikan napasnya, menutup matanya untuk berkonsentrasi.
Kepalanya dipenuhi dengan pikiran teman dekatnya
yang sekarang sudah kuat, Leti. Dia bisa melihat sosoknya dengan jelas dalam
pikirannya.
Selama upacara masuk kemarin.....
Kebisingan di Katedral dengan seketika menjadi
sunyi.
Hanya suara pernapasan, dan gerakan kecil yang bisa
didengar, dan dalam keheningan itu, seorang gadis berjalan ke arah tengah.
Di katedral ada sebuah platform yang agak tinggi.
Punggungnya yang diluruskan ketika langkahnya yang
memancarkan suasana yang dingin. Saat dia berjalan menaiki tangga, sinar
matahari yang melewati kaca bersinar pada rambut emasnya, dan seperti
memberikan kilauan yang lembut. Sosok gadis itu menarik perhatian tidak hanya
para siswa dan guru, tetapi juga para pemimpin kesatria dan para bangsawan yang
diundang. Tanpa merasakan ketegangan sama sekali, gadis itu tiba di puncak
tangga, dan perlahan-lahan berbalik. Pada saat itu, tiba-tiba tubuhnya seperti
bermandikan cahaya—Semua orang melihat khayalan itu.
Kehadiran yang sulit dipercaya.
Melihat gadis itu membuat semua orang menahan nafas.
Namun....
Tiba-tiba, penampilan dinginnya berubah menjadi
senyuman yang lembut. Seperti waktu yang telah dicairkan, suasana pun menjadi tenang
lagi, dan di sekeliling, desahan kelegaan bisa didengar.
“Bagaimana
kabar kalian semuanya? Saya perwakilan siswa tahun pertama, Leticia”
Leticia berbicara.
Sekali lagi, katedral kembali hening. Suara
orang-orang yang tenang terdengar di katedral.
“Saya
terpilih sebagai perwakilan, tapi tidak seperti kalian, saya tidak bertujuan
untuk menjadi seorang kesatria. Saya punya banyak pengalaman dalam pertempuran,
yang saya harap bisa untuk berbagi dengan kalian semua.”
Menutup matanya, dia perlahan meletakkan tangan
kanan ke dadanya.
“Meskipun Raja Iblis telah
dikalahkan, masih banyak ancaman di dunia ini. Sebagai kesatria, kalian harus
melindungi orang-orang yang berada di sekitar kalian. Bersama-sama, kita akan
belajar. Lalu, suatu hari nanti, bersama-sama kita akan berjuang.”
Dia membungkuk secara perlahan.
Satu per satu, orang-orang mulai bertepuk tangan.
Tidak lama kemudian, katedral yang sebelumnya hening, sekarang dipenuhi dengan
suara tepuk tangan yang meriah. Ketika Leticia perlahan meluruskan tubuhnya,
orang-orang di katedral melihat senyuman di wajahnya.
Orang yang berdiri di atas panggung saat upacara
masuk keamarin adalah teman dekatnya, Leti. Jika seseorang melihat Wynn, mereka
akan melihat dia berdiri di ujung barisan siswa baru. Dalam hanya empat tahun,
untuk berpikir bahwa hanya dalam empat tahun, dia akan berubah begitu banyak.
Menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan
napasnya, dia mulai berkonsentrasi lagi. Pada bayangan hitamnya, dia berpikir
Leticia sedang menghunuskan pedanganya. Sampai saat itu, gambarannya pada
Leticia adalah saat empat tahun yang lalu. Sekarang, dia mampu membayangkan
sosok yang berbeda dari Leticia yang mempersiapkan pedangnya.
Keanehan pada ayunan pedangnya sekarang, disebabkan
oleh perbedaan antara gambarannya dari Leti dan kenyataannya. Oleh karena itu,
setelah menyesuaikan perbedaannya, dia mampu mengayunkannya dengan benar.
Melihat Wynn yang berlatih setiap hari kembali normal seperti biasanya. Namun,
kejadian itu sedikit berbeda hari ini.
Sepintas, itu terlihat tidak berubah sama sekali.
Seseorang yang telah bersembunyi di sebuah bangunan,
melihat seorang lelaki yang dua tahun lebih tua dari dia, yang semata-mata
hanya mengayunkan pedangnya.
Itu adalah kejadian yang Leticia telah saksikan setiap
hari. Pada masa-masa itu, dia sendiri juga telah menghabiskan waktunya dengan
sama. Seolah-olah kejadian itu sedang terulang kembali sekarang.
Setiap hari, guru pribadinya akan membandingkan dia
dengan saudara-sudaranya yang lebih tua.
Untuk hal yang baik atau buruknya, suadaranya patuh
terhadap perintah guru pribadi, dan belajar etika dan perilaku yang
sesuai dengan seorang wanita bangsawan, sementara Leticia hanya ingat kenangan
buruk yang dimarahi karena tidak dapat menghafal alfabet.
“Kau
bahkan tidak dapat melakukan hal-hal seperti ini. Kakak perempuan mu bisa
melakukan ini saat seusia dengan mu, kau tahu?”
“Mengapa
gerakan mu tidak begitu halus? Tidak ada sedikit pun keanggunan di dalamnya.”
Orang tuanya akan menerima laporan dari guru
pribadi, yang hanya berisi pujian untuk kedua saurdaranya yang patuh.
Suatu pagi, Leticia bangun, menyelinap keluar dari
kamarnya, dan keluar dari rumah.
Tanpa bisa berbuat apa-apa, dia dimarahi setiap
harinya. Sikap keluarganya juga mempengaruhi pelayannya. Bahkan pelayan menatapnya
dengan penuh ejekan. Meskipun mereka melakukannya saat mereka pikir dia tidak
melihatnya, gadis yang luar biasa cerdik menahan tatapan mereka tanpa gertakan.
Dan, dia berlari.
Dengan hanya memikirkan untuk melarikan diri, dia
lari dari kediamannya yang menyedihkan. Meskipun ada banyak penjaga yang berpatroli
di kediamannya, Leticia yang masih muda mampu mencapai gerbang tanpa terlihat.
Penjaga gerbang akan menguap dengan suara *Fuaa...*, dalam jarak waktu itu,
Leticia menyelinap di bawah penghalang, dan berhasil keluar melalui pintu
gerbang.
Itu adalah pertama kalinya Leticia ke luar dari
kediamannya. Dia tidak memiliki tujuan tertentu. Dia hanya ingin lari dari
pelajaran yang menjijikan.
Kemudian, Leticia berlari di pagi yang dingin di
ibukota. Bahkan orang dewasa bisa tersesat di ibukota yang luas. Bagi Leticia
yang masih berusia 6 tahun, itu adalah petualangan yang besar.
Bahkan jika itu hanya menjelajahi jalan utama yang
lurus.
Dia berjalan menyusuri jalan sementara kota masih
tertidur. Meskipun petualangan yang besar menarik di awal, gadis itu merasa
kesepian di jalanan yang hening.
Seolah-olah dia adalah satu-satunya yang ada di
dunia.
Itu menakutkan.
Namun, dia tidak gelisah.
Merasakan perasaan yang dia tidak mengerti, dia
mulai berjalan, mendapatkan kembali semangatnya pada setiap langkahnya.
Pada waktu itu.....
Leticia melihat seorang anak laki-laki yang sedang sendirian.
Memegang tongkat kayu, dia mengayunkannya dengan sepenuh hati. Apakah dia
sedang berlatih berpedang? Dibandingkan dengan saudaranya yang sedang belajar
berpedang, gerakannya tidak begitu baik. Namun, gerakannya masih memikat
Leticia.
Meskipun gerakannya jelek, itu dipenuhi dengan
semangat dan antusias yang tinggi. Matanya bersinar dengan cahaya kebulatan
tekadnya ketika mengayunkan tongkatnya sambil mengertakan giginya.
Gadis itu merasakan suasana yang seperti itu. Dia
telah merindukan seorang teman dalam petualangannya. Anak laki-laki itu melihat
tatapannya dan menatapnya. Tanpa pikir panjang, keraguan pada keingin
tahuannya, dia mengumpulkan keberanian dan mendekatinya.
“Apa
yang sedang kamu lakukan?”
“Aku
sedang berlatih?”
“Apakah
itu menarik?”
“Aku
tidak tahu apakah itu menari atau tidak, tapi itu menyenangkan.”
“Boleh
Leti melakukannya juga?”
Anak laki-laki itu menyetujuinya, dan Leticia
mengambil tongkat yang ada di tanah, dan mengayunkannya di samping anak
laki-laki itu. Pada saat itu, anak laki-laki itu menatapnya untuk sementara
waktu, sambil menarik napas *Fuu..* mulai mengayunkan tongkat bersamanya.
Meskipun dia mengayunkan tongkatnya, dia terkadang mengamati Leticia.
Ini adalah pertama kalinya selama beberapa saat
sejak dia telah diperhatikan.
Setelah berlatih, ketika Leticia akhirnya berkata
“Selamat pagi” kepada anak itu, dan dengan takut bertanya apakah dia bisa
bergabung dengannya besok, anak itu mengangguk dengan ekspresi bingung. Dengan
perasaan gembira yang membayangi fakta bahwa dia kabur dari rumah, bahkan ketika
dia kembali, dia akan menerima omelan dari orang tua dan guru pribadinya,
perasaan itu tidak memudar.
Karena dia telah menemukan tempat di mana dia
miliki.
Sejak saat itu, dia akan bertemu anak itu setiap
hari. Setelah meminta guru pribadi, dia menerima pedang kayu. Setelah beberapa
saat, orang tuanya tidak lagi memperhatikan perbuatan nakalnya. Mereka hanya
memperhatikan Reiruzu dan kedua kakak perempuannya, yang selalu dipuji oleh
guru pribadi.
Untuk Leticia, ini tidak menyusahkannya.
Anak itu, Wynn, akan selalu berlatih bersama Leti.
Bahkan ketika mereka berlari, dia akan berlari bersama Leticia, tidak pernah
berlari pada kecepatan yang berlebihan. Bahkan ketika berlatih dengan pedang
kayu, meskipun mampu menangani serangan Leticia, dia tidak pernah melukainya,
tapi dia secara perlahan mengajarinya. Dia secara alami memahami ajaran Wynn,
tidak seperti ketika guru peribadinya memberinya sejumlah pelajaran yang keterlaluan
dengan penuh ancaman.
Ketika guru pribadi menyerahkannya sebuah buku, dia
akan mengambilnya dari rumah untuk Wynn, yang akan dengan senang hati
membacanya, mempelajari isinya bersama-sama. Daripada cara guru pribadi yang
menerangkannya dengan secara faksa kepada dirinya, dia lebih mengerti ketika
mereka mempelajarinya bersama-sama.
Pada tahun itu, dia menghabiskan waktunya dengan
Wynn, dia merasa dirinya tumbuh dan dewasa. Dia bahkan sedikit demi sedikit
mampu memahami pelajaran sihir dan berpedang seperti saudaranya. Bahkan setelah
guru pribadinya telah menyerah, dia masih belajar sihir dan berpedang dari Wynn.
Oleh karena itu, mereka tidak dapat mengenali kemampuan
yang sebenarnya sampai hari yang telah ditentukan, ketika peramal mengumumkan
bahwa Leticia akan menjadi “Brave”
Wynn dengan tenang mengayunkan pedangnya. Leticia
diam-diam memegang tangan ke dadanya dan menutup matanya.
Selama perjalanannya, ketika banyak hal yang
menyakitkan telah terjadi, jika dia memikirkan Wynn, dia akan kembali semangat.
Ketika hal-hal yang menyakitkan terjadi, dia akan meminjam kepercayaan dan tekad
pantang menyerah, yang membuat dia bisa bertahan.
‘Orang yang telah membimbingku ku adalah kau. Karena
itu aku ingin bertemu dengan mu, aku tidak pantas menjadi Brave, tapi orang-orang
lah yang memutuskan itu.
Kemampuannya saat itu jauh dari apa yang dia
bayangkan.
Namun....
Dia tidak menyembunyikan hawa keberadaanya. Menarik
pedang latihannya, dia tiba-tiba melompat keluar dari bayang-bayang.
“Onii-chan!”
“Na...
Le-Leti!?”
Membentur Wynn dengan tekanan yang hebat, dia mencapai
area di antara mereka dengan segera.
‘Ini adalah kekuatan ku sekarang yang sebenarnya’
Leticia sekarang berdiri di samping laki-laki yang
ingin dia berdiri di sampingnya selama ini.
‘Pasti karena kau lah, aku bisa percaya dan berjuang
sampai sekarang ini’
Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 07 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
4 komentar
Setia menanti...
Replymoga cepet di update!!
ReplyDitunggu update selanjutnya,,, :)
Replylink untuk chapter selanjutnya belum ada min, meskipun chapter selanjutnya sudah di post
Reply