Chapter 18 – Bimbing Kami, Pahlawan ③
Dia
mengayunkan pedangnya.
Serangannya
tidaklah ceroboh, dia memastikan untuk mendaratkan serangan pembunuh lewat
kecepatan yang nyaris tak terlihat. Karena Minamoto punya kemampuan spesial
yang membuatnya bisa meningkatkan kekerasan pedangnya sampai batas, dia pun
berhasil membelokan serangan dan mengubah arahnya menjadi melenceng sedikit.
....
Biarpun begitu, serangannya itu tepat menyayat lengan kanannya.
"Ahhhhhhhh!!"
Ratapan
kematiannya bergema di seluruh ruangan. Biar begitu, si iblis taklah menunggu.
"Devil Flame."
Beberapa
sihir bola api peringkat kerajaan muncul di udara. Dengan lambaian tangan
Leadred, bola-bola api itu pun ditembakkan sekaligus.
"Wahai roh Air! Jadilah pelindung
yang menaungiku! Water Wall!"
Seketika
itu juga Mahara langsung mendirikan pelindung, tapi serangan Leadred tak begitu
lemah hingga bisa diblokir oleh sihir peringkat jiwa. Bola-bola api tersebut
menembus pelindung, dan api pun menghujani Mahara dan Minamoto.
"Uaaaah!!"
"Kyaaaaah?!"
Ruangan
ini merupakan penampilan ulang ruangan terakhir Rigal Den. Hampir mustahil bagi Minamoto dan Mahara untuk bisa
melewatinya.
Bahkan,
saat itu aku nyaris tak berhasil imbang dengan Leadred. Mereka bahkan tak
sebanding meski dengan menggabungkan status-ku, jadi mana mungkin mereka bisa
menang.
Situasi
saat ini benar-benar membuktikannya.
"Haah! Haah!"
"Bangsat, ini
sakiiiitt....!"
Mahara
begitu menyedihkan hingga satu-satunya alasan dia masih bernapas adalah berkat
sihir yang dipergunakannya. Biar begitu, hanya itu sajalah yang bisa
dilakukannya. Sungguh menyedihkan.
Minamoto
sudah kehilangan tekadnya untuk bertarung. Maksudku, itu sudah jelas. Bagaimanapun
juga, dia sudah kehilangan lengan pedang hingga sikunya.
"Hei.... apa itu saja yang bisa
diatasi para bajingan.....?"
Yang
menghampiri mereka adalah iblis yang memikul pedang perang berlumuran darah. Sedikit
menarik kepalanya ke belakang saat dia melihat ke bawah pada mereka, perasaan
jahat memenuhi ruangan.
"Sialaan! Wahai Roh air!"
"Devilish Aura."
Sebelum
Mahara sanggup menyelesaikan lantunan manteranya, Leadred mengaktifkan
kemampuan uniknya dan memangkas mana
milik Mahara.
Kehabisan
mana, Mahara pun tak bisa
mengaktifkan sihirnya.
"Ap-Apa.... Ugaah?!"
Sadar
bahwa dirinya tak bisa menggunakan sihir, Mahara pun panik. Seketika itu juga
dia memalingkan muka dari Leadred, lalu Leadred pun menutup jarak di antara
mereka dan memukulnya dengan keras.
Menghantam
tembok, dia pun muntah dan ambruk.
"Kau menjijikan."
Leadred
menyambar rambut Mahara dan melemparkannya lagi ke tembok yang menghantamnya
tadi.
Kupergunakan
sihir pemulihan stamina pada pahlawan
yang matanya terbelalak, lengah, hampir mati.
"Uh..... K-Kau....."
"Kau menikmati kuburanmu,
Mahara?"
"Ap-Apa yang kau—?!"
Sesuatu
ditembakkan pada tembok tepat di sebelah Mahara, dibarengi suara seseorang yang
meluncur ke bawah tembok. Itu Minamoto, kepalanya tergantung ke depan dengan
lemas.
"Eh, ap......
Mi-Minamoto....?"
Mahara
merangkak padanya seperti bayi, punggungnya terlihat seperti keseleo.
Akan
tetapi, si iblis datang dari atas dan menghentikannya.
"Ah! Kau sudah pulih,
ya?!"
"Aheee—?!"
Tatapan
matanya saling bertemu, mulut Mahara pun berbusa dan pingsan.
Saling
bertatap tanpa bisa bicara dan mana
yang tersisa untuk dipergunakan, itu adalah reaksi yang lazim, apalagi
penyiksaan yang diperbuatnya terhadap mereka beberapa saat yang lalu.
Yah,
meski bukan berarti kami akan membiarkannya tertidur.
"Pahlawan."
"Ya, aku tahu. Wahai roh
cahaya, hibahkanlah ketenteraman. Magic
Heal."
Usai
kulantunkan mantera pemulihan mana,
sebuah cahaya menyelimuti Mahara, membangunkannya.
Leadred
menendangnya sebelum dia bisa mengendalikan diri.
"Ugoh—....!"
Kedengarannya
beberapa tulangnya patah, satu atau dua mungkin.
"Leadred. Aku akan mengatasi
orang ini, jadi kuserahkan Minamoto padamu. Ah, jangan dibunuh. Pukuli saja
dulu."
"Baik."
Leadred
terlihat senang.
Dia
mungkin mengelompokkan para pahlawan ini dengan orang-orang yang mengalahkannya
saat dulu.
"Nah, mungkin aku harus
membunuhmu sekarang....."
Menghunus
pedang panjangku, kutusukkan ke kaki Mahara agar dia tak bisa melarikan diri.
"Aaah—?!"
Rasa
sakitnya membuat dia terbangun sepenuhnya, yang pikirannya masih kabur. Wajahnya
langsung diselimuti air mata.
Aku
menginjakkan kakiku ke atas kepalanya dan menjatuhkannya ke lantai.
"Jadi? Bagaimana rasanya
mencium tanah?"
"Ke-Kenapa.... kenapa kau
melakukan ini?!"
Dia
menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lainnya.
"Buat apa kau menjawabku dengan
suatu pertanyaan? Bukankah kau diajarkan untuk tak melakukannya di SD? Terserahlah.
Aku akan memberitahumu karena suasana hatiku sednag baik. Open."
Aku
menarik kakiku dari kepalanya, dan hanya mengangkat dia dengan rambutnya untuk
membuatnya melihat status-ku.
Wajahnya
pun langsung pucat.
"Ka-Kau....
Ka-Katsuragi....?"
"Ya. Aku Katsuragi Daichi,
orang yang kalian semua tindas. Sekarang kau mengerti alasanku, ‘kan?"
Kutarik
pedangku dari kakinya dan menahannya pada tenggorokannya.
"Ma-Maafkan aku! Aku tak punya
pilihan saat itu!"
"Kenapa?"
"Karena nanti aku yang akan
jadi sasarannya Samejima! Be-Beneran, aku juga tak ingin melakukannya! Maafkan
aku atas segalanya, aku akan melakukan apa pun! Jadi kumohon, muaaafka—?!"
Kupukul
bagian atas kepalanya dengan tendangan kapak, tumitku menghantam tengkoraknya.
"Diam.... kau tahu? Sudahkah
kau memikirkannya? Maksudku, bukannya Hayase yang tak berbuat apa-apa juga jadi
salah satu sasarannya Samejima?"
"Ya-Yah...."
Mahara
mulai bergumam, mungkin mencoba mencari alasan untuk perkataan selanjutnya.
Sungguh bodoh.
"Tidak apa-apa. Matilah."
"Ku-Kumohon, tunggu! Tolong....
tolong jangan bunuh aku! A-Aku akan melakukan apa saja!"
Mahara
menempel pada kakiku dengan putus asa.
Menggelikan.
Sejujurnya, itu menghiburku.
Jadi
aku memberinya pilihan.
"Tentu..... Aku ingin
memperkosa Tamaki. Bantu aku melakukannya."
"A-Aku....."
"Kalau kau tidak mau, kau selalu
bisa mati?"
Kutusuk
bahunya dengan pedangku. Mahara pun menggelengkan kepalanya bolak-balik.
"Akan kulakukan, akan
kulakukan! Tolong biarkan aku membantu....!"
Dia
terus memohon dengan putus asa. Menyerahkan wanita yang dicintainya untuk
hidupnya.... serius, dia sudah tak ada
harapan. Yah, melihatnya yang seperti ini memang membuatku senang.
"Ya sudah kalau begitu. Tentu.
Aku akan membiarkanmu hidup."
"Te-Terimakasih
banyak....."
Mendengar
bahwa dia bisa hidup, Mahara terlihat lega. Dia benar-benar merasakan kesukacitaan
bisa hidup.
"Hei, berdiri."
"Ba-Baik."
Kuulurkan
tanganku pada Mahara, yang kelihatannya takkan bisa berdiri dengan kekuatannya
sendiri. Dia meraih tanganku dan berdiri.
—Dan
kutusukkan pedangku lewat ususnya.
"...... Eh? Hah?"
Mahara
terlihat seperti tak memahami apa yang barusan terjadi.
"Ke-Kenapa....? Ka-Kau bilang,
kalau membantu....."
"Ooh, itu mah bohong."
Kujawab
balik sembari tersenyum. Menarik pedangku, kudorong kembali dia.
Dia
pun terjatuh dengan sisi belakangnya.
"Bo.... hong.....?"
"Ya. Sayangnya, aku sudah punya
satu wanita yang akan kubutuhukan. Aku tak punya perasaan apa-apa pada Tamaki.
Kau pikir aku serius?"
"Tidak..... mungkin...."
Letupan
harapan yang dia dapatkan, dengan cepat diganti oleh keputusasaan.
Mahara
terlihat seperti boneka tali yang talinya dipotong.
"Pahlawan. Aku sudah selesai di
sini. Ah, meski dia pingsan."
"Begitu ya. Bisa kau bawakan ke
sini? Bariskan dia di sebelah yang satu ini."
"Dimengerti."
Leadred
mencengkram Minamoto dengan garis leher bajunya yang sekarang sudah
compang-camping, dan melemparkannya ke depan untuk menempatkannya di sebelah
Mahara. Sebuah erangan lemah keluar dari Minamoto.
"Se.... lamatkan....
aku...."
"Ku-Kumohon.....
hentikan....."
Mengabaikan
mereka, aku mensejajarkan pedangku dengan leher mereka. Aku akan melapisi
bilahnya dengan sihir tipe angin, jadi itu cukup tajam untuk memotong tubuh
orang-orang ini.
"Tentu. Aku akan membuatnya
cepat, jangan khawatir—matilah."
Kukerahkan
semua yang kupunya dan mengayunkan pedangku.
Darah
merah cerah dan dua kepala bergulir ke bawah di udara.
The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 18 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
4 komentar
min banyakin rilis the forsaken hero dunkkk...please...
Replygas minnnnn.....
makasi yak
Mantafff
ReplyLanjut min
Yandere mode on :"v
Replyakhirnyaaaa pembalasan .. lanjutkan min mantap
Reply