Chapter 27 – Ia yang Dihidupkan Kembali dari Kematian ⑤
*** Sudut Pandang Hamakaze Shuri
***
"..... Beraninya kau lakukan
itu pada Katsuragi!!"
Aku
larut dalam kemarahan seketika mendengar teriakan menyedihkan, dan mengaktifkan
sihir tingkat kekaisaran, Berserk
Tempest.
"Berserk Tempest!!"
"Blizzard Prison!!"
Musuh
kami pun menggunakan sihir dengan tingkatan serupa yang sama pula kuatnya. Pada
momen tersebut, aku lupa hasil yang akan terjadi bilamana kedua sihir dengan
tingkatan yang sama saling berbenturan.
Sebagaimana
dengan hasil yang sudah jelas, aku tahu akan kalah terhadap Blizzard Prison miliknya. Akan tetapi,
tak apa.
Ini
kesalahan yang mesti kutanggung. Aku akan mati, tapi ini sudah jadi tanggung
jawabku. Selain itu, aku yakin pada akhirnya Katsuragi lah yang akan menang.
Tapi
untuk suatu alasan, aku didorong ke samping.
—Oleh
sahabatku, Yui.
Selama
ini dia selalu mengajakku mengobrol, meminta maaf... mencemaskanku. Namun, aku
hanya menanggapinya dengan dingin.
Biarpun
begitu, dia memutuskan untuk menyelamatkanku sekali pun harus mengorbankan
tubuhnya, supaya kesalahan yang dibuatnya pada hari itu tak terulang kembali....
Namun
tetap saja, masih terlalu cepat buatku untuk terkejut. Karena setelahnya,
seseorang mendorong jauh Yui.
Seseorang
tersebut, ialah orang yang baik. Orang yang teramat sangat penyayang. Seseorang
yang membuat orang-orang yang bersamanya merasa lebih bahagia.
Orang
tersebut ialah Katsuragi.
Dia
sudah menyelamatkanku. Walaupun terkadang berbuat hal-hal yang megerikan, dia
takkan berhenti meskipun itu sulit.
Orang
seperti itulah dia itu. Kemungkinan dia juga tak sanggup membiarkan Yui mati. Dia
adalah tipe orang yang akan selalu bersikap baik terhadap orang-orang yang
penting buatnya.
Dadaku
terasa sesak.
Lalu,
hal yang tak kuharapkan pun terjadi.
Yui
mencium Katsuragi. Dia juga nampak tak keberatan, dan menanggapinya.
"Ah....."
Tubuhku
tiba-tiba serasa kehilangan kekuatannya.
Katsuragi
memberitahukan sesuatu pada Yui, dan Yui pun membalasnya, yang membuat
Katsuragi tersenyum.
Lalu
dia pun terperangkap di dalam es tersebut.
".... Ah.... Ah...."
Katsuragi
pasti sudah mengatakan sesuatu padanya. Dan sekarang Yui pasti mulai
menyukainya.
Kalau
tidak, mana mungkin dia mau mencium seseorang yang sangat dibencinya.
Hanya
ada satu cara untuk memastikannya.
Aku
harus mendengarnya langsung dari mulut Katsuragi.
Aku
ingin dia berkata bahwa aku ini keliru. Membuatnya berkata bahwa akulah
satu-satunya orang yang dia cintai. Membuatnya memelukku, dan membisikan ke
telingaku bahwa aku ini adalah miliknya.
Supaya
itu semua bisa terjadi.... maksudku, supaya aku bisa membuatnya berbuat
begitu....
".... Aku harus membunuh
Fantra."
Menatap
ke arah pria yang menjengkelkan—pria yang menempatkan Katsuragi ke dalam es
itu, aku benar-benar harus membunuhnya.
Kuberdiri,
memusatkan sepenuhnya mataku padanya.
Aku
tak bisa berpikir jernih.
Pikiranku
terasa suram. Layaknya sebuah bom yang meledak di dalamnya.
Kalau
sudah begini, siapa juga yang perlu berpikir?
Aku
hanya harus membunuhnya. Ya, itu saja sudah cukup. Selama aku bisa bersama
Katsuragi, itu sudah cukup buatku.
"Demonslayer, aktifkan."
Beberapa
saat sebelumnya tubuhku serasa terbuat dari timah, tapi sekarang rasanya
seperti bulu.
Aku
tak boleh membuang-buang waktu. Aku harus mengakhiri ini dalam lima menit.
"Oh? Jangan-jangan kau masih
berniat melawanku? Apa kau masih belum paham juga perbedaan di antara kita usai
memperlihatkan sihir kecilmu itu?"
"Selama aku tidak menggunakan
sihir, aku bisa menang."
Kalau
sihir memang ancaman, aku hanya perlu membuatnya tak menggunakan sihir. Dengan perasaanku
yang sekarang ini, rasanya aku bisa melakukannya.
"Sungguh bodoh sekali kau ini.
Mana mungkin kau bisa melakukannya!"
"Aku takkan tahu kalau belum
mencobanya—tidak, aku pasti bisa."
Kuambil
belati yang kujatuhkan dan mengayunkannya beberapa kali di udara.... yah,
cepat.
"Aku tak keberatan membiarkanmu
pergi, lo? Sekarang ini aku benar-benar
merasa segar. Selain itu, kau ini orang yang sudah dibuang, sama sepertiku. Aku
tak suka menghajar wanita yang patah hati."
".... Diam. Aku ini belum dibuang. Dia memang harus melakukan
itu."
Benar.
Katsuragi akan melakukan apa pun yang diperlukan. Dia bahkan tidak akan ragu kalau
itu adalah sesuatu yang harus membunuh seseorang. Aku juga yakin apa yang
dilakukannya dengan Yui adalah sesuatu yang meti dilakukannya.
"Baiklah. Kalau kau memang
menginginkannya, maka rasakan lagi saja sihirku ini!"
Fantra
menentikkan jarinya.
Bersamaan
dengan itu, aku—aku mempercepat pergerakanku.
Momen
yang teramat singkat pun berlalu, bahkan sedetik pun mungkin tidak.
Kecepatanku
melampaui pergerakan yang bisa diikuti mata Fantra, aku pun sampai di belakang
punggungnya.
".... Eh?"
Fantra
masih belum menyadari keberadaanku. Kutarik lenganku ke belakang punggungku—
"Di belakangmu."
"Apa—....?!"
—dan
mengayunkan tinjuku lurus ke wajahnya. Dampak dari pukulan tersebut mengirimkan
darah ke seluruh wajahnya.
".....!"
Kehilangan
kemampuannya untuk melihat atau mendengar, pria itu mundur beberapa langkah dan
menjentikkan lagi jarinya.
Cahaya
yang berkumpul di wajahnya pun memulihkannya.
"Ka-Kau....! Apa-apaan kau
ini?!"
Aku
memukul wajahnya lagi. Akan tetapi, karena saat ini ada lapisan es yang berguna
sebagai tameng di antara tinjuku dan wajahnya, pukulanku pun tak sanggup
menembusnya.
Aku
tak boleh membiarkan dia menjauh.
Aku
mendekat sampai pada jangkauan belatiku.
"Yah!"
"Multi Blockade!"
Sadar
bahwa dia takkan bisa menghentikan seranganku dengan lapisan es-nya, dia pun
langsung beralih menggunakan dinding.
Melompat
ke udara dan menempatkan kakiku bersamaan, aku pun berjungkir balik secara
vertikal dan melakukan tendangan ke bawah padanya. Fantra pun terkejut dengan
perubahan taktikku yang tiba-tiba.
"Guh.....!"
Dia
menyilangkan lengan di atas kepalanya untuk menerima seranganku, tapi lengan
rampingnya tak mungkin bisa menghentikan seranganku dan lengannya pun dengan
mudah patah karena tak bisa menerima guncangan.
"Aaaah?! Beraninya kaauuu....! Ice—"
"Takkan kubiarkan!!"
Mendengar
dia yang mulai merapal, kutendang dia ke tembok dengan tulang keringku. Dia membuat
cekungan di tembok sebelum jatuh lemas ke tanah, tak mampu berdiri kembali.
Aku
tak boleh melewatkan kesempatan ini.
Fantra
mulai berdiri kembali, jadi kupotong lengannya.
Aku
juga tak berhenti menyerangnya.
Kucengkram
lehernya dan kudorongkan ke tembok, lalu kupul lagi wajahnya dengan tangan
kananku. Terakhir, aku melompat dan mendorongnya lebih dalam lagi ke tembok
dengan tendangan memutar.
Kepalanya
tergantung lemas, dia sudah tak bernapas lagi.
"Karena kaulah
Katsuragi....."
Menusukkan
belatiku ke tempat di mana jantungnya seharusnya berada, kurobek area tersebut
dengan segenap kekuatanku. Aku mengubah genggaman pada belatiku menjadi
genggaman terbalik dan mengayunkannya lagi padanya.
Secara
vertikal, diagonal, dan horizontal.
Aku
memutilasinya.
Supaya
dia takkan pernah muncul lagi di hadapan kami.
Aku
mengubahnya menjadi segumpalan daging.
Pada
akhirnya, karena tak ada lagi yang bisa kupotong terpisah, aku pun berhenti. Sisa-sisa
yang berada di hadapanku sudah tak terlihat seperti makhluk hidup lagi.
"Haah.... Haah....
Haah...."
Aku
pasti sudah membunuhnya.
Tengkoraknya
hancur, jantungnya terbelah menjadi beberapa bagian, tubuhnya termutilasi. Dia
bahkan tak mempunyai jari untuk mempergunakan kristal-kristalnya, jadi
seharusnya dia tak bisa menggunakan sihir lagi sekali pun dia masih hidup.
Aku
menang. Sekarang Katsuragi bisa kembali normal!
Diluapi
dengan rasa penyelesaian, aku melihat ke Katsuragi dengan harapan tersebut.
Akan
tetapi, Katsuragi masih diselimuti es.
"Eh, kenapa....?"
Fantra
sudah dikalahkan. Aku sudah mengambil nyawanya dengan tanganku sendiri.
Tapi
kenapa Katsuragi belum bebas?!
Apa
aku melakukan sesuatu yang salah?!
Apa
hanya Fantra yang bisa melepaskan sihirnya?
Atau
apa ada alasan lain?
"Shuri! Di belakangmu!"
Mendengar
teriakannya Yui membuatku tersadar kembali dari pemikiran-pemikiranku.
Begitu
kuberbalik, aku melihat Fantra yang hampir sepenuhnya meregenerasi dan
mengmapiriku dengan pedang di tangannya. Aku mencoba menghindarinya dengan
melompat mundur—tapi tiba-tiba, tubuhku serasa merasakan beberapa kali
gravitasi normal, membuatku nyaris tak bisa mundur selangkah pun.
Mengapa
harus terjadi sekarang......
Demonslayer
berakhir....
Tepat
setelahnya, aku merasakan dadaku yang tertusuk, dan jatuh pingsan.
The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 27 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
2 komentar
bantai min..
ReplyThanks for the chapter min ,, semangat min buat update nih TFH ya..
Reply