Friday, January 11, 2019

Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 13 Bahasa Indonesia



Chapter 13


            Memang kejam, aku tetap saja dihukum meski sudah menyatakan tekadku pada Rose.

            Rose masih dendam padaku karena mengejeknya… dia mengurungku dan memberiku menu latihan otot neraka lainnya.

            Aku enggak ingat betul kejadian semalam tapi, paling juga itu pengalaman mengerikan.

            Tanpa disadari, aku sudah terbaring di tempat tidurku sendiri selagi teman sekamarku, Tong ada di dekat sana.

            Tubuhku sama sekali enggak terluka ataupun merasa lelah… sakit juga enggak.

            "Me-Memangnya apa yang sudah kulakukan…"

            "Oh, kau sudah sadar, Usato?"

            "Tong ya, sudah lama rasanya saat terakhir kali melihat mukamu."

            Kuangkat tubuhku dari tempat tidur, dan aku bisa melihat wajah menyeramkannya Tong.

            Bangun dan harus melihat muka yang anak kecil pun pasti kabur melihatnya, pasti pertanda buruk buat hari ini.

            "Haa…"

            "Oi, kenapa kau malah menghela napas begitu? Kupikir kau bakalan jadi lebih penurut usai dilempar ke dalam hutan, tapi kayaknya dugaanku salah."

            Yah, Tong bilang begitu pasti ada alasannya. Selain ke orang yang enggak punya belas kasih ini, aku berperilaku baik sewaktu berada di sekitar keempat orang lainnya.

            Selagi aku sibuk membicarakan hal enggak berguna dengan Tong, aku sudah selesai berpakaian. Setelahnya, aku turun ke ruang makan untuk sarapan, dan langsung keluar dari rumah penginapan itu seusai menghabiskan sarapannya.

            Aku juga membawa seember buah dari ruang makan, dan pergi ke kandangnya Bluerin.

            Mengintip ke dalam kandangnya… Bluerin si Blue Grizzly sedang tidur di atas setumpukan jerami.

            "Bluerin, kau sudah bangun?"

            "… Gu?"

            Ternyata kau baru bangun, ya.

            Sembari mengusap pelannya, kukeluarkan sebuah apel dari seember buah-bahan dan menyodorkannya ke hadapan Bluerin.

            Saat buah itu semakin dekat dengan hidungnya Bluerin, dia mengendus buahnya dengan suara *sun, sun* dan membuka mulutnya lebar-lebar, lalu memakannya dalam satu gigitan.

            "Yosh, yosh."

            "Hafu… hafu."

            Saat dia mengunyahnya perlahan-lahan, kuambil buah lainnya untuk Bluerin sehabis dia menelan yang satu itu.

            Sembari melakukan itu, aku juga enggak lupa untuk mengelus lagi Bluerin dengan tanganku.

            Fufufu, kelakuannya baik dan terlebih lagi, ada bulunya yang terasa mengenakkan.

            Aku dengan bodohnya menyeringai sembari memberikan buah padanya. Siapa pun yang melihat rupaku ini bakalan berpikir sangat menjijikan.

            "Kau ada di sini, ya. Aku mencarimu."

            "Ketua? Ada perlu apa? Seharusnya belum waktunya untuk latihan."

            Dari pintu masuk, Rose datang dengan wajah enggak senangnya.

            Yah, itu memang ekspresi biasanya. Kurasa itu bukan hal yang perlu dikhawatirkan.

            "Untuk latihan hari ini… siapa nama makhluk ini?"

            "Maksudmu Bluerin?"

            "Blue… rin? Apa itu memang sebuah nama?"

            Karena Rose bertanya soal nama Bluerin, kujelaskan padanya kenapa aku menamainya begitu.

            Sesudah kukasih tahu, tatapan Rose jadi kosong.

            Itu ekspresi yang enggak biasa darinya, rasanya agak menyegarkan.

            "Kau, apa kau tak keberatan dengan nama itu?"

            "Eh, bukannya itu nama yang bagus? Benarkan, Bluerin?"

            "Kapu."

            Kucoba mengelus kepalanya dengan tanganku, tapi digigit dengan suara *kapu*.

            Ini pasti karena Bluerin hanya merasa malu saja.

            Ini hanya ungkapan cintanya anak ini. Makanya, aku sama sekali enggak menderita.

            "Tuh, Bluerin juga sangat menyukainya."

            "Be-Begitu, ya? Ya sudah, aku akan membuat si Bluerin ini ikut dalam latihanmu hari ini."

            Aku sama Bluerin?

            Melepaskan tanganku dari mulutnya, Bluerin memiringkan kepalanya ke samping sembari menatap Rose.

            "Dia juga anggota Pasukan Penyelamat. Dia harus ikut latihan bersamamu, ‘kan?"

            "Ya, apa kau siap untuk melakukannya, Bluerin?"

            Kulontarkan kata-kata itu untuk melihat reaksi Bluerin, dia secara alami memahaminya dan berteriak untuk meningkatkan semangatnya sendiri.

            "Kelihatannya dia siap."

            "Jangan buang-bang waktu. Ayo cepat pergi."

            Membawa Bluerin, Rose pergi meninggalkan kandang.

            Entah kenapa, aku merasa bersemangat karena sudah lama enggak berlatih.

            … Eh? Jangan-jangan aku memang dilatih seperti ini oleh Rose?

*

            "Nah, Usato. Kau gendong si Blue… rin."

            "Mulai lagi?"

            Aku heran kenapa kau ragu-ragu mengatakan nama Bluerin, tapi ada hal lain yang lebih kucemaskan.

            Kenapa aku harus menggendong Bluerin? Bukannya dia akan berlari bersamaku?

            "Jangan banyak tanya, lari sambil gendong Bluerin dan pakai pemberat ini."

            "Pemberat?!"

            "Bukannya itu sudah jelas? Beruang ini hanya sedikit lebih berat dari manusia, makanya memakai pemberat. Anggap saja sebagai simulasi untuk menghadapi hal yang sebenarnya. Larilah seolah-olah beruang itu membuthkan perawatan. Jangan sampai melepaskannya, anggap saja seperti berada di medan perang sebenarnya."

            "… Yaaa, aku mengerti…"

            Merasa sudah terbiasa, kuangkat Bluerin dan menempatkannya di pundakku.

            Ini terasa sangat ringan, aku pasti bisa.

            "Apa kau baik-baik saja, Bluerin?"

            "Gua."

            Bluerin mengusap pelan bagian atas kepalaku dengan dagunya.

            Di bagian atas tubuhku, aku diselimuti bulu lembutnya Bluerin… rasanya hangat dan mengenakkan.

            Melihat Rose yang tengah duduk di bawah naungan pohon, kuberteriak padanya untuk sedikit menambah semangat.

            "Fufufu, lihat saja Ketua, akan kutunjukkan padamu kombinasi antara aku dan Bluerin!!"

            "Jangan banyak omong, cepat lari saja sana."

            Rose jelas-jelas terdengar agak jengkel… itu bukanlah sesuatu yang kuinginkan. Usai beberapa saat, aku pun mulai berlari.

            Rute larinya adalah yang biasa kugunakan untuk berlatih; lari berkeliling di dalam hutan.

            Tempatnya itu bukanlah sebidang tanah yang sangat luas, jadi aku akan sering berkeliling.

            … Pikiran dan tubuhku terasa ringan. Mungkin tubuhku bertambah kuat seiring menjalani gaya hidupku saat ini. Atau juga mungkin karena selama pertarungan dengan ular itu, dan pemakaian sihir penyembuhan yang cepat membuat otot dan tulangku jadi lebih kuat.

            "Pasti begitu. Mana mungkin perkembangan macam manga begitu bakal terjadi."

            "Gwu?"

            "Aah, maaf, maaf, cuma bicara sendiri."

            Selama berlari, aku juga menyelimuti diriku dengan sihir penyembuhan dan membuat selaput tipis di sekujur tubuhku.

            Menggunakannya seperti ini akan membuat efek penyembuhan menjadi lebih lemah dibandingkan dengan memusatkannya dalam satu titik. Namun, keunggulannya bisa menyembuhkan seluruh tubuhku sekaligus.

            Tanpa ini, aku pasti enggak bakalan bisa mengikuti latihannya Rose.


            Sekarang ini aku sudah berlari selama 2 jam tanpa sekali pun memperlambat kecepatanku, tapi aku masih belum lelah. Aku juga sudah menghemat penggunaan Manaku. Bisa dibilang kalau aku enggak bisa meningkatkan diriku hingga ke tingkatan sekarang ini, mungkin saat ini aku enggak bakalan bisa bertahan hidup.

            "Aku masih bisa lanjut…"


            Aku sudah berlari sekitar 4 jam sekarang. Saat itulah tubuhku terasa kurang nyaman.

            Kakiku terasa berat dan bernapas saja terasa sakit. Aku masih punya banyak stamina yang tersisa tapi, ada sesuatu yang menghambatku. Kinerja tubuhku yang menjadi kendalanya.

            "…"

            Bluerin mengguncangkan tubuhnya untuk menunjukkan kecemasannya tapi, aku enggak bisa menanggapinya.

            Lambat laun tubuhku jadi terasa lebih berat, dan kecepatan lariku pun dengan cepatnya melambat. Begitu aku lewat di bawah sinar matahari, akhirnya aku jatuh. Usai membiarkan Bluerin turun, aku pun akhirnya berbaring seperti huruf .

            "Ha, haa, haa… apa… ini…"

            Aku enggak sadar kalau Manaku habis.

            Kalau hanya sekedar kelelahan saja, harusnya aku bisa memulihkannya. Harusnya aku sudah cukup menyimpan Mana, seengaknya untuk setengah hari…

            Sewaktu aku sedang berbaring, Rose sedang membaca di bawah naungan pohon. Dia pun menghampiriku dan melihat ke bawah padaku.

            "Apa kau sudah paham? Inilah asumsi saat ini mengenai kekuatan fisikmu saat sedang dibebani manusia."

            "Asum… si?"

            "Tubuh manusia adalah suatu hal yang menarik. Jumlah tekanan akan bisa memengaruhi kelelahan sampai tingkat tertentu. Perasaan seperti tegang, takut, dan gelisah akan menyebabkan tubuh manusia mengalami kelelahan. Kita gunakan saja Bluerin sebagai contohnya. Kau menggendongnya, tapi katakanlah kau menggantinya dengan manusia. Sekarang, kalau kau melakukannya saat di medan perang sebenarnya, tak perlu diragukan lagi bahwa kau akan menggunakan semua tenagamu dalam waktu yang lebih singkat."

            "Terus apa yang harus kulakukan?"

            "Membiasakannya. Selain itu, perolehlah kekuatan emosional dan penilaian supaya tak terkuasai oleh rasa takut."

            Rose menempatkan tangannya di kepalaku dan terpancarlah cahaya hijau.

            Cahaya tersebut menyelimuti seluruh tubuhku dan di disaat yang bersamaan, kelelahanku pun hilang. Seperti yang bisa diduga, Manaku masih tetap terkuras. Namun, seenggaknya aku sekarang bisa memulihkan diri sampai bisa berdiri lagi.

            "Terima kasih banyak."

            "Untuk saat ini, cobalah untuk memulihkan Manamu. Kita sambung lagi nanti sore."

            … Bagaimanapun juga, orang ini memang hebat merawat orang lain.

            Sewaktu aku berada di hutan, dia sendiri enggak kembali ke kerajaan… sepertinya dia juga ada di hutan.

            Terlebih lagi, enggak disangka dia suka binatang.

            "Ketua…"

            "Nn?"

            "Kau ini tsundere, ya."

            "Apa maksudnya itu?"

            "Enggak, bukan apa-apa, kok."

            Benar-benar bakalan gawat kalau dia mengetahui makna dari kata ini. Makanya, akan kusimpan saja ini di dalam hatiku.

            "… Ya sudah kalau begitu. Nanti sore, larilah di sekitar kota mengelilingi kastil."

            "…Eh? Jangan-jangan aku harus melakukannya sambil bawa Bluerin?"

            "Memangnya ada hal lain lagi apa?"

            Kalau seperti itu, bukannya aku bakalan menarik banyak perhatian orang?



⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 13 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh