Chapter 31 – Sang Dewi Iblis
Usai
Katsuragi Daichi dan rekan-rekannya pergi, hanya menyisakan Fantra Angus saja
di dalam ruangan yang sunyi.
Dirinya
sendiri mati ditindih lapisan es.
Akan
tetapi, dia adalah sang raja undead.
Dia
mempunyai teknik yang membuanya bisa hidup kembali lewat penggunaan mana.
Sesudah
menyingkirkan es yang berat, dia pun pergi ke ruangan teleportasi usai
beranggapan bahwa Daichi dan rekan-rekannya sudah menggunakan ruangan
teleportasi tersebut.
"Akan kubunuh kau....! Aku
pasti akan membunuhmu.....!"
Sedari
pertama kalinya dilahirkan ke dunia ini, Fantra sudah teramat disanjung dan
dimanja. Ini semua berkat bakat sihirnya yang begitu hebat, dan nyatanya pun
tak ada yang sanggup menyainginya. Dia sudah banyak menghancurkan semangat para
penyihir menjanjikan satu per satu.
Karena
tabiatnya tersebutlah dia dibuang dari negaranya saat masih muda, dan dibunuh
oleh sejumlah besar monster-monster di daerah perbatasan.
Orang
yang membawa kembali dari kematiannya adalah sang pemimpin pasukan iblis,
Messiah.
Ia
menilai tinggi bakat yang dimilikinya.
Fantra
berterima kasih pada Messiah karena sudah memberinya kehidupan kedua,
menghormatinya, dan jatuh cinta padanya. Dia dibunuh oleh monster-monster Messiah
sendiri yang tak ada sangkut pautnya.
Ia
berwibawa dan penuh percaya diri. Perangainya yang terampil tak menghasilkan
gerakan yang sia-sia. Mata hitamnya mempunyai keindahan obsidian. Kakinya yang
mempesona mengitip keluar dari balik gaunnya.
Itulah
kesan Fantra terhadap Messiah.
—Kini,
seorang gadis yang bertentangan dengan wanita itu muncul di hadapan Fantra.
"..... Siapa kau?"
Fantra
memelototi gadis itu dengan curiga. Mana mungkin ada gadis biasa yang masih
muda bisa berhasil ke bagian dalam dungeon
ini.
Menilai
bahwa ia bukanlah orang biasa, dia pun bersiap menggunakan sihir.
Fantra
mempunyai kemampuan unik yang diebut Incantion
Substitution.
Itu
merupakan kemampuan yang membuatnya bisa menggantikan bagian mantera sihir
dengan suatu tindakan.
Dia
dengan mudah mengalahkan semua orang yang menentangnya dengan kemampuan
tersebut.
Akan
tetapi, dia tak menggunakannya pada gadis ini.
Karena
dia mendengar suaranya.
"—Kau sudah melupakanku,
Fantra?"
Hanya
itulah yang diucapkannya.
Akan
tetapi, Fantra takkan pernah salah mengira terhadap suara yang jelas tersebut. Dia
takkan pernah melupakannya.
Itu
adalah suara dewi tercintanya.
Dia
pun lekas berlutut dan menundukkan kepalanya. Dia bahkan meneteskan air mata. Dia
akhirnya bertemu kembali dengan majikannya.
"Kelihatannya kau sudah
menyadarinya."
"Maaf atas kesalahanku
ini! Fantra Angus ini takkan pernah bersikap tak sopan pada majikannya.... akan
kuterima apa pun itu hukumannya!"
"Tidak usah begitu formal. Aku hanya
ingin melihatmu setelah sekian lama tak berjumpa."
Ucapannya
mengejutkan Fantra.
Dewi
yang disanjungnya sampai repot-repot turun demi melihatnya?
Untuk
melimpahi dia dengan cintanya?
"Bisa kau angkat kepalamu? Aku ingin
membakarmu ke dalam ingatanku."
Dia
mendengarkan perkataannya dengan saksama, tak membiarkan satu kata pun
terlewat.
Kegembiraannya
tak bisa diungkapkan dalam kata-kata. Dia bahkan sudah lupa mengenai Daichi dan
rekan-rekannya.
"Kalau Anda tak keberatan.....
maka dengan senang hati."
Fantra
mengangkat kepalanya seperti yang dibilang.
Saat
melakukannya, seharusnya dia bisa melihat wajah dari wanita yang dicintainya
itu. Akan tetapi, gadis tersebut menempatkan tangannya pada wajah Fantra,
menghalau pandangannya.
"Crimson Crisis."
Salah
satu sihir tingkat dewa yang paling berkuasa di dunia ini.
Sihir
tersebut menghasilkan api yang akan melahap eksistensi itu sendiri, takkan
kunjung padam. Mau itu disiram oleh air atau ditiup angin, api tersebut takkan
padam sampai apa yang dibakarnya benar-benar musnah.
"Aaaaaaaaah?!"
Memusnahkan
eksistensi seseorang tak semudah menghancurkan tubuh seseorang.
Pertama,
itu akan memusnahkan ingatan seseorang, dilanjutkan dengan jiwa mereka, dasar
eksistensi mereka. Ini akan mengubahnya menjadi wadah kosong.
Mengikuti
proses tersebut, ingatan Fantra pun dihanguskan.
Termasuk
dendam masa lalunya, dan perasaannya terhadap Messiah.
Pada
saat itu, bahkan Fantra tak mampu lagi meneriakan kepatah hatiannya. Bagaimanapun
juga, dia sudah tak tahu lagi apa itu patah hati.
"Ah.... ueh...."
Dia
mengeluarkan suara yang bahkan tak bisa dianggap sepatah kata pun, dan pada
akhirnya, konsep yang disebut Fantra Angas pun berubah menjadi debu dan lenyap
dari dunia ini.
"..... Pembersihan selesai. Aku
sudah menepati janjiku, pahlawan."
Gadis
muda itu mengingat kembali bocah yang bertarung melawan Fantra dan datang
menemuinya—mati.
Usai
sekarat sembilan kali, tubuhnya sudah terbiasa dengan dunia yang pada dasarnya
merupakan miliknya.
Akan
tetapi, itu masih terlalu cepat baginya.
Seperti
biasanya, ia berencana untuk membunuh jiwanya untuk mengirimnya kembali, tapi
dia benar-benar berbuat sesuatu untuk pertama kalinya.
Dia
benar-benar bersujud di hadapannya.
[Aku
tak peduli meski kau membunuhku sebanyak yang kau mau, tapi sebagai gantinya,
tolong bunuhlah si bangsat undead
itu.]
"— Baginya untuk berkata
begitu, meskipun sudah tahu siapa diriku....."
Senyuman
muncul pada wajahnya saat ia mengingatnya.
"Pilhanku pasti tidak salah......"
Ia
mendekapkan tangannya bersamaan di atas jantungnya yang bedebar.
Jiwa
yang lembut. Jiwa yang kejam, itu bertentangan.
Kendatipun
emosinya takkan pernah sepadan antar satu sama lain, bocah itu memiliki
keduanya.
Aaah, aku ingin bertemu dengannya
lagi. Kita akan bekerja sama untuk menggulingkan manusia dan melihat dunia ini
dibangun kembali.
"Ini adalah layanan,
pahlawan."
Ia
akan memberikan kemampuan yang diperolehnya kembali dari penghapusan eksistensi
Fantra pada gadis-gadis yang membantunya.
Walaupun
ia ingin bisa berbuat banyak untuknya, ia hanya bisa mengaruniainya satu
kekuatan karena terhalangi oleh kekuatan Dewi Claria yang memuakkan itu.
Ia
mencemaskannya, tapi ia sudah memberitahukan ke mana tujuan dia selanjutnya. Di
sana, dia akan bisa menemukan orang-orang yang akan membantunya.
Mereka takkan melakukan apa yang
dilakukan Fantra, jadi tak usah khawatir. Mereka adalah bawahanku, iblis-iblis sejati.
Mereka berbeda dengan Fantra, yang merupakan mantan manusia.
Gadis
itu memaki bawahan yang baru saja dibunuhnya dengan suara yang amat pelan.
"Gadis itu juga kelihatan
terlena padanya, aku akan bisa mempercayakannya."
Hanya
tinggal masalah waktu hingga semuanya akan dibebaskan usai bawahan ia bergabung
dengannya.
Menutup
matanya, gadis itu sudah bisa melihat sosok gagah pemuda yang memimpin pasukan
untuk melawan umat manusia.
Itu
pasti akan menjadi kenyataan.
Ah....
"Cepat.... dan datanglah
padaku, Daichi...."
Meninggalkan
harapannya, sang dewi iblis—Messiah pun menghilang.
The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 31 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
2 komentar
Lanjut min ,makin seru novelnya ganbatte!!!!
Replymansap min....mangat min..
Reply