Arc 2.5 (Selingan)
Chapter 51 – Di Desa Avian ②
Bam! Bam! Bam!
Laura mendengar suara ketukan pintu yang keras, ia
pun bangkit dari tempat tidurnya. Begitu ia membuka pintu, ia melihat ketiga
orang petualang yang dipekerjakannya. Party-nya
terdiri dari seorang anak lelaki dan perempuan yang usianya bahkan belum genap
sepuluh tahun, dan seorang lelaki remaja.
"Bagaimana
hasilnya? Oh, anak itu—"
Dia melihat seorang gadis kecil yang bersembunyi di
belakangnya Wynn dan Leti, gemetar ketakutan. Laura pun langsung mengira kalau
gadis itulah pencuri yang selama ini mereka cari.
"Masuklah."
Dia pun mengajak mereka masuk. Untuk sesaat, matanya
terbelalak begitu melihat sayap pada punggung gadis itu. Ketiga anak tersebut
pun masuk, namun Paul masih tetap berada di luar.
"Nyonya
Laura, aku harus kembali ke guild.
Boleh aku memintamu untuk melakukan sesuatu?"
Paul meminta Laura untuk menanyakan kondisi gadis
itu setelah dia tenang, sementara dia pergi ke guild.
"Begitu,
ya. Memang akan lebih baik kalau aku yang menanyai keadaannya"
"Maafkan
aku. Rasanya agak aneh karena kaulah yang mempekerjakan kami, tapi...."
"Tak
apa. Aku bisa menanyainya, kok"
"Ah,
kalau begitu kuserahkan padamu. Ah, kalau begitu, Wynn....."
"Karena
kau akan kembali ke kota, apa kau ingin meminjam kuda? Apa kau bisa menunggangi
kuda?"
"Itu
sangat membantu"
Paul pun lekas berangkat ke Simurgh usai dipersiapkan
kuda oleh Laura. Usai melihatnya pergi, Laura pun kembali masuk ke rumah.
"Nah,
sekarang bagaimana kalu kuhangatkan air supaya kau bisa membersihkan dirimu?
Seorang gadis sepertimu seharusnya tak kotor begini"
Laura tersenyum ramah pada gadis Avian, yang
mendongak ke arahnya dengan sayap terlipat.
***
"Maaf!
Apa ada yang bisa membantuku melakukan misi penaklukan?!"
Meski sudah larut malam, Guild Petualang Cabang Timur masih dipenuhi oleh para petualang
yang mondar-mandir di sekitar. Banyak monster yang aktif di malam hari, jadinya
guild petualang pun terbuka sepanjang
waktu. Semua mata terpusat pada Paul, yang menerobos masuk dengan suara keras.
"Memangnya
ada apa?"
Tanya seorang resepsionis guild padanya. Lila pasti tengah istirahat.
"Goblin.
Kuyakin ada Goblin di dekat desa itu. Aku membunuhnya satu, tapi kita mesti
cepat membuat kelompok untuk menaklukan sisanya"
"Kalau
cuma Goblin, tidak bisakah party-mu
mengatasinya? Atau kau cuma sendirian?"
"Party kami ada tiga orang, tapi dua
orang yang lainnya cuma anak-anak pemula!"
Teriak Paul. Goblin mampu mencium bau darah dari
salah satu kawanan mereka bahkan dari jarak yang bermil-mil jauhnya. Makanya,
usai membunuh Goblin di desa Avian, Paul meminta Leti untuk menerbangkan mereka
berempat. Kini Desa Avian mungkin dikerumuni para Goblin yang terpikat oleh
darah Goblin yang mati. Apalagi, Goblin cenderung memusuhi mereka yang telah
membunuh salah satu dari jenisnya. Mereka mampu mengetahui bahwa manusia lah
yang membunuhnya lewat baunya, lalu mereka akan menyerang desa-desa dan para
pengelana terdekat. Para Goblin tersebut mesti dibasmi sebelum itu terjadi.
"Mau
bagaimana lagi. Kami akan membantumu kalau kau mengantarkan kami ke tempat itu,
tapi itu juga tergantung imbalannya"
"Yang
benar? Kalau begitu, akan kuantar. Permintaanya juga ditengahi oleh guild, jadi seharusnya imbalannya juga
dicatat"
Paul memberitahu resepsionis bahwa Lila sudah memperoses
permintaan tersebut. Resepsionis tersebut pun mengangguk dan mengeluarkan binder
dari balik konter untuk menunjukkannya pada petualang berusia sekitar empat
puluh tahunan yang menawarkan diri untuk membantu. Dia lalu bertanya pada Paul
secara merinci soal bagaimana mereka bertemu dengan Goblin sembari
melihat-lihat bindernya.
"....
Baiklah. Sepertinya imbalannya juga tak ada masalah. Party kami akan mengambil pekerjaan tersebut"
"Terima
kasih banyak. Aku Paul"
"Aku
Oort. Salam kenal. Akan kuperkenalkan anggota party-ku lainnya yang di sana."
Pria tersebut pun membawa Paul ke meja tempat
anggota party lainnya berada. Sikap
tenang mereka menunjukkan kalau party
Oort terdiri dari para petualang yang berpengalaman. Paul pun menghela napas
lega, bisa dengan mudahnya mendapat bantuan yang kompeten.
"Pemuda
itu Louis. Seperti yang kau lihat dari tombak yang ada di meja, dia pengguna
tombak"
"Salam
kenal."
Louis adalah seorang pemuda berusia dua puluhan,
dengan rambut abu-abu yang dikuncir kuda. Dia menyapa Paul dengan mengangkat
gelas birnya. Pelindung dadanya mempunyai banyak penyok dan goresan. Paul juga
bisa melihat tangannya yang tebal dan berotot.
"Lalu,
ini Eliza. Dan yang sangat mengejutkannya—dia seorang penyihir!"
"Aku
Eliza. Salam kenal"
"Oh!"
Dia pun berusia dua puluhan. Dia mengenakan jubah
longgar dengan rambut cokelat gelap panjang. Dia tak terlihat membawa senjata,
jadi mungkin bertarung hanya dengan menggunakan mantera.
"Sangat
meyakinkan untuk mempunyai seorang penyihir bersama kita!"
Paul pun menjabat tangan yang diulurkan Eliza dengan
penuh semangat. Beberapa pengguna sihir memperkenalkan dirinya sebagai
penyihir. Suatu party petualang yang
mempunyai seorang penyihir pasti sangat diminati. Dan secara langsung akan
dianggap tingkat pertama.
"Lalu
terakhir, aku sendiri. Aku pengguna kapak dan tameng"
Oort menunjuk ke kapak satu-tangan besar dan tameng
besinya yang berada di sebelah tombaknya Louis.
Dia mempunyai rambut cokelat kemarahan dan berjenggot. Paul pun mencoba
membayangkan Oort saat memegang senjatanya.
Musuh-musuhnya
mungkin akan kocar-kacir saat melihatnya, ‘kan?
Pengguna kapak, tombak, dan seorang penyihir—itu party yang sempurna.
"Aku
Paul. Aku pengguna pedang. Aku sangat bersyukur party seperti kalian ada di sini untuk membantuku mengalahkan para
Goblin. Rasanya seperti menyia-nyiakan kemampuan kalian"
"Tak
masalah! Terus, bagaimana dengan anggota party-mu?"
"Mereka
ada di rumahnya klien. Mereka cuma dua orang anak kecil"
Paul merasa agak malu. Dibandingkan dengan party-nya Oort, party-nya hanyalah sekelompok anak-anak. Sungguh tak masuk akal
untuk menempatkan mereka pada level yang sama.
"Hahaha,
kami tak keberatan, kok. Kalian para pemula sudah bekerja dengan baik untuk melakukan
penyelidikan awal. Sekarang giliran kami untuk meneruskannya"
"Tak
ada seorang pun yang langsung jadi veteran. Banggalah pada dirimu sendiri"
"Ah,
terima kasih"
"Karena
kita sudah saling memperkenalkan diri, sekarang aku ingin membahas rincian permintaannya"
Oort pun menaruh lembar permintaan yang sudah
diberikan resepsionis padanya di meja. Louis dan Eliza pun menunduk untuk
melihat lembaran tersebut.
"Paul
bertemu dengan Goblin, dan kita harus menaklukan sisanya sebelum mereka
meyerang desa-desa di dekatnya"
"Aku
penasaran, apa di sana ada Raja Goblin"
"Harusnya
ada. Tapi, ia bukan tandingan kita. Party
Paul akan mengantarkan kita ke lokasi sebenarnya. Karena mereka masih pemula,
akan kita tangani sebagian besar penaklukannya. Imbalan untuk penaklukannya
buat kami, dan imbalan buat penyelidikanya buat party-mu. Apa itu tak apa?"
"Tidak
masalah"
"Kalau
begitu, ayo bersiap-siap untuk pergi!"
***
"Maaf,
membuat kalian menunggu! Hah?"
Usai kembali dengan membawa para petualang
bersamanya, Paul pun menerobos masuk ke rumah Laura. Dia melihat ketiga orang
anak yang sedang makan sisa rebusan di dekat perapian. Dia mengenali Wynn dan
Leti, tapi di sana ada satu orang lagi.
"Apa
dia.... Avian yang itu?"
Selama dia pergi, bukan hanya mandi, tapi rambutnya
pun dirapikan. Sayap-sayap putihnya pun memancarkan cahaya keperakan pada api
unggun. Dia salah satu ras Avian, yang menandingi High-Elf, dan dikabarkan
dekat dengan para dewa dan roh. Dia cantik, hampir serupa dengan boneka. Pakaian
yang dikenakannya mungkin milik Laura yang dipinjamkan padanya karena digulung
agar muat buatnya. Dibagian belakang pakaiannya pun dibuat lubang untuk
sayapnya.
"Ini
kali pertamanya aku melihat Avian"
Seru Eliza yang terengah-engah.
"Kelihatannya
dia sudah melalui banyak hal"
Ucap Laura pada Paul. Melihatnya yang kelaparan
melahap sup tersebut membuatnya terlihat seperti anak normal ketimbang makhluk
legenda.
"Dia
masih sangat muda....."
"Apa
kau tahu apa yang terjadi?"
"Ya."
Gadis tersebut namanya Evelina. Suatu hari,
orang-orang berkepala anjing dan Goblin menyerang desanya. Itu terjadi saat
tengah malam. Orangtuanya menyuruhnya untuk bersembunyi di dalam rumah, lalu ia
pun berlindung di bawah tempat tidurnya. Dia mendengar suara pekikan dan
teriakan dari luar. Lalu, rumahnya pun terbakar. Dia akhirnya pingsan karena
ketakutan. Begitu dia sadar, sudah sunyi. Dia beruntung, karena rumahnya tak
sepenuhnya terbakar. Tapi hanya dialah satu-satunya yang selamat.
Paul dan Oort mengamati gadis tersebut, yang makan
sup dengan tenang. Eliza menangis.
"Ayo
kita balaskan dendamnya"
Ketiga petualang lainnya pun mengangguk.
"Orang-orang
berkepala anjing, ya...."
"Ketimbang
orang, lebih tepat untuk menyebut mereka fiend.
Meski, kelihatannya tak terlalu begitu berbeda dengan Evelina"
Ralat Eliza pada Oort. Kedua party petualang duduk melingkar, dan Evelina duduk pada pangkuannya
Laura. Dan Laura pun memeluknya erat-erat.
"Saat
aku memikirkan makhluk berkepala anjing, aku kepikiran Kobold, atau mungkin
semacam therianthropes?"
Dominasi para manusia binatang mencapai bagian
selatan benua Alfana. Mereka jarang terlihat di Kekaisaran Lemmroussel, yang
berada di bagian utara benua. Di bagian utara kebanyakan para prajurit bayaran
atau para petualang, sesuai dengan tubuh mereka yang besar.
*Ada perubahan terjemahan dari sumber
inggrisnya, Kekaisaran Remulshil > Kekaisaran Lemmroussell.
"Aku
pikir manusia binatang dan monster takkan bergabung, jadi kemungkinan besar itu
Kobold"
Kobold, serupa dengan Goblin, bereproduksi dengan
cepat. Mereka juga mempunyai kemampuan untuk menggunakan senjata sederhana,
namun kekuatan mereka tak berbeda jauh dengan Goblin.
"Jadi,
tempatnya di mana?"
"Oh
iya, aku penasaran seberapa jauh kalau dengan jalan kaki, ya....."
"Hah?
Bukankah seharusnya kau mengetahuinya? Kau sudah pernah ke sana sekali ‘kan
atau kau kebetulan menemukan tempat itu saat melakukan pencarian?"
"Tidak,
um sebenarnya.... kami terbang ke Desa Avian"
""Apa?!""
Party
Oort menatapnya seolah dia sudah gila.
Ya, kalian pasti
berpikir begitu.
Dia lega bahwa reaksinya takklah aneh.
***
"Oho!
Ini sungguh hebat!"
"Ini
menyenangkan!"
"Enggak
mungkin..... enggak mungkin, enggak mungkin, enggak mungkin! Ini kagak
mungkin!"
Oort dan Louis bersenang-senang melihat ke
sekeliling mereka, namun Eliza, sang penyihir, menyangkalnya. Keenam petualang
tersebut terbang ke Desa Avian dalam gelembung bercahaya yang sama.
"Dia
melakukannya tanpa mantera, dan untuk orang sebanyak ini.... a-aku tak mempercayainya"
"Ada
apa, Eliza? Gadis ini benar-benar hebat! Dia mungkin lebih hebat darimu,
‘kan?"
"Ini
sudah pada level yang benar-benar berbeda"
Seru Oort pada Eliza dengan suara riang.
"Apa
kau paham seberapa banyaknya ini melawan akal sehat sihir?! Supaya bisa terbang
di udara itu sulitnya bukan main. Dan dia bisa melakukannya, tanpa mantera
lagi! ‘Aku seperti bisa melakukannya saja,’ katanya. Bahkan seorang penyihir
kerajaan juga pasti akan melongo"
"Umm,
Eliza, apa ini benar-benar hebat?"
Eliza tak bisa tenang dengan situasi yang tak bisa
dipercaya ini. Paul pun dengan takut mengajukan pertanyaan.
"Penggambaran
sangatlah penting untuk mengaktifkan sihir. Anggap saja seperti menggambarkan
mental apa yang kau inginkan terjadi. Ini bukanlah pemikiran yang samar-samar,
harus gambaran yang jelas. Suatu lantunan mantera membuatmu bisa memperkuat
gambarannya lebih jelas untuk mewujudkan perubahan, tetapi gadis ini hanya
mengeluarkan kekuatan sihirnya tanpa mantera dan mengaktifkannya
sesukanya"
Eliza menatap Leti, orang yang mengaktifkan mantera
penerbangan.
"Sederhananya,
ini menentang semua hukum sihir! Bagi para penyihir lainnya, ini sungguhlah
mustahil!"
Leti adalah orang jenius bawaan dari lahir dalam
memanipulasi kekuatan sihir. Seperti seseorang sudah mengajarinya dasar-dasar
sihir. Tapi sepertinya dia tak tahu menahu selain dasar-dasarnya. Dari apa yang
Eliza katakan, kalau Leti hanya memerlukan kekuatan sihir secangkir saja untuk
membuat mereka terbang, Leti menuangkan kekuatan sihir seember air ke dalam
cangkir. Namun kelihatannya mereka bisa terus terbang selamanya. Pasti gadis
itu mempunyai kekuatan sihir yang tak ada habisnya. Kalau dia mendapat lebih
banyak pengetahuan soal sihir......
"Gampangnya,
gadis muda ini adalah orang yang sangat hebat. Mengerti"
"Memang
siapa sih dia ini?"
Keempat petualang lainnya pun memusatkan
perhatiannya pada Leti. Tak menyadari tatapan kagum mereka, Wynn dan Leti
tertawa gembira saat mereka terbang melintasi langit.
Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 51 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia