Chapter 19 – Bimbing Kami, Pahlawan ④
*** Sudut Pandang Tamaki Yui ***
Seselesainya
meloloskan diri dari Rigal Den,
sekitar setengah dari teman sekelas kami mundur dari pertempuran. Ketakutan
akan para demon sudah tertanam dalam
benak mereka.
Tetapi,
kami—beberapa dari kami yang mentalnya masih bagus—dikirim untuk menundukkan dungeon baru. Dipandu oleh seorang
pengawal yang bernama Yuuji.
Sebagai
seseorang yang penuh perhitungan, dia berhasil mendapatkan hatinya Hayase, dan
bahkan selalu tersenyum meski itu jelas menggangguku, dia adalah lelaki yang
cukup aneh. Dia itu orang baik hati yang bahkan rela untuk pergi menyelamatkan
Mahara meski selama ini kerap mengeluhkan ini dan itu, bahkan tak sempat
berpikir untuk meninggalkannya.
"Aku penasaran, apa mereka
baik-baik saja....."
"Me-Mereka pasti baik-baik
saja. Yuuji dan yang lainnya kuat."
"Hmmm? Jadi kau memanggilnya
Yuuji, sedangkan Minamoto dan Mahara yang lainnya?"
"Ah, a-aku tak punya maksud
khusus, kok!"
....
Wajahnya semakin memerah....
Saat
ini Hayase sudah jadi budaknya Yuuji. Yah, dilihat dari keadaan dan cara dia
diperlakukan, wajar kalau dia jadi begitu.
Kecintaannya
terhadap buku dan kepribadiannya yang tenang dan pemalu, aku cukup yakin kalau
ini kali pertamanaya dia berbicara seperti itu. Hayase sendiri terlihat
menyukainya, jadi akan kubiarkan saja~.
....
Meski begitu.
"Mereka cukup lama, ya."
Kulihat
jam tanganku, dan ternyata mereka sudah pergi selama satu jam. Kurasa memang
sedikit memerlukan waktu untuk membereskan Rumah
Monster.
.... Atau.
Skenario
terburuk terlintas dalam benakku.
Aku
tak ingin melihat siapa pun mati lagi.
Aku
kehilangan sahabatku saat di Rigal Den.
Namanya
Hamakaze Shuri. Sebagai seseorang dengan karakter seperti maskot kelas, Shuri,
Nanami, dan aku adalah teman baik.
Bahkan
setibanya di dunia ini, kami saling menyemangati satu sama lain untuk melakukan
yang terbaik sebagai seorang pahlawan.
Tetapi,
di hari itu... Shuri terlambat melarikan diri dan tertinggal. Nanamin mencoba
untuk membantunya, tapi Samejima menghentikannya.
Namun
aku juga tak bisa menyelahkan Samejima. Bagaimanapun, aku juga lebih
mementingkan hidupku sendiri. Aku bahkan belum sempat untuk mencoba
membantunya.
".....—"
Aku
menyingkirkan pemikiran buruk yang membayangiku.
Sulit
untuk tahan hanya dengan berdiri waspada dalam waktu yang lama di gua yang gelap
dan lembap ini.
Bahkan
melihat ke sekeliling pun semuanya sama. Hanya ada cerminanku di kristal.
Sungguh
menyedihkan.....
Itu
terjadi tepat saat aku berpikir begitu.
"Oh, Yuuji!"
Aku
mendengar suara riang Hayase dari sampingku.
Sepertinya
Yuuji sudah kembali. Aku pun dengan cepat berlari menghampirinya.
Masih
melayangkan senyuman basinya itu, Yuuji pun menepuk kepalanya Hayase. Namun ada
yang berbeda, yakni darah dan luka yang membalutinya.
Kelihatannya
pertarungannya sangat sengit.
"Maaf membuat kalian menunggu.
Memerlukan waktu yang cukup lama. Apa Anda baik-baik saja?"
"Y-Ya! Tamaki
melindungiku!"
"Begitukah? Keraja bagus,
Tamaki."
Dia
menepuk kepalaku dengan lembut juga.
H-Hmm....
ini.... ini memalukan.
"Ja-Jangan memperlakukanku
seperti anak kecil! Dan juga, berhentilah menepuk kepalaku!"
Dia
tersenyum seolah itu mereptokan saat aku berkata begitu.
"Tidak, aku mesti melakukan
ini—supaya kau tidak melarikan diri."
Di
saat-saat berikutnya, aku melihat Hayase.... pingsan, di belakang Yuuji.
Hah?
Apa?
"Ha-Hayase?!"
Aku
menyingkirkan tangannya dan menghampiri teman sekelasku yang terjatuh. Akan
tetapi, aku tak bisa bergerak karena tanganku digenggamnya.
"Yuuji?! Kenapa—lepaskan
aku!!"
"Tidak usah khawatir. Hayase
belum mati, aku juga tak berniat membunuhnya, kok."
"Hah? Ap-Apa yang kau....
kyah—!"
Lengan
Yuuji menyambarku dan menarikku ke dalam pelukkannya.
"Yu-Yuuji?! Ini bukan waktunya untuk
bercanda!!"
"Aku tak bercanda. Aku sangat
serius. Bahkan sekarang pun, aku menantikannya."
Dia
mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan berbisik manis ke telingaku.
"Untuk—membunuhmu."
Akan
tetapi, apa yang dibisikannya bukan cinta, melainkan hukuman mati.
"Ap-apa—!"
Sebelum
aku sempat menyelesaikannya, aku merasakan benturan yang kuat di belakang
leherku.
.....
Penglihatanku..... memudar.....
Dengan
begitu, kesadaranku pun hilang.
The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 19 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
1 komentar:
mansap min..langsung up 2...
Replygasss min....