Chapter 05
***Sudut Padang Inukami-senpai***
Tiga minggu sudah berlalu semenjak Kazuki-kun, Usato-kun, dan aku dipanggil ke dunia ini. Dan untuk hasil dari semua
latihan dalam tiga minggu terakhir ini, aku sudah terbiasa untuk bertarung.
Akan tetapi, aku belum mempunyai pengalaman nyata melawan monster.
Latihan pagi baru saja usai, dan kami makan siang di
tempat teduh.
"Kazuki-kun, kamu sudah jadi cukup kuat,
‘kan?"
"Hahaha,
aku masih bukan tangindannya senpai."
Dalam 2 minggu terakhir ini, Kazuki sudah menunjukkan
sejumlah perkembangan yang tak lazim.
Tentunya, aku pun sama. Aku sudah menjadi cukup kuat
untuk menandingi kesatria terbaik Kearjaan Lyngle, Sigris, dan sang penyihir
terkemuka, Welsey. Aku tahu mereka berdua sedikit mengalah padaku, tapi aku
masih ingat wajah terkejut mereka saat aku melampaui mereka.
Biarpun..... kupikir ini masih belum cukup.
Ambisi negara ini kurang. Hanya menggunakan serangan
petir yang kuat saja, sudah cukup untuk mendapatkan tepuk tangan meriah dari
orang-orang yang menontonnya. Kazuki akan tersipu karena malu tiap kali sorakan
mereka jadi heboh, tapi buatku itu bukanlah masalah.
Aku ingin lebih bebas dalam menggunakan sihir.
"Sudah
kuduga, aku harus mencari cara lain sendiri.....?"
"Ada
masalah apa, Suzune?"
Ups, gawat. Aku hampir membiarkan pemikiranku
diketahui oleh orang lain. Orang yang memanggilku adalah gadis berambut pirang
dengan mata biru, putri Raja Lloyd, Seria Bluegust Lyngle.
Kenapa seseorang seperti dia ada di sini, itu
terjadi setelah Usato-kun diculik
oleh Rose. Raja Lloyd berpendapat bahwa akan sangat sulit untuk membawa Usato
kembali, jadi mau bagaimana lagi. Dia diserahkan pada Rose, sementara Kazuki
dan aku ditugaskan untuk berlatih di bawah bimbingan Sigris, Komandan Pasukan
Kerajaan. Tentu saja, kami juga harus berlatih di bawah bimbingan sang penyihir
terkemuka, Welsey.
Selama saat itu, Raja Lloyd memanggil putrinya dan
memperkenalkannya pada kami karena kami seumuran dengannya. Begitulah bagaimana
kami bertemu dan menjadi temannya.
"......"
Sembari makan siang, Kazuki mengalihkan tatapannya
pada panorama di luar kastil.
Fumu, tampangnya terlihat lesu, apa kau
mengkhawatirkan Usato-kun?
".....
Usato, sekarang dia sedang apa, ya?"
Sungguh, kau ini sangat mudah dimengerti.
Kali terakhir kami melihat Usato, dia terlihat
sangat kelelahan.
Apa mungkin dia masih belum terbiasa hidup di dunia
ini? Atau mungkin latihan Pasukan Penyelamat memang benar-benar berat....
"Orang
seperti apa Usato-sama itu?
Tanya Seria yang penasaran.
Kazuki menyelaku sebelum aku bisa menjawabnya, dan
dia menjawab dengan membusungkan dadanya dengan bangga.
"Dia
adalah teman yang sama-sama terpanggil ke dunia ini bersama kami. Meski baru
saling kenal akhir-akhir ini."
"Dilihat
dari senyumanmu, sepertinya rumor Kazuki-kun
tidak punya teman lelaki memang benar."
"Ti-Tidak
juga! Bahkan aku juga punya satu atau dua teman lelaki....."
Seria tertawa pada Kazuki yang menggumamkan
kepercayaan dirinya.
Meski, sebenarnya aku tahu sih. Dari apa yang
kulihat dari Kazuki-kun di sekolah,
jelas-jelas Usato-kun adalah teman
berharganya, meski baru saling kenal akhir-akhir ini.
"Teman,
ya. Terus lelaki ini tengah berada di mana?"
"Kupikir
dia berada di penginapan Pasukan Penyelamat? Kalau tidak salah...."
"Pa-Pasukan
Penyelamat?!"
".....?
Benarkan, senpai?"
"Ya."
Oh iya, aku sedikit ragu melihat tampangnya Usato
saat kali terakhir kami bertemu.
Di dunia kami sebelumnya, aku sudah memainkan
berbagai macam olahraga. Sebagiannya karena minatku, aku mengumpulkan sebanyak
mungkin pengetahuan mengenai anatomi manusia.... khususnya, sturuktur otot yang
sudah kukenali.
Kali terakhir aku melihat Usato, aku menyadari bahwa
kakinya sudah berkembang banyak ketimbang saat kami pertama bertemu. Ditambah
lagi, otot-otot pada bagian atas tubuhnya pun sudah dilatih dengan baik.
Biasanya tidak mungkin untuk bisa membuat otot-ototnya terlatih dengan baik
begitu hanya dalam satu minggu.
Saat kupikir itu mengagumkan, aku juga prihatin.
Tidak baik bagi tubuh untuk mengalami pertumbuhan yang cepat dalam waktu yang
singkat, kalau seseorang mempertimbangkannya—
"Aku
khawatir...."
"Senpai?"
"Tidak,
bukan apa-apa. Seria, kau kelihatan terkejut saat kami menyebutkan Pasukan
Penyelamat.... apa sebelumnya terjadi sesuatu?"
Kejutan yang dia tunjukkan sebelumnya cukup tak
biasa.
"Tidak,
eng.... yah, belakangan ini ada rumor yang menyebar di kastil soal Pasukan
Penyelamat....."
"Rumor
seperti apa.....?"
Seria kelihatan mengetahui sesuatu soal Pasukan
Penyelamat. Apa pun yang ada hubungannya dengan Usato, pasti kami sudah mendengarnya
tapi...... apa mungkin sudah terjadi sesuatu?
Sepintas, Seria merasa ragu sebelum memelankan
suaranya jadi gumaman.
"Tapi
ingat, ini hanya rumor ya..... aku kebetulan mendengar para penjaga istana
tengah membicarakannya. Rupanya, Pasukan Penyelamat bekalangan ini mempunyai
anak baru, dan dia sudah menjalani pelatihan yang bahkan para anggota mereka
saat ini saja sudah akan menyerah untuk mencobanya."
"....
Aku malah jadi tambah khawatir sekarang. Karena latihan hari ini sudah hampir usai,
haruskah kita memeriksa apa Usato-kun
baik-baik saja?"
"Ya,
ayo kita mengunjunginya."
"Ah,
aku juga ikut."
Kami pun memberitahu kedua pendeta wanita soal
kepergian kami, dan berjalan menuju gerbang. Kazuki dengan keteguhan hatinya
mengepalkan tangannya, dan kami pun diam-diam saling mengangguk satu sama lain,
dan berjalan menuju ke penginapan Pasukan Penyelamat.
.....
Lalu, kami pun tengah dalam perjalanan untuk
mengunjungi Usato. Tentunya, akan berbahaya bila mana seorang tuan putri negara
pergi begitu saja, jadi Sigris mengajukan diri untuk menemani kami sebagai
pengawalnya Seria.
Penginapan Pasukan Penyelamat berada di
tengah-tengah hutan terbuka. Rasanya terpisah dari sisa kerajaan dan tidak ada
orang lain yang terlihat.
Kali terakhir kami mengunjungi rumah tersebut, Usato
ada di sini, tapi sekarang dia tak terlihat di mana pun juga.
"Usato-sama tinggal di sini?"
"Sepertinya.....
dia tengah keluar."
"Bukannya
sekarang waktunya latihan sore?"
"Kalau
begitu, ayo kita cari dia. Kalau kita mengganggu, kita langsung kembali saja. Sigris-san, boleh aku memintamu untuk memandu
kami?"
"Saya
mengerti. Silahkan ikuti saya."
Karena kami hanya ingin sekedar melihat keadaannya,
jadi kami takkan berkunjung terlalu lama.
Mengikuti Sigris, kami berjalan menyusuri hutan
lebat ke tempat penginapan Pasukan Penyelamat. Seria tak tahan mengagumi
panorama di sekeliling dengan mata berkilaunya. Dia jarang bisa pergi keluar
istana, jadi ini pasti menyenangkan buatnya.
"Fua,
ini mengagumkan Kazuki-sama!"
"Benar."
"Seria-sama, tolong jangan terlalu jauh dari
saya......"
"Sigris
terlalu protektif!"
Bagaimanapun, dia adalah tuan putri negeri ini. Wajar kalau Sigris terlalu protektif
terhadapnya.
"Maafkan
aku, Sigris-san."
"Tidak,
tidak usah dipikirkan. Saya juga mempunyai urusan dengan Rose. Tempat
latihannya tepat berada di depan, kemungkinan besar Usato-sama juga berada di sana."
"Begitu,
ya!"
Aku menatap ke arah yang ditunjukkan Sigris.
Kali terakhir kami bertemu adalah 2 minggu yang
lalu, aku penasaran bagaimana kau berkembang semenjak saat itu.... dengan
berpikir begitu, kami pun mendekat dan melihat daerah terbuka lainnya.
Daerah terbuka dengan lebar hanya berdiameter 30
meter. Itu adalah tempat latihan yang berada di antara pepohonan yang cocok
dengan Pasukan Penyelamat dan beberapa anggota mereka. Di tengah-tengah itu
semua, kami melihat Usato.
Saat Kazuki yang riang hendak memanggilnya, mendadak
berhenti.
Aku pun sama.
""......""
"Ada
apa? Apa yang tengah terja—"
Saat Seria mencoba mengintip dari belakang kami,
kami berdua pun kehilangan kata-kata.
Pemandangan di depan kami, itu—
"Nu,
gugugu....!"
"Oi,
kau melambat. Jangan bilang kalau cecunguk sepertimu menyerah hanya karena
sedikit tambahan beban?"
"Aku
enggak bilang nyerah!"
"Akan
kuhajar kau kalau terus bicara, hei."
Usato-kun tengah
melakukan push-up dengan tampang
putus asa di wajahnya. Bagaimana pun, itu semua tidaklah begitu aneh.
Masalahnya adalah sebuah balok batu besar yang juga ditempatkan dipunggungnya.
Kelihatannya beratnya sekitar 50 kilogram? Sesuatu
yang berat tersebut ditempatkan pada punggung Usato-kun.
Di atasnya ada Rose, sang Pemimpin Pasukan
Penyelamat yang tengah duduk di atas balok batu besar dengan kaki yang
disilangkan.
"....
Cih."
"Apa
itu barusan? Rasanya aku dengar suara seseorang mendecakkan lidahnya!!"
Kupikir aku barusan mendegar Usato-kun mendecakkan lidahnya dengan
pelan.
Apa dia memang benar-benar Usato-kun?
Mungkinkah dia kerasukan roh jahat?
"Aku
hanya terkejut saja karena Rose-san
enteng banget, lo...... sangat enteng sampai aku enggak sengaja mengecupkan
bibirku."
"Hohoo,
kata-katamu sungguh manis barusan, ya? Kalau begitu, tidak masalah dong kalau
aku tambah lagi beratnya?"
Rose dengan terampil turun ke tanah, dan menumpukkan
batu lainnya ke punggung Usato-kun.
Bahkan saat kunyahannya membuat suara gigigi, Usato dengan tak gentar
melanjutkan push-up dan senyuman
terlihat di wajahnya saat dia melihat Rose.
"Rasanya
cukup bagus, ‘kan? Dia jadi sesuai serelaku, ya. Kalau sudah begini, sebentar
lagi aku bisa melemparnya ke tempat itu.... Nn? Siapa kau?"
Semenjak Kazuki tiba, dia tak mampu berkata apa-apa
pada apa yang dilihat di hadapannya.
Bagaimanapun, Usato-kun yang kami kenal tengah menatap tajam orang lain sembari
melakukan berbagai jenis latihan yang gila.
Aku tak bisa menyalahkan dia karena mencoba lari
dari kenyataan.
Namun, sang Pemimpin Kesatria; Sigris, memecahkan
keheningan dan berjalan dengan marah menuju Rose.
"Yooo,
Sigris. Membawa keluar tuan putri dan pahlawan untuk jalan-jalan? Ada apa?"
"Kau!
Kau pikir apa yang tengah kau lakukan?!"
"Ahh?"
"Aku
bertanya padamu apa yang tengah kau lakukan! Latihan seperti ini, yang kau
lakukan hanyalah menghancurkan masa depan pemuda ini!!"
Sigris meninggikan suaranya dan meraih kerah bajunya
Rose.
Luapan amarah Sigris bisa dimaklumi; perlakuan Rose
terhadap Usato tidak bisa disebut latihan. Malah, itu terlihat seperti hukuman.
Sigris, masih memegang kerahnya Rose, mengangkatnya.
Dia hanya menggunakan kekuatan cengkramannya, tapi kau bisa mendengar suara
decitan sarung tangan kulitnya yang berada di bawah tekanan.
"Lepaskan
tanganmu dariku,"
Jawab Rose, tanpa ekspresi.
"Aku
tak menyukai kekesatriaanmu, tapi jangan memaksakan itu padaku. Aku juga punya
caraku tersendiri dalam berbuat sesuatu. Lagian, aku berencana menjadikan orang
ini sebagai tangan kananku, tahu? Akan merepotkanku kalau dia tidak bisa
menangani sesuatu yang semudah ini."
"Tangan
kanan.... katamu?"
"Betul,
aku akhirnya menemukan seseorang serpti dia. Dia benci kalah, tidak pernah menyerah,
dan selain itu, dia bisa mengikuti latihanku."
Aku tak bisa berbuat apa pun selain mundur selangkah
saat melihat Rose. Pada sorot matanya, aku bisa melihat kehendak yang kuat dan
tak tergoyahkan. Seandainya ada sesuatu yang ingin diraihnya, dia takkan
berhenti untuk meraihnya.
Dengan kehendaknya tersebut, Sigris merasa
ragu-ragu. Rose pun melepaskan diri darinya.
"Kau
ini membelot! Raja ingin mengembalikan Pasukanmu seperti sebelumnya, tapi
kelihatannya tidak mungkin itu terjadi padamu."
"Kahaha!
Mata kananku sudah tak bisa dibuka lagi, jadi tentu saja tidak mungkin."
Rose menyatakannya sembari menunjuk bagian kanan
wajahnya.
"Berhentilah
bicara omong kosong!"
Apa dia menolak kembali ke pasukan karena bekas luka
pada matanya....?
"Fuun...."
Sigris mendengus marah dan kembali pada kami. Dengn tampang
yang prihatin, dia mendekati Seria.
"Saya
perlu sedikit menenangkan diri sebentar. Tuan Putri, tolong jangan menjauh dari
Kazuki-sama."
"Ba-Baik."
"Begitu
saya sudah tenang kembali, saya akan segera kembali."
Dia sadar jikalau dia tinggal di sini lebih lama
lagi hanya akan jadi berkelahi dengan Rose. Dengan berpikir begitu, Sigris pun
pergi ke hutan.
"Yah,
kelihatannya Sigris sudah pergi. Pahlawan dan tuan putri mempunyai urusan di
sini, ‘kan?"
"Aku
ini bukan ‘benda’, tahu. Oi, apa maksudmu dengan menjadikanku tangan kananmu? Untuk
merayakannya, gimana kalau aku memberimu pukulan dengan tangan kananmu sebagai
hadiahnya, nih? Karena kau ingin tangan kanan, tolong terimalah dengan senang
hati di wajahmu!"
"Sebelum
itu, bagaimana kalau aku memberimu hadiah sebagai gantinya?.... yah, itulah
yang ingin kukatakan, tapi akau akan kembali dulu."
Usato-kun sudah
siap memberikan pukulan tapi Rose berubah pikiran setelah melihat kami, dan
mulai berjalan menuju rumah penginapan.
Saat sosok Rose menghilang ke kejauhan, kami
mendekati Usato-kun yang barusan
menurunkan pemberatnya.
"Apa
kau baik-baik saja, Usato-kun?"
"Aku
sih baik-baik saja tapi.... siapa orang ini?"
Usato memiringkan kepalanya ke arah Seria yang
datang bersama Kazuki-kun.
"Namaku
adalah Seria Bluegust Lyngle. Tapi kau bisa memanggilku Seria, Usato-sama."
"S-Sama..... selain itu Lloyd-sama....?"
"Ya.
Aku adalah putrinya."
Uasto-kun
panik saat mendengar dia adalah putri raja. Dia mungkin tak terbiasa
diperlakukan seperti ini oleh seorang gadis yang baru saja ditemuinya; terlebih
lagi, oleh Tuan Putri Kerajaan Lyngle sendiri.
Kazuki-kun
juga kaget saat mereka pertama kali berjumpa.
"Tolong
tenanglah, panggil saja aku secara biasa."
Usato ragu-ragu, tapi dengan enggan mengangguk.
"Oh
iya, latihan kalian berdua memangnya seperti apa? Yah, meski kurang yakin, tapi
aku bisa tahu sih kalau kalian berdua sudah jadi lebih kuat....."
""........""
".....
Eh, kok jadi pada diem gini?"
Aku tak bisa mengatakannya.
Kenyataan bahwa latihan kami tak seberat yang
dilakukan Usato..... Tidak, lebih tepatnya, latihannya sangat mudah?
Nyatanya, jenis latihan yang kami lakukan sengaja
dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan tubuh kami. Terlebih lagi, latihan kami
dibuat secara efisien, namun tetap terus meningkatkan kemampuan tempur kami
yang sangat jauh berbeda dengan latihannya Usato. Jenis latihannya sangatlah
berbahaya; diperuntukkan untuk melampaui batas-batas tubuh manusia. Itu adalah
sesuatu yang hanya mampu dilakukan oleh para Healers yang bisa terus-terusan menyembuhkan dirinya sendiri.
Menurut kabar, sudah 3 minggu semenjak menyebarnya
suatu latihan yang sedeng. Dia mungkin sudah melakukan ini sepanjang waktu
tanpa henti.
Bukan berarti perawakannya terlihat banyak berubah.
Namun, perkembangan dia selama ini terasa tidak lazim.... kupikir aku sudah
mulai melihat sesuatu yang luar biasa.
Karena penasaran dan kalah akan godaanku, aku pun
meraih ujung kausnya.
"Usato-kun, maaf atas ketidaksopananku."
"Eh?
Ada apa Inukami-senpai.... tee,
oou?!"
Aku menggulung baju Usato dalam satu gerakan.
Melihat ini, wajah Seria menjadi merah.
"....
Begitu, ya."
Dia sudah dengan sengaja merusak otot-ototnya dengan
melakukan latihan yang berlebihan, lalu memulihkannya secara paksa dengan sihir
penyembuhan. Alhasil, serat-serat ototnya mempunyai kepadatan yang tinggi, daya
tahan yang lebih besar, dan kemampuan untuk mengeluarkan lebih banyak kekuatan
dari orang normal.
"Aku
sudah salah kira sebelumnya. Usato-kun.....
kau punya otot-otot yang mengagumkan!"
"Inukami-senpai, apa kau enggak suka?"
"Tidak,
tidak. Memikirkan kau sudah melakukan sebanyak ini dalam waktu yang
singkat..... malah aku terkesan."
Tidak, bagaimana aku mengatakannya, ya.... itu sudah
menggangguku untuk sampai sekarang ini.
"Apa....
Apa yang terjadi pada Suzune-sama?"
"Maaf
Seria, bahkan aku juga tidak tahu. Terkadang, senpai memang suka seperti
ini."
Mungkin dia mulai merasa terganggu, tapi Usato
dengan paksa melepaskan tanganku dari dirinya.
Sedikit disayangkan, tapi untuk sekarang aku harus
menyerah.
Aku tak ingin dia mulai membenciku.
"Waa.
Tapi, syukurlah kalian baik-baik saja."
"Usato,
kau kelihatan.... energik."
“Hahaha,
belakangan ini aku merasa berbeda."
Usato, yang terlihat sediki kelelahan, tertawa
ringan.
..... kelihatannya dia bisa mengatasi latihannya,
tapi aku penasaran apa dia sudah bisa beradaptasi dengan kehidupan di dunia
ini.
Melihatnya yang begitu, kami sepertinya tidak perlu
khawatir. Lalu, kami pun memutuskan untuk berjalan ke tempat lain sembari tetap
mengawasi Sigris.
"Yah,
kelihatannya kekhawatiran kami sia-sia. Kami harus segera kembali."
"Khawatir?
Yah, terserahlah. Lain kali, akulah yang akan menunjungi kalian. Aku ingin
melihat latihan di kastil juga."
"To-Tolong
datanglah....."
Saat Usato menatap kastil yang berada di kejauhan,
Seria berbisik dengan suara pelan, "Orang yang baik" saat dia gemetaran.
Dia mungkin tak ingin menunjukkan padanya latihan di
kastil karena Usato masih berpikir latihan kekesatrian dan Pasukan Penyelamat
berada di level yang sama. Kemungkinan moral para kesatria akan turun juga.
Kami pun menyelesaikan obrolan kami dan memutuskan
untuk mencari Sigris, tapi suatu sosok muncul dari hutan dan berjalan ke arah
kami. Itu adalah pria raksaksa yang membawa sesuatu yang menyerupai kotak makan
siang pada satu lengannya.
"Orang
itu....."
"Apa
itu kenalanmu, Usato?"
"Oooi!
Aku yang baik dan hebat ini datang mengantarkan bento buatmu!"
Aku melihat urat yang terbentuk pada dahinya Usato
yang mendengar ucapan pria riang tersebut.
Biarpun kami baru kenal satu sama lain akhir-akhir
ini, aku paham bahwa Usato adalah orang yang baik. Sekarang orang yang baik
tersebut mempunyai ekspresi yang mirip dengan setan. Sesaat, kupikir aku
bermimpi buruk.
Namun, kenyataan memang kejam.
Usato-kun
menghentakkan kakinya menuju pria jangkung dan mulai meneriakkan kata-kata
kasar padanya.
"Lu
punya nyali juga ya bawain bento
gua?! Dasar tolol!! Kenapa enggak lu pake otak kecil lu itu, terus inget-inget
apa yang terjadi minggu kemarin, kampret!!"
"Aan!!
Gua kagak ngarti lu ngomong apa! Coba pake kata-kata yang gampang supaya orang
tolol macam gua ini ngarti, dasar tolol!!"
"Kalo
gua pake kata-kata yang gampang, bakalan jadi omongan bayi. Ahh gua paham Tong,
sebenarnya lu itu kagak punya otak, dan kepala lu itu isinya cuma kapas
doang!"
"Dasar
kampret—!"
"Kepala
Tong-kun isinya cuma kapas—"
"Punya
nyali juga lo ya ngejek gua.... maju sini!!"
"Siapa
takut!!"
"A-Apa
benar itu Usato?..... Eh, ah, ya? Saat ini, Usato tengah tertawa, dia bicara...."
"Bertahanlah
Kazuki-sama! A-Apa yang harus kita
lakukan.... Suzune-sama!"
"Neraka
bahkan bisa mengubah hati seseorang..... kejam."
"Apa
ini benar-benar waktu yang tepat untuk berpikir begitu?! Sigris juga tidak
apa-apa, tolong cepatlah dan bawa Kazuki-sama
kembali ke kastil....!"
Saat kupinjamkan bahuku pada Kazuki-kun yang tatapannya kosong, aku menoleh
ke belakang.
Dia tengah berkelahi dengan pria bertampang
menakutkan, penampilannya yang sebelumnya nampak seperti bohong saja. Itu
perubahan yang mendadak, tapi entah bagaiamana ini juga terlihat sangat alami.
"Begitu,
ya. Kelihatannya kau sudah menemukan tempatmu....."
Di dunia yang tak dikenal, dia bisa menemukan
tempatnnya sebelum orang lain. Melihat ini, aku merasa sedikit iri.
Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 05 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia