Tuesday, April 30, 2019

Dungeon Defense Bahasa Indonesia - Jilid 4 Bab 2 (Bag. 6)

Bab 2 - Engkau Datang Kepadaku



▯Demon Lord Keabadian, Peringkat 8, Barbatos

Kalender Kekaisaran Tahun 1506, Bulan 4, Hari 7

Dataran Bruno, Sayap Kanan Tentara Aliansi Sabit.



“······.”

Dengan kekosongan.

Dan dalam kegagalan.

Aku menyaksikan tentara musuh menghilang dalam guyuran hujan.

Pengepungan telah ditembus. Aku telah menilai bahwa itu sempurna. Saat pemikiran, ‘Kulihat bahwa si Paimon jalang itu belum mati’, telah memasuki pikiranku, aku sudah yakin akan kemenangan kami, namun.

Aku tidak bisa memprediksi ataupun bisa menghalangin unit kavaleri sebuah pasukan yang muncul entah dari mana dan menusuk pasukan kami layaknya seuah taring. Pada saat aku bisa agak menguraikan kekacauan dan mengatur formasi kami sekali lagi, kaveleri musuh, dan ditabah dengan itu, infanteri musuh telah kabur dengan luangnya······.

Plak.

“······Sialan.”

Lagi.

Lagi, sebuah kemenangan pasti melewati jari-jariku tepat berada di depan mataku.

Aku telah melakukan cukup banyak persiapan untuk memulai perang ini. Aku membakar barisan pegunungan, aku memanipulasi pers, dan aku berhasil melewati ekspedisi yang hampir menjadi kegagalan karena kesalahan di tua Marbas. Keseluruhan hasil, saat seluruh kerengat dan darah, yang telah ku teteskan sampai saat ini, akan dihadiahi, tepat di bawah hidung kami dan······ aku melewatkannya. Aku pada akhirnya melewatkan kesempatan.

“Sialan!”

Hanya amarah yang keluar dari tenggorokanku.

“Sedikit lagi, kalau kami mendorong sidikit lagi······. Kami akan bisa memperoleh tanah, lahan pertanian, dan dataran kaya di mana ras kami bisa bertani dan bertahan hidup. Sedikit lagi      .”

Karena iniamat disayangkan dan disesalkan.

Karena fakta bahwa aku ditertawai oleh bajingan yang memperlakukan perang layaknya itu adalah mainan, aku dipenuhi rasa benci.

“······Yang Mulia Barbatos.”

Ketika lututku hampir menekuk, ada suara yang merenggut tengkukku. Pada saat aku memperhatikan sekeliring, bawahanku, anak-anaku yang kuseret ke sini sampai sekarang, memperhatikanku. Pandangan mereka menjadi terjerat dan hanya bisa melingkari tubuhku dan menariknya.

Itu benar.

Aku adalah pilar Faksi Dataran.

Seseorang yang telah memimpin hasrat tan pa akhir dari keseluruhan ras iblis selama 500 tahun. Aku adalah bayangan ras kami yang tak pandang bulu bahkan menggunakan metode kotor jika itu berarti bahwa jenis kami bisa mendapatkan tanahyang lebih hangan dan tempat berkembang bagi anak-anak kami. Bukan rakyat jelata yang meratap karena dunia patut disesali, namun seorang Demon Lord yang hanya bertindak sebagai perwakilan sambil menanggung dendam.

Terlalu cepat untuk jatuh.

Kami hanya gagal di satu pertempuran.

Lahapan gumpalan darah menaiki tenggorokanku, menggenggam keinginan sambil mencoba kabur dari sendi-sendiki dan memaku mereka, menambahkan baja pada keprihatinanku dan melemparkan pedang dari keinganku, aku berdiri sebagai Demon Lord Keabadian.

“         Hm. Yeah, yah. Aku melewatkannya. Sialan. Serahlah. Itu bisa terjadi. Kalau ada hari di mana kami mempermainkan seseorang, maka ada juga hari dimana kami juga dipermainkan seseorang. Meskipun Tuhan tidak menunjukkan persamaan dalam hal mencintai seluruh maksud, mereka rupanya begitu adil saat menganugerahkan kesengsaraan pada seluruh orang.”

Aku menyeringai.

Orang tersenyum ketika mereka menjadi kejam pada seseorang. Karena aku secara konstan keras pada diriku sendiri, aku bisa menampilkan tawa kapanku aku senang.

“Zepar, atrium kiriku.”

“Ya, Yang Mulia. Saya, Mayor Jenderal Zepar, di ini.”

“Aku mendengar sorakan saat kaveleri musuh masuk. Itu bahasa Habsburg. Si jalang Elizabeth itu pasti memainkan tipu daya. Aku akan anugerahkan padamu Serigala-Serigala Penyesalan-ku. Kejar mereka sampai ujung Neraka dan cabik-caik dia.”

“······.”

Zepar menundukkan kepalanya.

“Seperti perintah Anda.”

“Yeah. Ikuti dengan baik. Kalau kau gagal, ka matilah di sana.”

Aku menjentikkan jari-jariku. Bayanganku bergetar sebelum memintahkan 7 kerongkongan, kerongkongan binatang hitam.

Tangkap ibu hamil hidup-hidup dan tuangkan kutukan pada mereka. Buat mereka menjadi mayat hidup yang tidak hidup ataupun mati. Setelah mengumpulkan 100 lemure anak-anak yang lahir dari mayat hidup itu, monster yang kau dapatkan dari menanamkan lemure tersebut adalah familiar eksklusifku, Serigala Penyesalan.

(TLN : Lemure = roh orang mati dalam Roma kuno.)

Hanya ada satu cara untuk menghancurkan mereka. Hanya para ibu, yang telah melakukan kelahiran mati, bisa kabur dari taring Rerigala Penyesalan. Alasan mengapa penyihir-penyihir mengganggu itu bisa melindungi dantalian adalah karena itu. Jelas karena mereka penyihir mereka pasti telah mengalami sesuatu seperti kelahiran mati beberapa kai. Namun, jika itu Putri Kekaisaran Habsburg, maka dia tidak akan pernah mengalami kehamilan.

“Beleth, atrium kananku.”

“Menunggu perintah Anda, Komandan Pasukan.”

“Ada wanita succubus rendahan yang selalu mengikuti Dantalian. Dia pasti mengatur pasokan di belakang. Tangkap jalang itu dan bawa dia ke hadapanku.”

“Benar-benar bukan preferensi saya untuk mengancam wanita dan anak-anak. Terlebih, saya ingat bahwa makhluk satu itu dianggap sebagai orang buangan. Jika seorang pria mewah, seperti diri saya, menyentuh orang rendahan seperti itu, maka martabat saya······.”

“Apa kau mau aku menghancurkan martabat angkuhmu bersamaan dengan tubuhmu itu?”

“Karena saya masih sangat kecil, saya akan menangkap seorang succubus setidaknya sekali saja. Serahkan pada saya.”

Peringkat 16, Demon Lord Zepar, dan Peringkat 13, Demon Lord Beleth, dua Demon Lord berperingkat tinggi yang menyokong Faksi Dataran menerima perintah mereka dan membubarkan diri.

Zepar kemungkinan besar akan menghancurkan Putri Kekaisaran Elizabeth dengan leluasa dan kembali. Aku tidak khawatir meskipun butuh beberapa hari. Masalahnya bukanlah si Putri Kerajaan, melainkan, Dantalian.

Aku sangat yakin bahwa anak manusia itu tidak mengoperasikan unitnya sendiri. Dia kemungkinan besar menerima instruksi dari Dantalinan, dan menariknya, untuk mempermainkan kami. Meskipun tidak ada bukti, itu tidak masalah. Intuisi tuaku, instingku yang telah dilatih sambil melompati situasi hidup mati ribuan kali di medan tempur, memberitahuku ini. Dantalian dan gadis itu, bahwa mereka berdua merencanakan sesuatu.

Dantalian. Kau menggemaskan karena kau memainkan trik imut. Namun, aku secara konstan siap untuk mengoyak tenggorokanmu jika kau menunjukkan taringmu padaku. Akan kutunjukkan itu padamu sekarang.

Tak lama kemudian, Beleth kembali dengan succubus berambut merah muda. Aku penasaran apakah dia telah memukulinya beberapa kali untuk menunjukkan contoh karena pipi kanannya memar.

“······.”

Kalau tidak salah, namanya Lapis Lazuli. Bahkan saat darah menetes dari sisi mulut buangan rendahan ini, dia terus menatap ke arahku. Dia melihatku dengan wajah tanpa emosi seolah-olah dia memperingatkanku. Meskipun kami bertemu secara langsung beberapa kali kapanpun aku keluar masuk dari tempat tinggal Dantalian, berapa kalipun aku melihatnya, aku tidak suka tatapan tajamnya.

“Saya telah membawanya, Komandan Pasukan. Ini, karena dia bukan jalang pendengki, saya memukulnya sedikit sebelumnya. Tsk. Beneran, rasanya kotor memukul makhluk lemah.”

“Kerja bagus. Letakan dia di sini.”

“Ya. Sesuai perintah anda.”

Gedebug.

Beleth meletakkan si buangan seolah-olah dia melemparnya. Karena tubuh bagian atasnya terjatuh terlebih dahulu, si buangan terluka di wajahnya. Dengan wajah terluka oleh tanah dan ditutupi oleh air berlumpur, seseorang yang merupakan kekasih Dantalian dan juga berdarah campuran rakyat jelatan, menatapku.

“······Orang ini memohon maaf, Yang Mulia Agung, naming orang ini tidak berpikir bawa ini adalah penyambutan yang tepat. Tidak peduli seberapa rendahannya orang ini, ini adalah tubuh telah menerima rahmat agung Yang Mulia Dantalian dan juga tubuh yang bertugas mengatur garis belakang sebuah unit. Mengapa Yang Mulia Agung melanggar hukum ketat militer dalam kemauan Yang Mulia Agung itu sendiri?”

“Aku tidak menaruh dendam pada kepribadianmu, nak.”

Aku meraih rambut si buangan dan mengangkat kepalanya.

Jengkelnya, si jelatah ini tidak menunjukkan satupun ekspresi kesakitan ataupun mengeluarkan erangan. Dia hanya menatap langsung mataku dengan tatapan tak tergoyahkan.

“Namun, frustasi terus menimbun kea rah anak itu yang memberikan rahmat agungnya padamu. Apa lagi? Bahkan saat berpidato, dia mengkhianati kepercayaanku, dan dia menggunakan metode murahan sehinggak dia bisa menghindari hukuman kecil. Menurutku aku harus apa pada anak itu, yang membuat jenderal penggantinya itu menertawai seluruh faksiku?”

“······.”

Si buangan menutup bibirnya. Itu benar. Kau tidak bisa menjawab itu. Kau tidak tahu jawabannya. Aku mengangkat sudut bibirku.

“Yeah. Aku sama. Aku tidak benar-benar yakin apa yang harus kulakukan dari sekarang. Itu sebabnya, sekarang, aku berencana untuk mengunjungi Dantalian denganmu dan menanyainya secara pribadi. Ikuti aku, jalang jelata.”

Dantalian. Akan menjadi ide bagus untuk memberikaku penjelasan yang layak. Tidak hanya untuk keamananmu, namun jika kau menghargai hidup kekasih yang amat kau cintai ini.

“Untuk sekarang, haruska kita pemanasan sebelum kita mengunjungi Dantalian?”

Aku menyeringai lebar.



▯Demon Lord Kebajikan, Peringkat 9, Paimon

Kalender Kekaisaran: Tahun 1506, Bulan 4, Hari 7

Dataran Bruno, Sayap Kiri Tentara Aliansi Pulan Sabit



“······.”

Di bawah guyuran hujan.

Nona ini menggenggam kipasbulu basahnyanerat-erat.

“······Sekali lagi, nona muda ini akan melihat Dantalian.”

Bukan itu.

Meskipun nona muda ini tak yakin apakah dia memiliki hak untuk mengatakan ini, bukan hanya tak mampu menghentikan perang, malahan nona muda ini tak memiliki pilihan lain selain mengatakannya. Pertama-tama, karena ini adalah perang yang dimulai atas muslihat Dantalian, tak akan aneh jika Dantalianlah yang memimpinnya. Namun, meskipun ada orang yang memulai perang dan orang yang mengakhirinya, orang yang telah menguasai peperangan adalah tentara itu sendiri.

Di bawah komando gadis manusia tersebut, pertimbangan atas hidup para tentara tidaklah ada. Bisa saja aksinya tersebut adalah protes terhadap fakta bahwa kami telah memenjarakan Dantalian. Bisa saja itu hanyalah kejenakaan kekanakn dan arogansi seorang gadis kecil. Manapun itu, dia adalah induvidu yang membuat rasa gelisah tak terhingga jika sebuah pasukan diletakan di tangannya. Karena dia adalah jenderal pengganti Dandalian, akan bijaksana untuk mendiskusikan ini dengannya.

“Sitri, atur kamp militer atas nama gadis ini mala ini.”

“Apa tidak masalah untuk pergi sendiri, kak?”

Sitri memeriksa mata khawatir gadis ini. Karena dia tampak seperti hewan peliharaan yang mencoba untuk menyenangkan kawannya sendiri, sebuah senyum mengapung pada bibir nona ini tanpa sengaja. Mampu menunjukkan sebuah senyuman bahkan di situasi semacam ini adalah berkat Sitri.

“Tak apa. Nona muda ini hanya bertemu dan bercakap-cakap denganya saja.”

“Bukan itu. Mm. Di pertempuran barusan, Barbatos berpartisipasi di sisi lain, kan? Jadi kurasa dia kesal juga saat ini. Meski Barbatos hanya layak untuk mati, kau tidak akan benar-benar seperti itu, kan?”

“······.”

“Kalau kakak bertemu Dantalian sekarang, maka bukankah itu artinya kau malah berlari menuju Barbatos? Kau malah akan bertengkar dengannya lagi.”

“Kalau begitu, mau bagaimana lagi.”

Nona muda ini berbicara sambil meletakkan lebih banyak kekuatan pada suaranya.

“Mau bagaimana lagi, nona ini harus pergi secepatnya. Pernyataan nona ini untuk menerima Dantalian ke dalam Faksi Pegunungan bukanlah bohong belaka. Nona ini dengan terbuka menyarakan di depan semua orang bahwa dia akan berhubungan dengan pria yang dibuat oleh Barbatos sebagai kekasihnya. Nona ini taka da pilihan lain selain menggunakan tipu daya politik, tapi         .”

Kali ini, akan adil dan setara.

Sambil melihat lurus Barbatos, nona ini pasti akan membawa individu yang nona ini percayai dibutuhkan untuk kami.

“······.”

Setelah melihat nona ini mengeraskan ketetapan hatinya, Sitri mengangguk. Anak ini, yang selalu diam-diam mendukung nona ini, meletakkan kepercayaan, yang tidak berubah sampai saat ini, ke dalam suaranya dan mendorong nona ini ke depan.

“Oke. Hati-hati, kak. Akan ku urus segala hal di sini.”

Ya. Nona ini akan mempercayaimu dan menyerahkan semuanya di tanganmu, Sitri. Jendal penggantiku.

Meninggalkan para kapten yang depresi karena mereka telah membiarkan kemenangan lolos dari jari-jari mereka, nona ini pergi. Setiap langkah yang diambil nona ini, ada lumpur, air berlumpur melumuri sepatunya dan merembes ke dalam roknya, mengotori mantelnya, namun tidak masalah. Jika nona ini percaya bahwa ada beberapa tetes darah dari para tentara, yang telah tewas di bawah komando nona ini, becampur padu dengan setiap kolam lumpur pada medan perang hari ini, maka pemikiran hal itu kotar tak akan muncul di pikiran nona ini.

Hujan perlahan berhenti. Dari langit, di mana awan hitam tak mungkin bisa menutupi seluruhnya, beberapa cahaya kuning dari matahari terbenam jatuh ke bumi. Di antara sinar itu, salah satunya merembes ke dalam dahi mayat yang begeletakan secara acak di tanah. Bukan mayat iblis, melainkan mayat manusia. Anak domba, tentara yang melakukan apa yang mereka bisa untuk melihat cahaya matahari, yang kemungkinan besar tak bisa lagi dilihat pada saat kematiannya, menatap langit dengan mata berapi-api.

“······.”

Nona muda ini berhenti sesaat dan membungkukkan punggungnya ke depan. Mantel nona muda ini menyentuh bumu dan menjadi basah dalam air berlumpur. Sementara menggosok kelopak mati dari subject tanpa nama, noan ini berpikir iru adalah tugas pemimpin, di mana mereka harus menyelupkan jubah mereka untuk mereka guna melakukan tugas sederhana yaitu menutup mata subjek mereka, adalah cukup mengerikan.

Walaupun nona ini tidak yakin sudah menjadi senoda apa dirinya.

Bukankah setidaknya akan memungkinkan untuk membuat resolusi yang memperbolehkan seseorang untuk menjadi sekotor itu.

Nona ini duduk melamun di medan yang disinari matahari terbenam yang telah menjadi pucat.



▯Raja Rakyat Jelata, Peringkat 71, Dantalian

Kalender Kekaisaran: Tahun 1506, Bulan 4, Hari 7

Dataran Bruno, Tentara Aliansi Bulan Sabit, Penjara Sederhana



Apakah hujan hari ini akhirnya berhenti?

Aku mengeluarkan tembakau yang kumasukkan ke dalam salah satu kantong jubahku. Karena tidak ada penutup, ini adalah sel di mana hujan terus mengalir masuk. Meskipun aku juga tidak berencana berkata bahwa aku cukup menikmati terkena curah hujan atau protes akan hal ini, fakta bahwa aku tak bisa merokok dengan benar, hal semacam itu membuat ini menjadi membosankan dan tak nyaman. Hujan musim semi tahun ini begitu deras dan berlangsung lama.

Klak, aku menyalakan api dengan pemantik. Klak, klak······ Sambil menatap bara api yang berkelip singkat, mirp dengan listrik, aku perlahan meninjau pertempuran uang telah terjadi hari ini. Aku menggumamkan kata-kata yang benar-benar tidak diperlukan sambil memantikkan api.

“Ah, ini sulit buat dihidupkan.”

Tidak menang dengan jelas dan tidak kalah dengan jelas. Itu adalah perintah yang kuberikan pada Farnese. Jika ini masih di waktu dahulu, maka Farnese kemungkuninan besar tak akan mampu mengerti apa maksudnya itu dan dia akan menanyakannya. Namun, keadaanya sekarang, yang dididik oleh Lapis dan diriku, berbeda. Dia pasti bisa mengetahui maksud tersiratnya dengan mudah.

Satu bagian yang merepotkanku adalah kelakuan Putri Kekaisaran Elizabeth. Aku membuat responku terhadap pergerakannya melalui Farnese. Apakah Putri Kekaisaran akan berbuat berdasarkan itu atau tidak. Jika dia melakukannya, maka apa yang akan berbeda······. Sesuai dengan ini, arah perang akan diputuskan.

“Badum tat badum tat sebaiknya apa: ini atau itu? Badum tatat tat bakar kuil dan bunuh orang — haruskah begini?······.”

Aku menandungkan lagu militer yang telah kugubah sendiri.

Seingkatnya, orang yang mengkomandokan perang ini adalah Elizabeth dan diriku. Bukan Barbatos atau Paimon. Tujuan perang yang pasti telah terbentang hari ini, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memberitahukan dua Demon Lord akan kebenaran dingin ini.

Tetap duduk.

Jika kalian ingin memenangkan perang, maka bebaskan aku dari penjara ini dan berikan kepemimpinan padaku.

Jika tidak, maka kalian semua akan mati di tangan Putri Kekaisaran.

Sebuah pesan yang terus terang dan tegas.

Meskipun kalian semua menyerang penuh di sana, kalian tak akan bisa menggenggam perang. Meskipun dikurung dalam penjara sempit ini, aku mendominasi medan tempur. Itu karena aku sangat lebih kompeten disbanding kalian. Tak ada ketidakrasionalan, ketidaklogikalan, atau ketidakadilan di sini. Ini hanyalah kebenaran.

Satu-satunya kebenaran.

“Saat mereka mati dan mati lagi serratus kali······ Ah.”

Bara api akhirnya membakar tembakau. Aku berhenti bernyanyi sesaat untuk meniupkan udara pada tembakau. Bara api berkdip-kedip dan mulai berhasil membakar tembakau dengan warna merah bersinar.

“Mhm.”

Sempurna.

Sangat mungkin, Barbatos pasti telah menyadari maksudku. Kemungkinan Paimon mampu untuk menerima petunjukkanya adalah sekitar 50 persen. Jika mereka berdua bijaksana, maka mereka akan sadar bahwa taka da hal bagus akan datang dari menyingkirkanku dan keminangkan itu akan menjadi jauh jika mereka membunuh Farnese. Mereka berdua tak ada pilihan lain selain untuk tidak membuat dakwaan apapun dan hanya menerimanya tanpa syarat.

Karena para manusia memiliki monster yang dikenal sebagai Elizabeth Atanaxia Evatriae von Habsburg.

Karena, satu-satunya orang yang bisa menghentikan dirinya hanyalah diriku, Dantalian, dan Laura De Farnese yang telah Dantalian rekrut.

Aku akan selamat karena kecakapan Elizabeth, dan sebaliknya, aku yakin bahwa Elizabeth akan bisa bernafas berkat kecakapanku dan Farnese. Elizabeth dan aku adalah sepasang pendaki yang mendaki bersama dambir bergantung hidup satu sama lain.

“Kalau begitu.”

Bagaimana Barbator dan Paimon akan bereaksi? Akankah mereka murka? Mereka pasti akan murka. Akankah mereka putus asa? Mereka mungkin putus asa. Aku penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya. Nilai sebenarnya seseorang selalu dibuktikan setelah kata ‘selanjutnya’ telah tiba.

Dengan sikap mental yang menunggu segala hal yang baru mendekat, aku melihat ke arah horizon dai hadapan jeruji besi. Tembakau terasa manis dan memuat pikiranku terasa mati rasa. Aku menyanyikan sisa lagu sambil menghembuskan asap ke arah matahari yang baru terbenam.

“Atau jika kami mati dan mati bersama — haruskah begitu······?”

Aku di sini di dalam penjara ini.











Back  -  Main  -  Next

Related Posts

Dungeon Defense Bahasa Indonesia - Jilid 4 Bab 2 (Bag. 6)
4/ 5
Oleh