Chapter 20 – Menjadikannya Budak, dan Dua Iblis ①
"Kerja bagus, Leadred."
Aku
menepuk tangan Leadred, yang tengah membawa dua orang pahlawan yang tak
sadarkan diri pada bahunya.
Tak
ada seorang pun yang mati. Ia hanya menyerang bagian belakang leher mereka
menggunakan pedangnya supaya mereka pingsan.
"Lebih baik aku mengambil yang
satu ini untuk orang yang sedang menunggu di luar, ya?"
"Dia juga salah satu budakku,
dan yah.... apa mungkin aku harus meninggalkan pesan buatnya?"
Supaya
bisa memanfaatkan Hayase dengan baik, kuberitahu Leadread apa yang kupikirkan.
".... Begitu, ya. Dengan kata
lain, seandainya itu bukan aku, tapi Anda, Pahlawan, yang membawanya?"
"Ya. Urusan penyesuaian
konsistensinya biar aku yang urus."
Kalau
kugunakan Absolute Command,
seharusnya berhasil.
Hayase
menyukaiku yang berperan sebagai Yuuji. Aku pasti akan membuatnya berguna.
"Dimengerti. Kalau begitu, aku
akan mengambil yang satu ini."
"Tolong, ya. Aku akan mengambil
Shuri dan Tamaki. Apa ruangan itu aman untuk dimasuki?"
"Shuri sudah membersihkan semua
demon yang ada di dalamnya, tolong puji
dia nanti."
Aku
hanya bisa membayangkan Shuri yang bekerja keras untuk memusnahkan demon-demon tersebut.
Pfft.
Itu
membuatku tersenyum.
"Baiklah. Kita akan bertemu
lagi nanti."
Aku
mengangkat tinjuku, dan Leadred membenturkannya dengan tinju miliknya.
"Meski
baru pertama, tapi sudah tiga orang. Kerja bagus."
"Oh,
terima kasih."
Saat
kuucapkan terima kasih. Leadred menggaruk pipinya dengan canggung. Lalu ia pun
pergi dengan membawa Hayase ke ruangan yang tangganya mengarah ke atas.
"Nah, sekarang."
Akan
mudah untuk membunuhnya saat tak sadarkan diri, tapi situasinya tak
memungkinkan untuk melakukan itu.
Selain
itu..... dia temannya Shuri.
"Haaah. Untuk saat ini kubawa
saja dulu ke sana."
Menggendong
tubuhnya Tamaki yang halus, aku pun mulai berjalan ke ruangan yang baru-baru
ini digunakan sebagai tempat eksekusi.
"Daichi!"
Saat
membuka pintu, Shuri yang berdiri tepat di samping pintu masuk berlari
menghampiriku.
Dia
sangat layak dipuji, layaknya peliharaan kecil yang menggemaskan.
"Selamat datang kembali. Apa
kau terluka?"
"Tidak. Mereka terlalu ceroboh."
"Sungguh? Baguslah kalau
begitu."
Shuri
menempatkan tangan pada dadanya dan menghela napas lega. Mataku tak kuasa untuk
bergerak ke atas dan ke bawah pada dadanya.
"Yang lebih terpenting, aku
ingin menanyakan padamu apa yang ingin kau lakukan dengan yang satu ini,
Shuri."
Aku
menempatkan pahlawan, Tamaki, ke lantai.
"Eh, dia.... Yui?"
Shuri
terkejut dengan pertemuan kembali mereka yang tak terduga.
"Ya."
"Kau membawanya ke sini,
jadi.... dia juga?"
"Ya, aku akan menjadikannya
budak."
"Begitu..... ya."
Shuri
menunduk usai mendengar tanggapanku. Kurasa dia masih sulit untuk menerima
teman dekatnya dibunuh.
"Maaf, tapi aku tak punya niat berhenti
sekali pun kau yang menentangnya. Aku mesti mempunyai orang-orang yang kuat
untuk melawan Samejima."
"..... Ya."
Jawabnya
dengan singkat.
"Apa kau tak puas?"
"Tidak! Hanya saja....
eng..."
Shuri
mulai mengatakan sesuatu, tapi kemudian menutup mulutnya. Matanya melihat ke
sana-sini.
"Hanya saja, Yui itu sangat
manis.... eng, dia mungkin.... mengambil Daichi dari.... ku..."
"Maaf, Shur—.... hah?"
Aku
mulai menanggapi apa yang mungin bakal ia katakan, tapi itu membuatku terkejut.
Ada
yang bilang bahwa gadis yang sedang jatuh cinta punya banyak masalah, tapi
tetap saja, itu mengejutkanku.
Rasanya
aku perlu menjelaskan hubungan kita di sini.
"Shuri."
"Y-Ya."
"Bagiku tak ada yang lain
selain dirimu. Tidak ada. Selama kau menyukaiku, perasaan tersebut takkan
pernah berubah."
"Da-Daichi...."
Dia
memelukku, pipinya mulai merona.
Melihatnya,
aku pun menyadari sesuatu.... Gadis ini.... dia tak sedih sama sekali.
......
Jangan-jangan.....?
"Shuri."
"Ada apa, Daichi? Shuri yang
kau cintai tepat berada di sini untukmu."
"..... Itu sengaja, ‘kan?"
Tubuhnya
yang berada dalam pelukanku pun mulai menegang. Dia mendongak dengan
ekspresinya yang malu-malu.
".... Kau menyadarinya?"
Dia
menjulurkan lidahnya dan pura-pura terlihat bodoh.
"Menunjukkan sesuatu yang
begitu manis pada majikanmu lebih dari yang pantas kuterima, tapi tolong jangan
terlalu banyak melakukannya."
"Maaf. Tapi entah bagaimana, rasanya
aku harus menghiburmu....."
Dia
menatapku sembari mencengkram keliman pakaiannya. Sunguh licik.
"Pembohong."
"Aw—"
Kusapu
rambutnya dan menyentil dahinya.
"Shuri. Tolong jangan lakukan
hal-hal seperti itu lagi di dungeon.
Kau boleh berbuat sesukamu setelah kita kembali ke permukaan."
"Kalau begitu, peluk aku saat
kita kembali nanti."
"..... Karena inilah aku—?!"
Lidahnya
menerjang mulutku.. Air liur ludah kami pun bercampur, mata hitamnya menatapku.
Napas kami pun menjadi berat.
Tak
lama kemudian, dia pun perlahan-lahan melepaskanku.
Sehelai
benang transparan membentang di antara bibir kami. Memikat. Sifat kekanak-kanakkannya
benar-benar terlihat.
"Tolong peluk aku, oke?"
".... Baiklah."
"Yay, aku mendapatkan janjimu."
"Berbuat seperti itu tidak
adil."
"Aku sudah sangat bersabar
karena berada jauh darimu, Daichi. Jadi mohon maafkan aku."
".... Oh baiklah."
Saat
dia menyandarkan dirinya padaku, aku pun mengelus kepalanya untuk beberapa
saat.
Dia
menutup matanya karena malu dan—
".... Apa yang kalian berdua
lakukan, tidak bisakkah melakukan itu nanti?"
—kami
pun berhenti.
Layaknya
mesin yang berkarat, kami pun berbalik dengan perlahan.
Melihat
si iblis bertanduk yang melotot pada kami dengan tatapan membunuh yang tak
begitu mengenakkan, kami pun hanya bisa tersenyum kecut.
The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 20 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
1 komentar:
hahaha....leadred nya semburu..
Replymantap min lanjud kan....