Monday, May 14, 2018

Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 07 Bahasa Indonesia



Chapter 07





Di hutan yang berbahaya ini sudah malam hari, dan aku tengah beristirahat di dahan pohon hanya dengan memakai celana dalamku.

Sudah beberapa jam semenjak matahari terbenam. Dinilai dari perutku yang menggerutu, mungkin sekitar jam 8-9 malam.

Di sekelilingku gelap gulita, jadi aku mesti bergantung pada cahaya bulan untuk melihat. Untungnya, bulan di dunia ini beberapa kali jauh lebih besar dan juga cahaya yang dikeluarkannya pun lebih banyak. Di kejauhan, teriakan keras menembus gemeresik hutan, mungkin monster nokturnal.

            ".... Kayaknya aku enggak bisa nyalain api, deh."

Bagaimanapun juga, ada kemungkinan monster yang menyadari apinya.

Tapi sebaliknya, kurasa api juga akan bisa menangkal mereka. Masalahnya adalah persedian yang ada di dalam ransel, botol air minum seukuran botol PET, pisau dengan bilah 20 cm, dan terakhir adalah pena dan buku catatan.

Itu artinya, enggak ada peralatan apa pun yang bisa digunakan untuk membuat api. Biar begitu, aku enggak pernah nyangka kalau sebagian besar isi persediannya akan begini.... Aku enggak perlu khawatir kelaparan dengan persediaan sebanyak ini, tapi apa beneran enggak apa-apa?

            "Enggak, ini kagak bagus."

Tenggelam dalam pikiranku sendiri, aku pun akhirnya berbicara pada diri sendiri.

Dahan-dahan yang kududuki tentunya sangat kuat karena bisa menopang dengan baik diriku dan ransel yang berat.

Sudah sekitar 3 jam berlari tanpa henti sebelum akhirnya aku berhasil lolos dari para Grand Grizzly dan Blue Grizzly. Aku berhasil bersembunyi, tapi aku enggak bisa sepenuhnya lolos dari mereka. Sementara aku bertanya-tanya kenapa, aku pun berkesimpulan bahwa mereka mengikutiku lewat bau.

Dengan berpikiran begitu, aku pun memutuskan untuk mencoba membersihkan diriku dan enggak lama kemudian, aku pun menemukan air terjun dan tanpa ragu-ragu langsung nyebur.

Alhasil, beruang-beruang pun bertebaran tapi pakaianku basah kuyup.

            "....."

Gimana nih sekarang?

Tujuannya adalah untuk memburu Grand Grizzly, tapi enggak peduli seberapa percaya dirinya aku dengan kemampuan fisikku, rasanya aku enggak bakalan bisa memanfaatkannya sepenuhnya.

Kalau begini, apa yang harus aku lakukan?

            "Saat ini, peralatan yang bisa kupake....."

Pisau, buku catatan, dan pena.

Untuk saat ini, aku mengenakan celana yang masih basah dan menyarungkan pisau pada ikat pinggangku.

            "Buat ngalahin musuh, kau harus mengenali mereka dulu.... pena mungkin bisa lebih kuat dari pedang, atau begitulah kata mereka."

Buat saat ini aku mesti membuat beberapa rencana; tempat sekarang aku berada ini akan aku jadikan base camp. Untungnya, di dekat sini ada sungai. Aku khawatir mungkin ada parasit-parasit di air tapi dalam keadaan sekarang ini, aku hanya bisa berdoa.

            "Semua ini terasa seperti pertanda buruk saja..... tapi..... akan kutunjukkan bahwa aku bisa mengatasinya."

Aku menggunakan sihir penyembuhan pada tubuhku dan mulai merasa cukup nyaman hingga sampai bisa tertidur. Ups, sebelum itu—aku mengeluarkan pisau dari ikat pinggangku dan menancapkannya pada pohon yang aku naiki tadi.

            "Hari pertama...."

Dilemparkan ke hutan, pertarungan seorang pria akan segera dimulai.


Besok paginya, aku bangun pagi-pagi dan hanya sarapan sedikit, kemudian mencucinya dengan air dari botol air minum. Selesainya memakai kaos dan celana panjang, dan memastikan perlengkapannya beres, aku pun pergi ke kedalaman hutan sembari tetap menundukkan kepalaku.

Pena dan buku catatanku juga disimpan di tempat yang bisa dengan mudah aku keluarkan kapan saja.

            "..... Di mana ini?"

Menandai pepohonan yang aku lewati dengan menggunakan pisau, aku memeriksa sekelilingku. Tepat sebelum aku berangkat, aku membersihkan lagi tubuhku di sungai sehingga aku enggak perlu khawatir dengan baunya..... Biarpun enggak akan ada gunanya kalau aku ketahuan lagi.

            "....."

Ada banyak monster-monster di hutan selain Grand dan Blue Grizzly. Meski aku belum melihat monster-monster lainnya selain yang dua itu. Biarpun aku enggak mau juga, aku mungkin akan segera menemui mereka.

            "....! Ini....."

Ada tiga robekan yang dalam pada suatu pohon; itu adalah bekas cakar dari makhluk besar. Dari ukuran cakarnya, kemungkinan besar itu ulah Grand Grizzly kemarin.

Aku mesti lebih berhati-hati di area ini.

            "?!"

Suara gasagasa bergemeresik dari semak-semak di depanku.

Apa ada sesuatu di sana?

Mendekati semak-semak itu dengan hati-hati, aku menghunus pisauku untuk berjaga-jaga. Aku dengan cepat menyeka keringat dari dahiku. Kalau itu benar-benar buas, aku akan langsung kabur.

Gulp.

Aku menggenggam pisauku dengan pegangan terbalik dan menusukkannya—

            "Kyuu...."

Seekor hewan berbulu hitam muncul.

            "Apa itu.... kelinci?"

Hewan berbulu di hadapanku itu sebenarnya adalah kelinci liar hitam, telinganya berdiri macam antena. Kelinci tipe ini enggak disebutkan dalam buku yang Rose berikan padaku. Kelinci tersebut terbaring di tanah dan menatapku dengan mata merah besarnya. Besar, bulat.... mata yang imut. Rupanya yang menggemaskan itu menggetarkan hatiku, tapi aku juga menyadari bahwa kelinci tersebut kesulitan bergerak.

            "Apa kau terluka?"

            "Kyu."

Angguk si kelinci.

Aku enggak bakalan repot-repot bertanya kenapa kau bisa memahamiku. Enggak ada gunanya membawa akal sehat dari duniaku sebelumnya.

Mari kita periksa di mana lukanya.

Aku pun mendekati bagian samping si kelinci, di kakinya terdapat luka, mungkin ulah monster.

            "Tetap diam, ya?"

Suatu cahaya hijau pucat memancar dari tanganku, dan aku menahannya ke dekat luka kaki belakangnya. Beberapa detik kemudian aku menyingkirkan tanganku, lukanya pun lenyap tanpa bekas.

Ini adalah hasil dari latihanku. Biarpun kebanyakannya aku menggunakannya pada diriku sendiri, kelihatannya menyembuhkan orang lain jauh lebih cepat. Memikirkan ini, aku sekali lagi terkejut dengan seberapa hebatnya sihir penyembuhan itu.

            "Lukanya sudah sembuh. Jangan sampai terluka seperti ini lagi."

Aku pun segera meninggalkan kelinci itu.

Aku sempat berpikir untuk membawannya pulang karena rupanya yang menggemaskan, tapi tujuanku di sini adalah untuk menunddukkan Grand Grizzly—Aku enggak punya waktu untuk bimbang karena kelinci.

Akan tetapi, kelinci itu mendekatiku saat aku pergi.

Tanpa berkata apa pun, kelinci itu terus mengikutiku....  Eh, apaan ini?

            "Hei, hei, kalau kau tetap bersamaku, kau akan diserang oleh Grand Grizzly, lo? Atau apa kau tahu di mana Grand Grizzlu itu berada?"

            ".... Kyu."

Kelinci itu menggelengkan kepalanya, tapi kelihatannya memberitahuku untuk mengikutinya dan pergi. Aku pun mengejarnya, enggak ada salahnya untuk melihat apa yang ingin ditunjukkannya padaku. Entah bagaimana, rasanya aku bisa mempercayai kelinci ini—enggak ada alasan khusus sih, aku hanya punya perasaan begitu saja.

            "Kyu—!"

Pyonpyon. Saat kelinci itu membuat semacam suara lompatan dan maju melewati hutan, aku melihat kedua telinga macam antenanya menunjuk ke suatu arah.

..... Telinga itu, apa fungsinya seperti radar atau semacamnya?

Sembari berpikir begitu, aku mengejar kelinci yang gesit selama 10 menit sebelum akhirnya berhenti.

            "Ada apa?"

            "Kyu kyu."

            "Uwa! Ap-apa itu?"

Kelinci itu mendadak melompat ke bahuku.

Bulu hitamnya menggelitik bagian bawah leherku.

Yah, enggak terlalu berat sih.

Apa-apaan sih si kecil ini? Kau menggemaskan sekali. Telinga si kelinci menunduk ke dapan dan kelihatannya mengisyaratkan sesuatu.

            "Kyu."

            "..... Lihat ke depan?"

Seperti yang diduga, kelinci ini kelihatannya memahami kata-kataku. Tapi karena kau menggemaskan, akan kumaafkan kau.

Memaksa maju melewati tumbuh-tumbuhan, aku pun melihat dua Blue Grizzly pada suatu gua yang gelap.

..... Eeh?!

Aku menutup mulut dengan tanganku.

Kalau aku berteriak, aku pasti akan memberitahukan posisiku. Gua itu kelihatannya sarang mereka.

            "..... Makasih atas bantuannya."

Bisikku pada si kelinci di bahuku.

Kelinci itu menanggapinya dengan menjadi malu dan mulai merapikan diri.

Kau makhluk kecil yang pemalu.....

Karena aku sudah menemukan gua mereka, aku pun mengeluarkan pena dan buku catatanku.

            "Kyu?"

            "Eng, kau tanya ini apa?"

Rasanya enggak mungkin aku bisa keluar tanpa luka kalau aku pergi dan bertarung melawan beruang. Kalau begini, aku enggak punya pilihan selain memanfaatkan kelemahan lawan. Kalau begitu—

            "Buku harian pengamatan."

Nah, biarpun aku harus mempertaruhkan hidupku untuk menulis buku harian ini, aku akan melakukannya!


⟵Back         Main          Next⟶




Related Posts

Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 07 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh

1 komentar: