Chapter 22 – Menjadikannya Budak dan Dua Iblis ③
Usai
sedikit membereskan pembalasan dendamku dan menambahkan Tamaki ke anggota party, kini kami kembali fokus ke tujuan
awal kami untuk menundukkan dungeon.
Alasanku
datang ke sini adalah untuk menambahkan iblis baru ke kelompokku.
Aku
memahami fakta bahwa aku ini adalah seorang pahlawan saat mendengar apa yang
Leadred ucapkan sebelumnya.
Bukan
yang mempunyai banyak integritas.
Aku
juga mulai memahami bahwa ia kalah dari Pahlawan Terias dan disegel di dungeon itu. Waktu sudah berlalu
semenjak saat itu, dan segel tersebut pun dilepaskan oleh seorang wanita.
Kala
itu, ia diberikan suatu ramalan.
—Suatu hari nanti, pahlawan kita akan datang.
Jikalau kau mengikuti orang tersebut, para iblis akan memperoleh kejayaan
mereka.
Semenjak
saat itu, ia sudah menunggu selamanya di sana.
Ia
diberitahu bahwa orang yang menggenggam Revenge
of the Grudgebearer lah yang akan menjadi pahlawan mereka.
Kembali
ke permasalahan saat ini, aku tengah memikirkan kemungkinan adanya iblis lain
di dungeon-dungeon lainnya yang akan
menjadi pengikutku seperti halnya Leadred.
Kalau
memang begitu, maka menundukkan dungeon-dungeon
terdekat adalah cara yang paling tepat untuk diambil.
Aku
ingin mengumpulkan orang-orang yang kuat sebanyak mungkin. Mereka mungkin
takkan terbunuh, bahkan di tempat-tempat seperti ini.
Bahkan
Rumah Monster saja sudah bukan jadi ancaman lagi buat kami, malahan kami sangat
menyambutnya.
Maksudku,
Rumah Monster benar-benar ladang exp
yang sangat besar.
"Tamaki, kasih liat aku
statusmu."
"Te-Tentu."
".... Yui? Kau ini budaknya
Daichi, jadi harus lebih sopan padanya."
"Ba-Baik, Shuri—aku ngerti,
jadi bisa kau hentikan tampangmu itu? Itu menakutkan!"
Usai
menyelesaikan pembicaraan mereka, Tamaki dan aku pun membukakan status kami.
Katsuragi
Daichi
Job : Hero
Lv. 68
Stamina : 4250
Mana : 5600
à 4100
Strength : 4900
Resistance : 4500
Dexterity : 2900
Special
Abilities :
· [Heart
of Steel] Nilai resistance jadi dua kali lipat selama
pertarungan. Menangkal racun, lumpuh, hipnosis, dan kerusakan mental 1/3 dari
waktunya.
· [Indomitable
Mentality] Mana takkan berada di bawah 100.
· [Absolute
Command] Muncul pada mereka yang dihidupkan kembali oleh
Lich King yang level-nya lebih rendah darinya. Perintah apa pun yang diterima
oleh budak akan ditaati sampai ototritasnya dihentikan.
· [Magus
of Slaughter] Damage yang diberikan pada musuh juga akan
melukai spesies yang sama dalam radius 10 meter.
· [Brutal
Mind] Usai membunuh tiga anggota yang berspesies sama,
serangan terhadap sepesies tersebut mempunyai efek racun pelumpuh.
· [Incantion
Ommision] Mampu meniadakan mantera yang diperlukan saat
mengaktifkan sihir. Akan tetapi, pemakaian mana meningkat hingga 150%
· [Lich
King] Mampu membuat kontrak dengan makhluk yang sudah
mati, menghidupkannya kembali dan mentaati perintahmu. Tiap kali sang
pengguna mati, akan mendapatkan slot.
· Saat
ini : 0 Slot.
Unique Abilities :
· [Revenge
of the Grudgebearer] Tak peduli berapa kalipun kau mati, akan bangkit
kembali dengan menghimpun kekuatan dari jurang kematian.
· Saat
ini : 7 Kali mati.
|
Tamaki
Yui
Job : Hero
Lv. 28
Stamina : 720
Mana : 1780
Strength : 1100
Resisstancee : 840
Dexterity : 350
Special Abilities
:
· [Frost
Witch] Meningkatkan keefektifan sihir es satu tingkat.
Tidak bisa melewati Tingkatan Dewa.
· [Incantation
Omission] Mampu meniadakan mantera yang diperlukan saat
mengaktifkan sihir. Akan tetapi, pemakaian mana meningkat hingga 150%.
Special
Condition :
· [High-Grade
Slave] Master : Katsuragi Daichi. Setiap serangan terhadap
tuan-mu diblokir. Dipaksa patuh sampai dilepaskan.
|
"Uwah,
lemah sangat."
Makasih
sudah jujur, Leadred. Tapi memang benar, hanya membandingkan nilai-nilai
angkanya saja dengan kami, dia takkan berguna selama menghadapi pertarungan sebenarnya.
"Paling tidak, kita bisa
menjadikannya tameng...."
"Kejam sekali?!"
"Aww.... It-Itu memang....
benar, tapi....!"
"Jadi, Tamaki. Lindungilah Shuri
dengan nyawamu. Akan kubunuh kalau kau sampai membiarkannya mati."
"Eh, bukan kau?! Tapi, baiklah—....
aku paham!"
Tamaki
yang kelihatan bersemangat karena lebih diprioritaskan untuk melindungi Shuri
ketimbang aku, mendekatinya sembari tersenyum.
....
Tapi, apa pun yang terjadi, setidaknya aku akan membunuhnya sekali.
"Jadi, Pahlawan. Apa yang mesti
kita lakukan sekarang? Meningkatkan level-nya?"
"Kita tak punya alasan untuk
berbuat sampai sejauh itu, aku tinggal membawanya kembali dari kematian kalau
dia mati. Kita akan terus pergi ke bawah, tidak perlu berhenti."
"Baiklah. Kalau begitu, ayo
kita pergi?"
Kami
berjalan dalam satu barisan dengan dipimpin oleh Leadred, karena dia orang yang
terkuat di antara kami.
Tujuan
kami saat ini adalah untuk mencapai lantai 40 dan memeriksa semuanya, lalu
membuat rencana apa yang harus dilakukan kedepannya berdasarkan apa yang kami
lihat.
Selama
ini tidak ada perubahan dalam kekuatan musuh.
Kalau
memang harus dikatakan, mungkin status mereka sedikit meningkat.
"Hmm.... Kalau terus seperti
ini, kita akan bisa sampai ke lantai 40 dengan mudah."
"Benarkah?
Satu-satunya yang akan menghabiskan waktu adalah mencari tangga ke lantai bawah,
kalau soal pertarungannya kurasa tidak akan sulit."
"Kalau Leadred yang
mengatakannya, aku jadi sedikit lega."
"Rasanya aneh kalau memang akan
jadi semudah ini."
"Ini semua berkat Daichi. Para pahlawan
menjijikan yang selalu menindas Daichi tidak punya kemampuan untuk menilai tabiat
orang."
Err,
Shuri. Tapi awalnya kau juga termasuk ke pahlawan
menjijikan itu?
"Pokoknya, jangan terlalu
santai. Pada saat-saat seperti ini, kalian harus bisa mengendalikan diri."
Aku
menyuruh kedua gadis itu yang membuat keributan di belakangku untuk waspada.
Seperti
yang Leadred perkirakan, kami pun berhasil mencapai ruangan bertangga di lantai
40 tanpa adanya kesulitan apa pun.
.....
Tidak
ada hal khusus yang benar-benar terjadi saat melewati lantai 41 sampai 59.
Masing-masing
dari status Leadred dan Shuri meningkat sekitar 500. Mana Tamaki sudah lebih
dari 2500, tapi status yang lainnya tidak meningkat sama sekali. Peningkatannya
berbeda dengan Shuri yang meningkat secara merata. Apa mungkin dia itu bertipe
khusus?
Tidak
ada seorang pun dari mereka berdua yang mendapatkan Kemampuan Spesial, meski
sekarang keduanya sudah mencapai level petualang kelas atas.
Kami
semua yang awalnya mengira akan melewati sepanjang jalan dengan lancar,
tersandung pada ruang bertangga lantai 60. Bahkan, kami sekarang tengah berada
dalam pertarungan yang sengit.
"Dasar makhluk sialan! Dia
membuatku jengkel!"
Orang
yang mengumpat itu adalah Leadred.
Aku
paham apa yang dirasakannya.
"Si brengsek ini tidak berhenti bergerak-gerak...! Sihir juga tidak mempan lagi, berhenti mempermainkanku!"
Leadred
menyerang monster kecil yang tak bersahabat. Akan tetapi, monster itu mengelak
ke kanan dan menggunakan momentum tersebut untuk menanduk pinggangnya Leadred.
Tubuh
monster itu lunak seperti jeli, sehingga monster itu tidak menyakiti Leadred,
namun secara fisik saja.
"Cih! Racun?!"
Leadred
melompat mundur darinya. Shuri yang tengah bersiaga pun langsung merawatnya
dengan sihir penyembuhan beratribut cahaya.
Dengan
kata lain, hanya menyisakan aku dan Tamaki lah untuk bertarung melawannya.
"Ap-Apaan sih makhluk
ini...."
Aku
tak memalingkan pandangaku dari monster itu, slime beracun—aku memutuskan untuk
menyebutnya begitu karena Leadred juga tidak mengetahui namanya.
Kami
yakin bisa mengalahkannya saat membuka pintu dan melihat monster itu sendirian
di tengah ruangan.
Tidaklah
berlebihan kalau dibilang kami akan bisa langsung membunuhnya. Tapi pas kami
menyerangnya, sesuatu yang aneh terjadi.
Makhluk
itu bereaksi dengan kecepatan yang sangat cepat sehingga pasti mempunyai nilai dexterity yang sangat tinggi. Kami juga
tidak bisa menindihnya dengan sihir. Hanya terserempet tubuhnya saja sudah
cukup membuat kondisi status terserang Deadly
Poison .
Makhluk
ini jelas-jelas bukan slime biasa.
Slime
yang kuketahui tidaklah sekuat ini.
Aku
bahkan mati sekali. Aku terkena serangan mendadaknya, tapi setengahnya karena
disengaja.
Alasannya,
karena aku ini rentan terhadap racun dan aku ingin memperkuat diriku untuk
melawan bos nantinya.
Aku
sanggup menahannya dengan berpikir untuk melindungi Shuri dan yang lainnya.
Beruntungnya,
Shuri mampu menggunakan sihir penyembuh yang cukup untuk menyingkirkan racun,
tapi ini merupakan kenyataan bahwa kita tidak bisa menyerangnya dengan
sembrono.
Apa
makhluk itu berencana menguras stamina
dan mana kami?
Sudah
satu jam semenjak kami mulai bertarung.
Kalau
memang itu tujuannya, maka strateginya berjalan dengan baik.
"Hei, Katsuragi! Apa kau tidak
punya rencana?!"
Teriak
Tamaki yang mengeluh. Berisik, cari saja sendiri!
Kenapa
kau berteriak dengan sangat keras.... lihat? Sekarang makhluk itu mengincarmu.
"Ah—hei, tunggu! tunggu!"
Tak
mampu bertarung, Tamaki pun dijegal oleh slime.
Tentu
saja dia terserang Deadly Poison.
Akan
tetapi, aku kepikiran sesuatu. Cara untuk melalui ini.
Tamaki
akan diperlukan untuk menjalankan rencana ini. Aku berlari ke tempat dia roboh,
dan mengusir slime itu sebelum mengguncangkan bahunya Tamaki.
"Geh.... Katsuragi...."
"Kau tidak apa-apa,
Tamaki?"
"Serangannya sih tidak ada
apa-apanya, tapi racunnya sangat menyebalkan...."
"Bentar, aku akan memeriksa
sesuatu."
Aku
membuka layar status, dan melihat Deadly
Poison ditambahkan pada stauts-nya Tamaki.
Dalam
status-nya dijelaskan bahwa efeknya akan mengurangi nilai stamina seseorang seratus per menitnya, dan jikalau nilai stamina-nya sampai nol, maka orang itu
akan mati.
Dengan
kata lain, Tamaki hanya punya waktu sembilan menit lagi. Aku harus cepat-cepat
mengurusi makhluk itu.
Aku
membuat dia duduk dan mencengkram tengkuk lehernya.
"Hei—! Apa yang kau lakukan
pada orang yang sakit?!"
"Aku akan memakaimu untuk
menghentikan pergerakan makhluk itu! Kau akan segera melakukan serangan bunuh
diri, dan makhluk itu pasti akan mencoba mejegalmu lagi. Gunakan momen itu
untuk menangkapnya! Oke?!"
"Tidak mau! Tunggu, jadi kau menjadikanku
tameng?!"
"Menyerahlah! Sesalilah atas
semua yang kau lakukan padaku hingga sekarang!"
"Tidak mungkin! Lepaskan
aku!"
Tamaki
mencoba melepaskan diri dari cengkramanku. Ayolah, dasar wanita merepotkan!
Saat
kutempatkan tangan kosongku pada matanya, dia pun berhenti melawan.
"Apa yang kau lakukan?! Aku
tidak bisa melihat! Ini gelap dan menakutkan!!"
"Kalau kau tidak mau nurut,
akan kulemparkan kau ke sana!"
"Aku akan melakukannya, jadi lepaskan
aku!"
"Jadi kau ingin menjadi
tamengku?!"
"Aku ingin menjadi tamengnya
Master!"
"Bagus! Kalau begitu pergilah,
Tameng!"
"Sialaan! Memakaiku seperti
tameng saja! Terserahlah, akan aku lakukan!"
Tamaki
mempersiapkan dirinya dan menjawab dengan menyeringai meski meneteskan air
matanya, dan mendekati slime.
Tentu
saja, makhluk itu menghantam punggung Tamaki dengan tandukkannya.
"Tameng! Tangkap dia!"
"Baik, Master!....
Gufuh—!"
Si
Tameng mengatur waktunya dengan baik, dan berhasil menangkap slime itu dalam pelukkannya.
Lalu
dia menghabisinya dengan sihir tipe es, dan mengangkatnya di atas kepala.
"Aku berhasil! Aku berhasil,
Master!"
"Kau berhasil. Dan untuk
hadiahmu, serahkan itu padaku dan pergilah ke Shuri untuk diobati."
"Terima kasih. Aku takkan melupakan
kebaikanmu. Aku pasti akan
membayarnya...!"
Biarpun
dia mengatakannya dengan gigi terkatup, dia tidak terasa mengancam sama sekali.
Aku
yang kesal pun mencengkram tangannya dan menguncinya ke balik punggungnya,
merenggut kebebasannya sekali lagi.
Tanpa
perlu dikatakan lagi, wanita itu pun sangat ketakutan dan menjerit.
"Ngapain kau?!"
Lupa
kalau dia adalah budakku, Tamaki pun ngegas.
"Apa kau lupa kalau kau itu cuma
alat buatku? Berhentilah mengeluh."
"Buatku, ini level paling
rendah."
"Hah?! Apa-apaan!"
Usai
mengalahkan musuh yang kuat dan semakin percaya diri, Tamaki kelihatannya belum
memahami posisinya.
Percakapan
riang yang kami lakukan mungkin adalah penyebabnya.
Status-nya
Tamaki itu rendah, jadi kami pikir takkan bisa memanfaatkannya kecuali
melakukannya seperti ini. Atau malahan, bisa dibilang inilah peran utamanya.
Biarpun
begitu....
Dinilai
dari sikapnya, dia tidak mempertimbangkan apa pun.
Pembangkangannya
yang seperti ini menyebalkan. Aku tadi mati, jadi aku memperoleh slot baru.
Kurasa
tidak ada ruginya untuk menjadikannya budak yang sebenarnya sebelum kita sampai
ke lantai terakhir.
Ya,
ayo lakukan. Meskipun itu membuat rugi sedikit.
"Tamaki."
"Apa?"
"Bisakah kau mati?"
".... Eh?"
Leadred
yang berdiri di belakangnya, menusuk payudara kirinya Tamaki dengan pedang
perangnya.
".... H—... ah...?"
"Devil Flame."
Leadred
membakar wajah Tamaki dengan apinya untuk memastikan kematiannya.
"Leadred. Jangan membunuhnya
secepat itu. Kau harus sengaja menghindari titik vitalnya."
"Oh, baiklah."
Tangan
Tamaki kejang-kejang.
Aku
tahu apa yang dirasakannya.
Panas,
sakit, menderita.
Ketiga
itu pasti menguasai pikirannya. Setelah beberapa saat, sarafnya akan berhenti
bekerja dengan benar dan rasa sakitnya akan berkurang, tapi itu hanya akan
membuatnya semakin takut akan kematian.
Kalau
soal sekarat, aku ini veterannya.
Aku
tahu sebagian besar hal-hal yang akan orang rasakan dan pikirkan saat mereka
mati.
"Dia sudah tidak bernapas
lagi.... Anda mesti cepat-cepat menjadikannya budak. Lebih baik dilakukan saat
mayatnya masih segar."
"Ya."
Ekpresinya
sudah disimpangkan oleh rasa sakit. Matanya terbakar dan ingus kotornya
membasahi wajahnya.
Aku
sedikit merasa mendingan melihat dia seperti itu.
Membaringkan
Tamaki di lantai, aku mengangkat tangannya dan mulai menjadikannya budak.
"Aku akan memberikanmu
kehidupan baru, kehidupan kedua. Buatlah perjanjian denganku, dan jadilah
pelayanku. Binding Resurrection!"
Tubuh
Tamaki mulai memulihkan sendiri.
Luka
di dadanya pun tertutup, kegosongannya lenyap, dan bagian-bagian pada wajahnya
pun kembali seperti semula.
Dengan
begitu, Tamaki pun sudah selesai dijadikan budak. Setelah beberapa saat, dia
pun terbangun. Aku takkan pernah bosan dengan reaksi mereka setelah terbangun
kembali.
Tamaki
takkan bisa melarikan diri lagi.
".... Daichi."
Shuri
yang mulai bosan pun menepuk pangkuannya saat aku memeriksa Tamaki.
Kurasa
tidak ada laki-laki yang bisa menolak ajakan itu.
"Leadred. Kita istirahat
sebentar. Aku akan melakukan perjalanan singkat ke alam mimpi, jadi tolong
awasi Tamaki."
"Kalau dia mencoba kabur?"
"Membunuh dia tidak ada gunanya,
jadi jaga saja dia agar tidak menyerang dengan Devilish Aura atau sesuatu. Kalau dia tidak mematuhimu, patahkan
saja satu atau dua tulangnya."
"Dimengerti. Sembuhkan diri
Anda sepuasnya."
Leadred
melambaikan tangannya. Dia sudah mulai mengawasi Tamaki.
....
Kurasa dia cuma tidak ingin melihat kami bercumbu, tapi itu mungkin cuma
khayalanku saja.
"Kalau begitu, akan kuterima
tawaranmu, Shuri."
"Aku tidak keberatan, lakukanlah
selama yang kau inginkan. Aku suka saat melihatmu tertidur."
Karena
Shuri berkata begitu, aku tak bisa menertawakannya sebagai lelucon.
Tapi
aku penasaran, mengapa aku merasa sangat nyaman dimanjakan olehnya?
Sungguh,
aku benar-benar tidak tahu yang mana dari kami yang majikan.
Merasa
santai dan menikmati keempukan di atas kepalaku, aku pun jatuh tertidur dengan
lelap.
***
Usai
kami silih gantian tidur selama beberapa jam untuk memulihkan mana, kami pun mulai kembali menundukkan
dungeon.
Leadred,
Shuri, dan aku tengah membicarakan soal slime yang kami hadapi.
Tamaki
sedang mengurus monster-monster sendirian. Ngomong-ngomong, aku menggunakan Absolute Command padanya, sehingga dia
tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Usai
dijadikan budak, Tamaki terus-terusan berteriak dan menghujaniku dengan makian.
Aku
yang muak pun menghukumnya untuk berburu monster-monster sendirian. Aku bahkan
menyuruh Shuri dan Leadred untuk melayangkan serangan pembunuh dengan sihir,
sehingga level-nya tidak akan meningkat.
Bagaimanapun
juga, Tamaki tetap akan mendapatkan beberapa exp jikalau aku membunuh monster-monster.
"Tidakkah kau pikir level kita
melonjak karena slime sebelumnya?"
"Ya. Kalau dibandingkan dengan kalian
berdua, pada pertarungan itu aku masih tidak berdaya meski...."
"Aku juga terkejut. Ini kali
kertiganya aku tidak bisa memotong sesuatu dengan pedangku. Tapi berkat itu, rasanya
aku tahu siapa penjaga dungeon
ini."
Leadred
yang bangga pun tersenyum.
"Beneran?!"
"Ya. Monster itu menggunakan
racun dan mempunyai tubuh yang lunak. Keduanya itu adalah tindakan yang
sempurna terhadap seranganku. Hanya ada satu orang yang mampu melakukan itu....
hanya saja.... haah...."
Seketika
itu juga, senyumannya langsung berubah jadi kesal.
"Apa ada yang salah?"
"Orang itu benar-benar
menyebalkan. Kurasa aku tidak akan bisa menghindari pertarungan
dengannya."
"Eh, serius?"
Terus
terang saja, kupikir dengan adanya Leadred, yang juga seorang iblis, kita bisa
membujuknya. Aku lebih suka jikalau kita bisa menyelesaikannya dengan
pembicaraan saja.
Namun
naasnya, kelihatannya kita takkan bisa berbuat begitu.
"Sungguh, dia takkan
mendengarkan apa yang Anda katakan kecuali dia menganggap Anda memang layak
untuk dilayaninya."
"Begitu ya...."
"Kalau begitu, tidak bisakah
Daichi menggunakan kekuatannya untuk menjadikan dia budaknya?"
"Pokoknya, kita harus
membunuhnya terlebih dahulu. Dan yang paling terpenting, aku tak punya slot
yang masih tersedia."
Biarpun
aku bisa melepaskan Tamaki untuk menukarnya demi mendapatkan iblis yang
kekuatannya jauh lebih kuat, punya banyak pion untuk dikendalikan akan lebih
baik.
Aku
mati dua kali saat bertarung melawan Leadred, jadi sayangnya, aku cukup yakin
akan mati setidaknya sekali lagi. Sebut saja itu firasat.
"Apalagi, kekuatannya sebanding
denganku."
"Uwah... siapa nama iblis
itu?"
Mendengar
pertanyaan Shuri, Leadred terhenti sejenak sebelum menjawabnya.
"Fantra Angus. Saat itu, dia
adalah seorang ahli siaasat dan dinyatakan sebagai iblis pengguna sihir tipe es
terkuat."
The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 22 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
4 komentar
gasss min.....
Replypadahal dah baca eng nya kemaren :v tapi tetep aja seru baca hasil TL indo nya (karena sebagian ada beberapa yang gak ngerti sih klo eng),, Semangat min update-update novel nya
ReplyWaiting for next update
ReplyDitunggu update nya
Reply