Chapter
03
Di hadapanku, ada 5 orang pria bertampang seram tersenyum
lebar.
Sepintas, aku merasa tempat ini adalah tempat
persembunyian bandit. Saat berpikir begitu, aku pun enggak tahan untuk melihat
wajahnya Rose.
Rose-san......
"Eng?
Ada apa Usato? Aah, kau belum mengetahui nama-nama mereka, ya? Kalau begitu,
perkenalkanlah diri kalian."
Percuma. Ini orang sama sekali kagak ngerti.
Entah kenapa, aku merasa ragu akan alasan wanita di
depanku ini yang sama sekali enggak ketakutan dengan wajah para pria yang
menakutkan ini.
.... Ah, begitu, ya. Dia ini pemimpinnya, jadi
mungkin sudah terbiasa dengan wajah-wajah orang ini.
Para pria bertampang menakutkan itu pun mulai
melingkar mengerumuniku. Mau apa mereka ini? Aku siap bersujud kapan pun kalian
mau, lo?
"Aku
Tong, keahlianku melakukan desinfeksi. Salam kenal, anak baru."
Tong, si pria jangkung yang mencolok di depanku ini
memperkenalan dirinya dengan suara rendah.
Karena senyuman anehnya Tong, aku enggak bisa
berhenti berkeringat. Kupikir namanya juga menarik, karena biasanya itu adalah
nama alat yang dipergunakan untuk mengambil daging.
Usai Tong, yang lainnya pun mulai memperkenalkan
diri satu per satu.
"Mill,
salam kenal anak baru."
"Alek,
salam kenal anak baru."
"Gomul,
salam kenal anak baru."
"Guld,
salam kenal anak baru."
Aku nangis.
Aku sadar betul, bahwa siswa kelas 2 SMA yang nangis
itu enggak keren banget.
Biar begitu, aku yakin siapa pun juga pasti bakalan
nangis kalau berada dalam keadaan seperti ini.
Para pria bertampang menakutkan itu pun
mengelilingiku dari segala arah untuk memperkenalkan diri mereka.
Upacara yang mirip penobatan ini sebenarnya apaan?!
Hanya orang-orang berhati bajalah yang enggak
bakalan nangis dalam situasi macam ini!
"Oi,
kalian semua. Jangan membuat takut anak baru."
"Ogoahh?!"
Salah seorang pria yang mengerumuniku, Tong....
sosoknya mendadak hilang.
Rose menerbangkan dia dengan tendangannya.
Rose terlihat kehilangan kata-kata dan menyuarakan
kemarahannya pada keempat pria itu.
Terus terang saja, kau lah yang lebih menakutkan.
"Aku
tak keberatan kalau kalian jadi akrab tapi..... kalian paham, ‘kan?"
"Rose-anego! Kami melakukan salam penyambutan
dengan cara kami sendiri!"
Ini.... jadi maksud mereka, ini itu penyambutan?
Aku merasa kaget usai mendengar ucapannya si pria
buntal, Mill. Orang pasti bakalan mudah salah paham dengan kerahaman macam ini,
dan mereka juga enggak bisa menutupi gemetaran mereka. Lalu, Rose pun
menerbangkan Mill dengan tendangannya, dan melototiku dengan mata tajamnya,
macam mata binatang liar.
"Hadeh,
Usato. Orang-orang ini bukanlah Healers,
mereka ini bawahanku. Pekerjaan mereka adalah untuk mengamankan orang-orang
yang terluka dari garis depan. Dan selain aku sendiri, ada dua orang lainnya
yang bisa menggunakan sihir penyembuhan. Tapi sayangnya, untuk sementara waktu ini
mereka belum akan kembali. Selama saat itu, aku akan mengajarkanmu sihir
penyembuhan."
"Eh?"
"Mana
jawabanmu?"
"Eh,
baik!"
"Bagus.
Kalau begitu, kita akan mulai latihannya besok. Kamarmu..... Tong, masih ada
tempat kosong di kamarmu, ‘kan?"
Kemauanku sendiri sudah ‘melayang jauh’ ke tempat
lain, ya?
"Di
kamar itu hanya ada saya sendiri."
"Baguslah,
sisanya kau bisa tanyakan pada orang ini. Sekarang sudah malam, kalian boleh
pergi tidur."
"""Yaaa"""
"Ya...."
"Ikut
aku, akan kuantar kau ke kamarmu."
Mengikuti Tong, dia pun mengantarku ke kamarku.
Kamar tersebut hanyalah kamar asrama biasa.
Enggak berantakan ataupun ada benda yang
bergeletakan.
Terasa sangat jauh berbeda dengan kamarku sendiri,
lalu aku pun duduk di tempat tidur.
Kupikir bakalan ada rantai atau penyemprot api yang
bergelatakan di sekitar.
"Oi,
anak baru."
"Ada
apa, pak?"
"Tidak
usah bicara begitu padaku, bicara seperti biasa saja."
".....
Baiklah."
Tiba-tiba dipanggil oleh Tong, tubuhku berekdut dan
menjawabnya. Orang ini sangat jangkung, makanya dia punya aura yang
mengintimidasi. Cuma mengobrol dengannya saja sudah membuat alat pengukur
ketahanan fisikku segera terkuras habis.
Tong melemparkan pakaian kerja yang kelihatan
sederhana ke arahku, dan dengan blak-blakan berkata,
"Gunakan
pakaian itu untuk berlatih. Ada 3 setelan pakaian atas dan bawah yang berbeda,
padukan dan cocokkan saja sesukamu. Toiletnya tidak jauh di depan pintu kamar
ini. Buat lebih jelasnya, aku yakin anego akan memberitahumu....."
"Ma-Makasih."
Seperti yang bisa diduga, aku enggak bakalan bisa
terus-terusan memakai seragam sekolahku, jadinya aku bersyukur bisa mendapatkan
pakaian-pakaian ini. Untuk sekarang, aku harus mengganti dulu seragam
sekolahku.
Menghadap Tong, dia sudah berbaring di tempat
tidurnya dengan menghadap ke arah yang berlawanan denganku.
"Latihannya
pasti akan sulit, jadi cepatlah tidur. Terutama latihan untuk Healers..... besok akan menjadi
neraka."
"Ne-Neraka?"
"Sihir
penyembuhan bisa digunakan untuk menyembuhkan lukamu sendiri.... kau sendiri
pasti tau apa maksudnya itu."
"......"
Dengan kata lain, enggak peduli cedera macam apa
yang kudapat, aku masih harus melanjutkan latihannya.
Rasanya darah terkuras dari wajahku, dan aku yakin
sekarang ini wajahku pucat.
Aku bisa menyembuhkan lukaku sendiri. Aku sadar
takkan punya waktu istirahat. Tapi Rose-san
adalah pemimpin Pasukan Penyelamat, biarpun hanya sedikit..... aku ingin
mencoba mempelajari sihir penyembuhan darinya.
"Bisa
kau memberitahuku lebih banyak soal Healers?"
Aku diculik ke sini untuk mempelajari sihir
penyembuhan.
Biarpun enggak sesuai dengan keinginanku, ini
kesempatan yang bagus. Kalau aku bisa membantu Kazuki dan Inukami-senpai, aku pasti bisa jadi orang yang
berguna buat mereka di perang ini.
"Aah?....
Apa boleh buat. Healers, kalau dikatakan
secara baiknya, adalah penyihir yang ahli soal memulihkan. Kalau dikatakan
secara buruknya, adalah penyihir yang tidak terampil."
"Enggak
terampil?"
"Tidak
bisa menggunakan sihir serangan. Selalu jadi incaran utama musuh selama
pertempuran. Beberapa tahun lalu, Healers
dipandang sebagai bahan hinaan dan cibiran. "Sihir penyembuhan tidak
berguna". Itulah yang selalu dikatakan saat itu."
Kalau enggak salah, biasanya setiap penyihir bisa
menggunakan mantera pemulihan untuk menyembuhkan diri mereka sendiri,
setidaknya sampai melakukan pertolongan pertama.
Kalau begitu, wajar dalam pertarungan Healers dijadikan sasaran utama karena
hanya bisa menyembuhkan dan enggak bisa melawan balik.
Bahkan saat main gim saja, aku selalu mengalahkan
musuh yang bisa menyembuhkan dulu.
"Kenyataannya
sih, aku juga berpikir begitu. Healers
yang tak bisa menggunakan sihir penyerangan hanyalah cecunguk..... benar,
biasanya aku berpikir begitu."
"Biasanya?"
"......
Kayaknya aku terlalu banyak bicara. Ayo kita tidur."
"Eh?
Masih ngegantung."
"Bersik,
cepat tidur sana!! Tolol!!"
Teriak Tong padaku sembari berbaring.
Enggak usah pake teriak juga kali.
Sakit hati kalau diteriaki, aku pun naik ke tempat
tidur sembari meneteskan air mata dan mempersiapkan diri untuk latihan besok.
"Sihir
penyembuhan, ya. Katanya akan menjadi neraka, tapi sama sekali enggak
kebayang......"
Suatu sihir untuk menyembuhkan orang lain.
Dari pembicaraan sejauh ini, begitulah cara sihirku
digunakan.
Tapi dari omongannya Tong, latihan spesial untuk
sihir penyembuhan besok kayaknya enggak bakalan sesederhana itu.
Biarpun begitu, aku punya kesempatan untuk
mengendalikan sihirku sendiri...... sekalipun enggak sesuai dengan yang
kuinginkan.
Besok, aku akan berjuang sebisaku.
Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 03 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia