Tuesday, April 30, 2019

Dungeon Defense Bahasa Indonesia Jilid 4 - Bab 2 (Bag. 5)

Bab 2 - Engkau Datang Kepadaku


▯Pedang Kesayangan Raja, Manusia, Laura De Farnese
Kalender Kekaisaran: Tahun 1505, Bulan 4, Hari 7
Dataran Bruno, Pusat Tentara Aliansi Bulan Sabit


Pertempuran telah memasuki babak akhir. Segalanya mengalir dengan lembutnya.

Sisi kami dapat mengepung pasukan musuh di tiga front. Meskipun tentara musuh melakukan yang terbaik untuk menembus poros kami, semuanya tidaklah berguna. Ada saat di mana kami hampir didorong mundur, namun pasukanku adalah para elit. Kami memulihkan kembali formasi kami dengan cepat dan membalas. Bisa dikatakan bahwa setengah dari kemajuan pertempuran telah terlewati sekarang.

“Mm”

Demon Lord Barbatos dan Demon Lord Paiman. Komandan-komandan dari tiap sayap baru saja menyelesaikan formasi sayap sabit. Dengan ini, superioritas pasukan kami telah berada pada pondasi yang tak terguncangkan.

Jika musuh masih memiliki keseluruhan kavaleri mereka, maka mereka akan bisa memutar. Namun, kebanyakan kavaleri musuh digunakan pada saat fase awal pertempuran. Hanya ada dinding lumpur besar yang terbentuk di belakang mereka, jadi bahkan rute kabur infanteri musuh telah tersegel. Sekarang pasukan musuh tidak bisa bergerak ke depan, kiri, kanan, ataupun belakang. Situasi ini adalah yang disebut di kepung di segala sisi.

Wooooosh······.

Hujan deras terus mengguyur tanpa ada menunjukkan tanda-tanda akan reda. Jarak pandang medan tempur menjadi terselubung. Garis pandang nona ini tidak bisa menjangkau sampai jauh dan dipaksa berhenti oleh halangan hujan. Dimanapun pandangan nona muda ini berhenti, mayat musuh tergeletak di sana. Itu adalah kematian yang layaknya spam, dan kehidupan yang terasa seolah-olah seseorang diguncangkan oleh kejijikan mereka.

Para penyihir terkekeh sambil memasuki hujan.

“Sebuah masterpiece. Ini adalah masterpiece. Lihat. Ara manusia mati sambil berenang di air kotor. Adegan seperti ini sulit ditemukan!”

“Yup, semenjak kita mengikuti Lord Dantalian, setiap hari terada menyenangkan sampai-sampai sulit untuk hidup. Ada banyak kesempatan peyihir meratap karena sulitnya mereka untuk mati, tapi kesempatan mereka meratap karena mereka sulit untuk hidup itu jarang. Dalam hal itu, Lord Dantalian menunjukkan hal besar.”

“Alat bawahnya hal besar, juga.”

“Tuuuuungu dulu. Semuanya berhenti. Bagaimana kau tahu ituuuu? Kalau aku nggak salah paham, maka nada itu hampir terdengar seorah kau sudah melihat tubuh telanjang master sebelumnya.”

“Tidak tidak, kak Humbaba. Itu salah paham. Tak peduli seberapa besarnyapun kita menghalangi Keberadaan Besarnya dan memohon padanya untuk membirakan kita menyicipinya, dia tidak akan pernah melimpahkan rahmatnya pada kita. Namun, sebagai penelitian dan tidak meliht secara langsung, kita bisa melihatnya beberapa kali sebelumnya. Beruntungnya, kita kira-kira bisa meneliti alat master.”

“Itu artinya kau mencuri pandang!”

“Ada ada masalah soal itu?”

“Rampas hal yang tak bisa kita miliki dan inti phal yang tak bisa kita lihat. Itulah kebanggaan kita sebagai penyihir.”

“Kalau aku nggak salah ingat, maka kita adalah Royal Guard master, dan kalau aku masih belum gila, maka tugas Royal Guard itu untuk melindungi tubuh agung master, kan? Tapi saat jalang-jalang kayak kalian di dekat master, maka tubuh agungnya jauh dari kata aman, apa perasaan tubuh agung master malah semakin jatuh ke dalam bahaya itu Cuma imajinasiku?”

“Itu imajinasimu.”

“Kesalahpahaman yang keterlaluan.”

“Iru rumor panas yang tak mendasar.”

“Dasar jalang gila! Aku mncintai kalian, saudari-saudarku!”

Ahahah, Kapten Royal Guard berbalik begini sambil tertawa.

“Yang Mulia, Jenderaaaal, mohon berikan kami perintah akhir. Kami, sepanjang waktu, sedia untuk maju dan membunuh orang-orang itu. Ini akan menjadi lebih mudah dibandingkan, yah, berburu sekelompok kalkun.”

Perintah menyerang, ya?

Kata-kata itu berarti kapten berkeinginan untuk menghancurkan pasukan musuh. Itu tidaklah aneh. Selama kau menginjakkan kaki di pertempuran, sudah jelas untuk mencar kemenangan, dan selama kau mencapai kemenangan, maka beralasanlah untuk bernafsu memperoleh kemenangan penuh atau kemenangan besar. Namun pertempuran berarti lain bagi nona muda ini. Itu adalah seni dan music.

Bunga pertempuran tidak datang dari mendapatkan kemenangan ataupun kekalahan. Teriakan para tentara ketika kemenangan dicapai, dan kepedihan para tentara saat kalah adalah hak di ambang pintu mereka. Itu adalah suara-suara yang menyublimkan perang ke dalam musik.

GUna hidup menjadi sebuah melodi tunggal, maka harus melewati celah yang tak terhingga jumlahnya. Namun, di sebuah medan tempus, setiap nyawa menjadi melodi dan nada. Apakah seseorang bisa mengerti hal ini atau tidak, itu adalah perbedaan tegas antara para penyihir dan nona muda ini.

“Yang mulia?”

Nona muda ini tidak merespon pada dorongan Kapten Royal Guard. Malah, nona muda ini menutup matanya lebih jauh dan mendengarkan sekitarnya dengan lebih seksama.

Sekarang, dengarkan baik-baik.

Pada nada di tengah teriakan air hujan yang mengguyur air berlumpur, melodi yang dengan jelas mengalir di antara suara air itu



Aah.

Aah, aaaah.

Indah sekali.

Keindahan yang menakjubkan.

“·········.”

Getar.

Nona muda ini memeluk bahunya dan bergetar pelan. Dengan hati warisan dari Yang Mulia dan dengan kepala yang di berikan pada nona moda ini oleh Yang Mulia, nona muda ini sedikit menyadari keindahan tersebut.

Meskipun nona mudah ini kedinginan di seluruh tulang-tulanganya karena hujan yang dingin, karena daging nona muda ini telah diisi dengan luapan perasaan bahadia, getaran kedinginan tak mungkin akan menggantikan getaran nona muda ini dan takan ada celah untuk mengisinya. Dengan rasa gemetar, nona muda ini telah sempurna.

Ah.

Nona muda ini tidak membuka matanya, dia tidak bisa menahannya karena dia tidak berharap untuk lari dari kesenangan gelap ini. Nona muda ini berharap terus di sini sedikit lebih lama sebelum pergi.

Kemenangan dan kekalahan tidak ada artinya bagi nona muda ini. Hanya teriakan kematian, teriakan untuk hidup, dan erangan orang-orang yang tak bisa hidup ataupun mati, hal-hal semacam inilah yang memberikan arti bagi nona muda ini. Di dunia bewarna akromatis ini, hanya getara-getaran hidup, mati, dan music, di saat yang sama. Saat siang nona muda ini hanya menghabiskan waktunya untuk membaca buku sejarah dalam perpustakaan berselimutkan debu di sebuah ruang kecil, nona muda ini tak mampu mengetahui kesengan ini. Kesenangan yang diselenggarakan oleh hidup dan matinya sepuluh ribu orang untuk dirinya sendiri. Jika Yang Mulia tidak menginformasikan nona muda ini, maka dia kemungkinan besar selamanya akan lupa.

“Uhm, Yang Mulia? Kau harus memberikan perintah menyerang untuk······.”

“Pasukan kita tidak boleh bergerak.”

“Maaaaaaf?”

Berisik sekali. Jangan buat jawaban yang tidak perlu. Apa suara yang tak perlu tidak tercampur saat nona muda ini mencoba untuk mengapresiasikan momen sepuluh ribu melodi yang telah ditunggu sejak lama?

Hanya ada satu alasan mengapa kepala kalian masih berada di kepala. Itu karena Yang Mulia telah menyambut kalian sebagai keluarganya. Nona muda ini buka tidak sadar atas gambaran Nona Lapis Yang Mulia sebagai ibu, dirinya sebagai ayah, dan nona nafsunya pada nona muda ini untuk memimpin sudari-saudarinya, para penyihir, sebagai saudari tertua dalam keluarga. Itu sebabnya nona muda ini menjaga kalian para pembuat masalah, yang taik tahu akan kedisiplinan militer, dengan afeksi kesaudarian.

Nona muda ini sedikit membuka matanya.

“Kubilang kita tidak udah menggerakkan pasukan kita. Maju sedikit sekarang tidaklah disarankan. Kapten, apa kau tidak bisa mendengarnya?”

Nona muda ini mengangkan jarinya dan menunjuk kea rah tentara musuh yang dikepung dan dibunuh. Kapten mengikuti gerstur nona muda ini dan memutar kepalanya. Meskipun kemi berdua melihat di tempat yang sama, jelas bahwa kami tidak melihat hal yang sama.

“Nona muda ini bisa mendengar Franconian. Nona muda ini bisa mendengar bahasa Batavia. Karena noda ini bisa mendengar dialek Sardinia, suara Teutonic bisa terdengar juga. Hal yang tercampur-campur adakalanya itu kemungkinan Polish-Lithuanian. Namun, tidak ada bahasa Habsburg. Kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang Habsburg, negara yang dipimpin oleh Putri Kekaisaran yang dikenal dengan Elizabeth, sajalah yang tak bisa di dengar.”

“······.”

Kapten Royal Guard, Humbaba, memiringkan kepalanya.

“······Semua yang orang ini bisa dengar dengan telinganya adalah kekacauan dari teriakan. Astaga. Apakah Yang Mulia dapat mendengar itu semua? Kau bisa mengerti setap bahasa yang ada di benua? Itu menakjubkan.”

Nona muda ini mendecakkan lidahnya. Ini sebabnya kata-kata tidak berhasil.

Menguasai setiap bahasa ituma adalah pelajaran yang setiap orang harus lakukan selama mereka hidup. Itu jelas. Jika kau tidak bisa, maka kau tidak akan bisa membaca buku. Ini adalah sesuatu yang Yang Mulia setujui, juga.

“Kapten, meskipun nona muda ini amat berterima kasih atas kata-kata baikmu, tidak perlu sekali lagi kau ingatkan akan keahlian nona muda ini. Nona muda ini cerdas dan kau itu bodoh bukanlah masalah utamanya. Perlu untuk memperhatikan fakta lain sekarang.”

“······Master dan pelayang benar-benar sangat mirip. Ada alasan di balik setiap perbuatan master. Dia tidak mengesampingkan ras lain dan menunjuk manusia sebagai Jenderal Penggantinya tanpa alasan.”

Kapten bergumam. Berdasarkan atmosfernya, tampaknya dia baru saja membungkusakan nona muda ini dan Yang Mulia menjadi satu dan mengejek kami, tetapi itu bukan sesuatu yang tak bisa nona muda ini mengerti. Terlebih, kejeniusan dibatasi untuk menerima kedengkian dan kecemburuan dari yang biasa-biasa saja. Nona muda ini dengan baik hati menerima kepribadian berlebihan kapten.

“Kan kukatanan lagi. Nona muda ini jenius. Dalam hal bahasa, music, urusan militer, nona muda ini menyombongkan kepabilitas tak terlampauinya. Fakta ini terbukti jika kau melihat bagaimana nona muda ini telah mengontrol medan perang dari 200,000 tentara, ditambah dengan pasukan musuh dan sekutu, yang hanya 7,000 perwira dan pria.”

“Ya, ya. Bahkan orang ini, sebelum menjadi terhina, pernah memegang harapan tinggi sebagai pentihir yang akan memikul generasi selanjutnya. Jadi apa?”

“Sungguh, tampaknya kau tidak bisa mengetahui apa yang nona muda ini katakana. Pikirkan ini. Apakah Yang Mulia tidak memperingatkan nona muda ini, yang seperti itu, untuk tidak pernah bertaarung melawan Putri Kekaisanan Elizabeth?”

“······.”

Kapten Humbaba mengerutkan dahi. Tentu. Tampaknya dia masih tidak bisa mengerti. Kalau begini, karena sudah melompat ke tingkat mengganggu apresiasi music seseorang, dan telah memasuki tingkat sepenuhnya merusak konser, nona muda ini tidak senang. Namun, nona muda ini dengan baik memberitahukan adih bodohnya dengan kebenaran tak terbantahkan.

“Kapten. Kau sudah dengan Yang Mulia sejak nona muda ini telah ditahan sebagai budak, apakah begitu?”

“Ya. Itu benar.”

“Sebelum Yang Mulia menemukan dan menetapkan nona muda ini, tak seorangpun di dunia sadar bahwa nona muda ini memiliki bakat militer. Termasuk nona muda ini sendiri. Apakah begitu?”

“Ya. Itu juga benar.”

“Jika begitu, maka berpikirlah secara logika, tanpa memperhatikan apakah preferensi Yang Mulia terhada wanita itu busuk, kemampuannya untuk melihat personel yang cakap, bukankah benar untuk mengasumsikan kemampuannya mengenali orang-orang berbakat itu taka da tandingannya?”

“······Itu benar, kan?”

“Oleh karena itu, di bawah premis bahwa pertimbangan Yang Mulia itu benar, itu berarti bahwa Putri Kekaisaran adalah tipe makhluk yang secerdas nona muda ini ada seseroang yang mendekati nona muda ini. Tentara kekaisaran Habsburg, yang dipimpin oleh individu terkemuka semacam itu, secara kebetulan tidak berada dalam pengepungan itu. Apa artinya itu? Apa kau pikir bahwa Putri Kekasisaran tiba-tiba merasa bosan dan memutuskan untuk menarik keseluruhan pasukannya di tengah jalan?”

“······.”

“Jangan hanya percaya pada apa yang kau bisa lihat, Kaptern. Sebuah medan tempur adalah tempat di mana kau bertarung memanfaatkan segala yang tidak bisa kau lihat sebanyak segala sesuatu yang bisa kau lihat. Sepanjang waktu ini di mana jarak pandang semua orang dipersempit oleh kabut basah         .”

Nona muda ini membalikkan tatapannya.

Melewati bumi dan langit di mana hujan menyerang turun, nona muda oini memprediksikan bahwa sesuatu datang. Tidak bisa dibilang mirip dengan perasaan ramalan. Nona muda ini memiliki intuisi yang mampu intuk lompat ke dalam kesimpulan dengan segera jika disajikan dengan dasar.

         Mustahil untuk seorang individu dengan bakat semenakjubkan nona muda ini, untuk melewatkan keuntungan ini.”

Putri Kekaisaran Elizabeth telah menunggu.

Sambil membuat hujan menjadi tirai alami.

Untuk saat ini di mana dia bisa turun sebagai pahlawan itu sendiri di medan tempur ini di mana kekalahan telah terlihat pasti.

Tak lama, intuisi nona muda ini tepat sasaran. Mereka muncul layaknya hantu yang mengendarai kuda [perang, melewati guyuran hujan, dan menyerang sayam kiri dan kanan pasukan teman kami. Kavaleri yang menyerang dengan mantel ungu berkibar, tidak salah lagi, tentara kekaisaran Habsburg. Pasukan Aliansi Bulan Sabit di kedua sayap tidak menyangka tentara musuk masih memiliki pasukan kavaleri tersisa, membuat bereka diserang dari belakang tanpa bisa menunjukkan banyak pertahanan.

“Ah.”

Sebuah hembusan napas mengalir dari bibir kapten. Sebuah adegan yang hanya bisa di jelaksan dengan pengutaraan “Ah”, namun hanya itu, membentang di hadapan kami. Area luar Aliansi Bulan Sabit, yang telah mempeloreh formasi pengepungan pemusnahan, telah tumbang. Tentara musuh, bersorak akan pasuka yang telah muncur secara tiba-tiba dan menekan kekuatan mereka yang tersisa.

Peringkat di pasukan musuh dan teman tercampur-aduk dengan prak-poranda. Secara alami, sulit untuk membentuk kembali garis komando yang telah jatuh. Akankah mungkin dalam situasi saat ini di mana hujan mengguyur lebat dari segala arah? Meskipun Barbatos dan Paimon mati-matian mencoba membangun kembali blockade, sayangnya, mereka telah kehilangan keuntungan prima. Kebanyakan tentara musuh kabur hidup-hidup. Melewati serangan hujan, menyebrangi kabut basah.

“Mhm.”

Dengan mata samar, nona muda ini menonton hal-hal yang melarikan diri. Nada yang sedang berlangsung dari pasukan musuh kabur, yang perlahan semakin redup dan semakin redup, begitu menyedihkan dan indah. Kapten Humbaba dengan termenung menatap wajah nona muda ini yang berada dalam keadaan tersebut.

“······Yang Mulia Jenderal Pengganti.”

“Nona muda ini meminta maaf, Kapten. Ini lagipula terjadi dengan sesaat. Tolong tutup mulutmu selama 2 menit. Jika kau tidak diap, maka sudah pasti nona muda ini akan membunuhmu.”

“······.”

2 menit telah berlalu.

Nona muda ini puas.

“Oke. Apa yang membuatmu penasaran?”

“Ya. Yang Mulia Jenderal Pengganti berkata sebelum pertempuran hari ini. Bahwa unit kita tidak akan menang, namun kita tidak akan kalah juga. Bahwa kita hanya akan menyebarkan kebingungan di seluruh medan tempur. Dengan kata-kata itu, apa kau bermaksud······.”

“Mm. Itu benar.”

Nona muda ini mengangguk.

“Meskipun pengepungan pemusnahan adalah jasa dan pencapaian nona muda ini, itu adalah kesalahan Barbatos dan Paimonl dan pelanggarannya menjadikan kehancuran. Nona muda ini tidak mendapatkan kemenangan, namun dia tidak mengalami kekalahan juga.”

“······.”

“Barbatos dan Paimonlah yang harus merasa malu. Barbatos, yang memanggil nona muda ini penjahat penghianat dan mencoba menghukumnya, yang terutama akan merasa malu. Jika dia mencuba manghukum Yang Mulia dalam pengadilan militer sekarang, maka kehormatan Barbatos akan menjadi satu-satunya hal yang jatuh ke dalam lubang tak berdasar. Dia tidak akan bisa menghindari kritikan atas dengan tidak hormatnya menyalahkan kekalahannya ke pada Demon Lord yang lain.”

“······uh. Tunggu sebentar, Yang Mulia. Sebagai permulaan, selain sepenuhnya sadar bahwa pengepungan Aliansi Bulan Sabit akan gagal, apa Yang Mulia masih menahan kami di sini bermain-main di pusat tentara?”

“Memang begitu.”

“Itu sedikit merepotkan. Aku tidak mengatakan ini karena aku sangat menghargai sekutu kita, tapi bukankah lebih baik masuk dan mengubah kekalahan menjadi kemenangan?”

Nona muda ini memiringkan kepalanya.

“Kenapa gitu?”

“Itu jelas. Ini adalah perang yang sudah terjadi, karena kita berada didalamnya, akan lebih memuaskan kalau pasukan kita menang.”

Nona muda ini hanya bisa memiringkan kepalanya sekali lagi. Sulit untuk mengerti apa yang sebenarnya kapten coba katakan. Nona muda ini menyunting kebenaran tak tebantahkan dan akal sehat yang amat layak.

“Kapten. Bagaimana mungkin Barbatos dan Paimon itu sekutu nona muda ini?”

“Maaf?”

“Barbatos mencoba menjebak dan memusnahkan Yang Mulia. Demikian Juga, Paimon mencoba menggunakan Yang Mulia sebahai alat politik. Oleh karena itu, kedua Demon Lord itu jelas-jelas musuh nona muda ini. Meskipun kita tidak bertindak, Putri Kekaisaran berkeinginan untuk memebrikan kekalahan pada kedua orang tersebut, terus mengapa nona muda ini harus mengganggu di sana? Mengambil control kelompok dengan menggunakan kelompok lain. Kalau begitu, kalau Putri Kekasiaran berkeinginan menerobos pengepungan, maka dia tidak punya pilihan lain selain menyerang kedua sayap formasi kita, bukannya pusat tentara nona muda ini, yang mana jaraknya cukup jauh. Jadi tidak masalah bagi nona muda ini untuk dengan santainya menonton saat mereka bertukar pukulan sesuka mereka.”

Tidak aka nada orang yang mengkritik nona muda ini karena menjadi pasif dengan hanya berdiri saat pengepungan prak-poranda. Orang yang seharusnya memutuskan dirinya untuk menjadi barisan depan dan berdiri di garis terdepan sejak fase awal pertempuran, tidak lain dan tidak bukan adalah nona muda ini.

Maju ke depan sebagai pembuka jalan, masukan kebanyakan kavaleri musuh ke jalan buntu, dan ditabhakan itu, nona muda ini mengkontribusikan layanan tegas yang mana membuat pengepungannya selesai. Mau apa yang dikatakan orang-orang sekarang, individu yang telah membarikan jasa terbesar pada pasukan adalah nona muda ini. Jika kau berharap mengkritik nona muda ini, maka cobalah.

“Oleh karena itu.”

Dan nona muda ini melanjutkan.

“Akan membosankan untuk menang dengan cepat. Malahan, sudah diputusakan bahwa antara musuh dan nona muda ini, sisi yang akan mendapkan kemenangan adalah nona muda ini. Namun, bukankah akan jadi sia-sia kalau kita mengkonsumsi mereka sebiasa mungkin?”

“······.”

Waja kapten Royal Guard, Humbaba menjadi kosong lagi. Saat dia mengatur ropi kerucutnya, yang telah dibahasahi oleh hujan, dia bergumam sendiri.

“······Sekarang aku tahu. Hanya ada sekelompok orang gila di sekitar master. Nona Lapis dan bahkan Yang Mulia Jenderal Pengganti, mereka sebua berada dalam katefora yang seribu langkah sebih jauh dari kata normal. Tampaknya aku satu-satunya orang waras di dekat master. Pasti, akulah yang akan menjaganya.”

“Haah?”

“Yaa?”

Waktu di medan tempur terus mengalir bahkan saat kami berdiskusi.

Tentara Paimon dan Barbatos telah memulihkan formasi yang pernah tumbang. Namun, sudah terlalu telat untuk mereka mengejar musuh. Waktu yang telah mengalir tidak bisa ditarik kembali. Mirip dengan itu, waktu di medan tempur, yang telah berlalu, tidak bisa diraih sekali lagi.

Setiap perang adalah konflik yang mengalir dari jam ke jam dan juga perang waktu. Tidaklah aneh titik tertentu di tiap hari dihapus. Sebalikanya, hal tersebut adalah hal biasa. Mirip dengan batu pijakan yang jarang tersambung, setiap haari waktu selalu terpisah. Oleh karena itu, waktu untuk orang yanghidup terkubur di bawah batu pijakan, yang bertindak mereka harus membiarkan sesuatu mengalir dan dihapuskan disetiap batu agar mereka akhirnya bisa menyebrang. Untuk orang-orang itu, mereka perlahan melupakan diri mereka saat waktu terus bergerak, sampai akhirnya, mereka barakhir jatuh ke dalam kelupaan.

Di sisi lain, waktu di medan tempur mengalir dengan cara yang bahakan tak selangkahpun bida dihapuskan. Orang-orang yang melupakan diri mereka saat mereka telah menginjakan diri ke perang tidaklah dimaafkan. Pergerakan tentara usuh, arah angin yang membawa kibaran bendera, dan bahkan bau, aroma, dan bahkan debar jantung yang meningkat entah darimana, seseorang harus menyatukan setiap informasi dan dengan tepat menangkap aliran waktu. Seseorang yang mengatur waktu juga mengatur medan tempur. Hari ini, Barbatos dan Paimon sudah pasti kehilangan waktu itu. Kesempatan untuk menang tak akan pernah kembali pada mereka sekarang.

Kapten Humbaba mendecakkan lidahnya.

“Itu sedikit menyedihkan. Bukankah itu artinya mereka hanya digunakan oleh kita?”

“Pemilik perang ini adalah Yang Mulia, pemilik pertempuran ini adalah nona muda ini. Kesimpulan hari ini adalah halis karena mereka telah memenjarakan Yang Mulia, meski tak mengetahui siapa pemiliknya, dan telah mencoba untu memersekusi nona muda ini. Akan bagus jika mereka telah menyadari tempat mereka sekarang.”

“Sungguh, master dan jenderal adalah satu-satunya orang di dunia yang berkata pada Demon Lord peringkat 8 dan 9 akan tempat mereka······.”

Pada saat itu. Seporsi kekuatan militer musuh yang pada awalnya telah diasumsikan mundur sepenuhnya, muncul melewati hujan lebat dank abut basah. Basah dalam kelembaban, hanya ada figure tipis musuh-musuh. Meski nona muda ini menyipitkan matanya, penasaran apakah mereka mungkin bermaksud untuk melakukan serangan kejutun, namun sepertinya bukan begitu. Para musuh hanya berdiri layaknya patung.

“······.”

Tidak, daripada serangan kejutan.

Nona muda ini menepuk pinggang kuda hitam dan maju ke depan. Meskipun suara panic Kapten Royal Guard, Humbaba bisa terdengar dari belakang, nona muda ini mengabaikannya. Nona muda ini menuju ke depan ke tempat di mana musuh menunggu sambil diguyur hujan.

Pada saat yang sama, seseorang dari sisi musuh muncul dengan mengendarai kuda putih, setara dengan kecepatan nona muda ini. Oposisi bewarna hitam, namun, mereka juga putih. Bahkan dalam cuaca saat ini, di mana awan hitam menyebar di seluruhlangit, rambut perak orang lain tersebut berseidar dalam warnanya dengan jelas. Rasanya seorang air hujan dibuat untuknya.

Sebelum nona muda ini bahkan bisa melihat uraian mereka, nona muda ini sudah tahu siapa orang itu.

Elizabeth Atanaxia Evatriae von Habsburg.

Satu-satunya orang yang Yang Mulia akui sebagai musuh beratnya. Nona muda ini dipelihara oleh Yang Mulia dengan sebuah tujuan untuk mengambil nyawa orang itu.

Gadis itu dan nona muda ini saling mendekat. Saat dia menatap kosong pada nona muda ini sambil berada di atas kuda putih, nona muda ini ini, menatapnya dengan berada di atas kuda hitam.

Tampakya dia telah banyak berpikir dalam kepalanya. Wajahnya kosong akan emosi, namun matanya itu diiisi dengan rencana mendalam. Namun, nona muda ini bukan apa-apa di matanya. Nona muda ini bertemu orang-orang sepanjang waktu. Bagus bahwa nona muda ini bisa melihat orang ini secara langsung, hanya pikiran ini yang melewati kepalanya.



“······.”

“······.”

Hujan mengguyur.

Nona muda ini suka hujan.

Diamnapun hujannya, suara guyuran hujan menyapu gangguan di dunia. Ketika hujan memercik dan menodai pipi nona muda ini, nona muda ini merasa lega karena rasanya seola-oleh terdapat sisi luar di tempat tersebut.

Ada waktu di mana nona muda ini memikirkan bermacam-macam hal di dunia menyiksa dirinya, dan ada juga saat ketika hanya siksaat tersebut yang terbaringdalam pikirannya, namun suara hujan membasuh hari-hari dan waktu-waktu tersebut. Sejak guyuran hujan yang dengan sibuknya mengetuk segala hal yang ada di dunia, itu muncul seolah-olah tidak memailiki cukup kekuatan untuk menghalangi nona muda ini. Kapanpun hujan turun, nona muda ini merasa seolah-olah dia adalah sesuatu di duia yang memiliki nilai menghalangi. Nona muda ini bernapas pada saat pengabaian hujan ini.

Jika itu menghilang tanpa jejak.

Jika jejak keberadaan tubuh ini menghilang, dan mekipun jejak yang telah menghilang juga musnah.

“Kau.”

Dia membuka bibirnya. Sebuah rintik hujan menuruni sisi bibirnya, mengikuti garis dagunya. Bibir-bibir tersebut kemungkinan basar adalah bibir yang Yang Mulia ingin cium.

“Aku melihatmu telah mati.”

“······.”

“Itu bukan wajah seseorang yang masih hidup, dan itu bukan mata seseorang yang masih hidup. Apa Dantalian membuat boneka sebagai jenderalnya? ATau apa dia mungkin bermaksud tuk memikul, bukan boneka, namun mayat dan menjaganya? Orang yang amat merepotkan. Tampaknya setiap hal yang orang itu putuskan hanyalah menuju kehancuran.”

“······.”

“Aku tahu kau memiliki sedikit kata-kata. Karena kau hanya menatapku dalam diam. Aku tidak bisa melihat jejak percakapan. Sebenarnya, dipertanyakan apakah kau melihatku atau tidak. Apa pikiran yang terkandung dalam kepalamu itu harus disusun?”

Nona muda ini menatap pada guyuran hujan.

Dan berbicara.

“Pemikiran ingin membunuhmu adalah apa yang melewati kepala nona muda ini.”

Dia menutup mulutnya dan menunjukkan sedikit wajah kesusahan. Dia kemudian meyipitkan matanya dan menggeleng.

“Maaf. Kau tidak bisa membunuhku. Tidak hanya kau kurang kemampuan untuk melakukannya, tapi, malah apakah kau itu memiliki kemampuan untuk melakukannya atau tidak, bertarung melawanku sekarang akan menjadi tindakan yang melawan perintah Dantalian. Karena kau boneka, kau tidak akan menentang Dantalian. Bukankah begitu?”

“······.”

“Kuharap untuk melihat dekat-dekat wajah gadis yang telah pria itu jadikan sebahai wajah tentaranya. Aku tahu bahwa Dantalian itu angkuh. Aku bisa melihat seorang pria yang, apapun bayarannya, mencoba untuk menanggung hal-hal yang tidak bisa ditanggungnya dan mengambil hal-hal yang tak harus diambilnya. Bagaimana seseorang mungkin bermaksud menyelamatkan seorang anak yang telah mati di masa lalu, dan malah, bagaimana seseorang bermaksud membunuh anak itu? Apa Dantalian berencana memudar balik waktu? Apa waktu seseorang yang sesuatu yang dibalikkan hanya karena seseorang berharap itu terjadi?”

Dia mendongak ke langit berhujan.

“Sampaikan pesan pada tuanmu, jika kau mau, Bahwa, setelah bertemu bonekamu, aku, Elizabeth von Habsburg, berpikir bahwa dia itu ternyata cantic.”

Dia pasti telah selesai mengatakan segala yang ingin dikataknnya karena dia kemudian membalikkan kepala kudanya. Kemudian, dia menghilang dalam kabut basah dan personel militer, yang telah dia bawa, menghilang bersama dirinya layaknya baying-bayang. Nona muda ini menyaksikan bayangan memudar dalam kabut basah selama mungkin.

Hanya sebuah pemikiran datang ke dalam pikiran nona muda ini.

Saat selanjutnya kita bertemu, nona muda ini akan membunuhnya.




Pertempuran hari itu diakhirni sebagaimana mestinya.

Tak ada yang bisa meraih kemenangan dan tak ada yang telah dikalahkan. Namu, seorang pahlawan muncul dari Aliansi Bulan Sabit dan para Tentara Salib secara berturut-turut.

Nona muda ini, Laura De Farnese.

Dan Putri Kekaisaran, Elizabeth von Habsburg.


Related Posts

Dungeon Defense Bahasa Indonesia Jilid 4 - Bab 2 (Bag. 5)
4/ 5
Oleh