Wednesday, May 30, 2018

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 22 Bahasa Indonesia


Chapter 22 – Menjadikannya Budak dan Dua Iblis ③




Usai sedikit membereskan pembalasan dendamku dan menambahkan Tamaki ke anggota party, kini kami kembali fokus ke tujuan awal kami untuk menundukkan dungeon.

Alasanku datang ke sini adalah untuk menambahkan iblis baru ke kelompokku.

Aku memahami fakta bahwa aku ini adalah seorang pahlawan saat mendengar apa yang Leadred ucapkan sebelumnya.

Bukan yang mempunyai banyak integritas.

Aku juga mulai memahami bahwa ia kalah dari Pahlawan Terias dan disegel di dungeon itu. Waktu sudah berlalu semenjak saat itu, dan segel tersebut pun dilepaskan oleh seorang wanita.

Kala itu, ia diberikan suatu ramalan.

Suatu hari nanti, pahlawan kita akan datang. Jikalau kau mengikuti orang tersebut, para iblis akan memperoleh kejayaan mereka.

Semenjak saat itu, ia sudah menunggu selamanya di sana.

Ia diberitahu bahwa orang yang menggenggam Revenge of the Grudgebearer lah yang akan menjadi pahlawan mereka.

Kembali ke permasalahan saat ini, aku tengah memikirkan kemungkinan adanya iblis lain di dungeon-dungeon lainnya yang akan menjadi pengikutku seperti halnya Leadred.

Kalau memang begitu, maka menundukkan dungeon-dungeon terdekat adalah cara yang paling tepat untuk diambil.

Aku ingin mengumpulkan orang-orang yang kuat sebanyak mungkin. Mereka mungkin takkan terbunuh, bahkan di tempat-tempat seperti ini.

Bahkan Rumah Monster saja sudah bukan jadi ancaman lagi buat kami, malahan kami sangat menyambutnya.

Maksudku, Rumah Monster benar-benar ladang exp yang sangat besar.

            "Tamaki, kasih liat aku statusmu."

            "Te-Tentu."

            ".... Yui? Kau ini budaknya Daichi, jadi harus lebih sopan padanya."

            "Ba-Baik, Shuri—aku ngerti, jadi bisa kau hentikan tampangmu itu? Itu menakutkan!"

Usai menyelesaikan pembicaraan mereka, Tamaki dan aku pun membukakan status kami.

Katsuragi Daichi

Job : Hero Lv. 68
Stamina : 4250
Mana : 5600 à 4100
Strength : 4900
Resistance : 4500
Dexterity : 2900

Special Abilities :
· [Heart of Steel] Nilai resistance jadi dua kali lipat selama pertarungan. Menangkal racun, lumpuh, hipnosis, dan kerusakan mental 1/3 dari waktunya.
·  [Indomitable Mentality] Mana takkan berada di bawah 100.
· [Absolute Command] Muncul pada mereka yang dihidupkan kembali oleh Lich King yang level-nya lebih rendah darinya. Perintah apa pun yang diterima oleh budak akan ditaati sampai ototritasnya dihentikan.
· [Magus of Slaughter] Damage yang diberikan pada musuh juga akan melukai spesies yang sama dalam radius 10 meter.
· [Brutal Mind] Usai membunuh tiga anggota yang berspesies sama, serangan terhadap sepesies tersebut mempunyai efek racun pelumpuh.
·  [Incantion Ommision] Mampu meniadakan mantera yang diperlukan saat mengaktifkan sihir. Akan tetapi, pemakaian mana meningkat hingga 150%
·  [Lich King] Mampu membuat kontrak dengan makhluk yang sudah mati, menghidupkannya kembali dan mentaati perintahmu. Tiap kali sang pengguna mati, akan mendapatkan slot.
·  Saat ini : 0 Slot.

Unique Abilities :
· [Revenge of the Grudgebearer] Tak peduli berapa kalipun kau mati, akan bangkit kembali dengan menghimpun kekuatan dari jurang kematian.
·  Saat ini : 7 Kali mati.

Tamaki Yui

Job : Hero Lv. 28
Stamina : 720
Mana : 1780
Strength : 1100
Resisstancee : 840
Dexterity : 350

Special Abilities :
· [Frost Witch] Meningkatkan keefektifan sihir es satu tingkat. Tidak bisa melewati Tingkatan Dewa.
· [Incantation Omission] Mampu meniadakan mantera yang diperlukan saat mengaktifkan sihir. Akan tetapi, pemakaian mana meningkat hingga 150%.

Special Condition :
· [High-Grade Slave] Master : Katsuragi Daichi. Setiap serangan terhadap tuan-mu diblokir. Dipaksa patuh sampai dilepaskan.

"Uwah, lemah sangat."

Makasih sudah jujur, Leadred. Tapi memang benar, hanya membandingkan nilai-nilai angkanya saja dengan kami, dia takkan berguna selama menghadapi pertarungan sebenarnya.

            "Paling tidak, kita bisa menjadikannya tameng...."

            "Kejam sekali?!"

            "Aww.... It-Itu memang.... benar, tapi....!"

            "Jadi, Tamaki. Lindungilah Shuri dengan nyawamu. Akan kubunuh kalau kau sampai membiarkannya mati."

            "Eh, bukan kau?! Tapi, baiklah—.... aku paham!"

Tamaki yang kelihatan bersemangat karena lebih diprioritaskan untuk melindungi Shuri ketimbang aku, mendekatinya sembari tersenyum.

.... Tapi, apa pun yang terjadi, setidaknya aku akan membunuhnya sekali.

            "Jadi, Pahlawan. Apa yang mesti kita lakukan sekarang? Meningkatkan level-nya?"

            "Kita tak punya alasan untuk berbuat sampai sejauh itu, aku tinggal membawanya kembali dari kematian kalau dia mati. Kita akan terus pergi ke bawah, tidak perlu berhenti."

            "Baiklah. Kalau begitu, ayo kita pergi?"

Kami berjalan dalam satu barisan dengan dipimpin oleh Leadred, karena dia orang yang terkuat di antara kami.

Tujuan kami saat ini adalah untuk mencapai lantai 40 dan memeriksa semuanya, lalu membuat rencana apa yang harus dilakukan kedepannya berdasarkan apa yang kami lihat.

Selama ini tidak ada perubahan dalam kekuatan musuh.

Kalau memang harus dikatakan, mungkin status mereka sedikit meningkat.

            "Hmm.... Kalau terus seperti ini, kita akan bisa sampai ke lantai 40 dengan mudah."

"Benarkah? Satu-satunya yang akan menghabiskan waktu adalah mencari tangga ke lantai bawah, kalau soal pertarungannya kurasa tidak akan sulit."

            "Kalau Leadred yang mengatakannya, aku jadi sedikit lega."

            "Rasanya aneh kalau memang akan jadi semudah ini."

            "Ini semua berkat Daichi. Para pahlawan menjijikan yang selalu menindas Daichi tidak punya kemampuan untuk menilai tabiat orang."

Err, Shuri. Tapi awalnya kau juga termasuk ke pahlawan menjijikan itu?

            "Pokoknya, jangan terlalu santai. Pada saat-saat seperti ini, kalian harus bisa mengendalikan diri."

Aku menyuruh kedua gadis itu yang membuat keributan di belakangku untuk waspada.

Seperti yang Leadred perkirakan, kami pun berhasil mencapai ruangan bertangga di lantai 40 tanpa adanya kesulitan apa pun.

.....

Tidak ada hal khusus yang benar-benar terjadi saat melewati lantai 41 sampai 59.

Masing-masing dari status Leadred dan Shuri meningkat sekitar 500. Mana Tamaki sudah lebih dari 2500, tapi status yang lainnya tidak meningkat sama sekali. Peningkatannya berbeda dengan Shuri yang meningkat secara merata. Apa mungkin dia itu bertipe khusus?

Tidak ada seorang pun dari mereka berdua yang mendapatkan Kemampuan Spesial, meski sekarang keduanya sudah mencapai level petualang kelas atas.

Kami semua yang awalnya mengira akan melewati sepanjang jalan dengan lancar, tersandung pada ruang bertangga lantai 60. Bahkan, kami sekarang tengah berada dalam pertarungan yang sengit.

            "Dasar makhluk sialan! Dia membuatku jengkel!"

Orang yang mengumpat itu adalah Leadred.

Aku paham apa yang dirasakannya.

            "Si brengsek ini tidak berhenti bergerak-gerak...! Sihir juga tidak mempan lagi, berhenti mempermainkanku!"

Leadred menyerang monster kecil yang tak bersahabat. Akan tetapi, monster itu mengelak ke kanan dan menggunakan momentum tersebut untuk menanduk pinggangnya Leadred.

Tubuh monster itu lunak seperti jeli, sehingga monster itu tidak menyakiti Leadred, namun secara fisik saja.

            "Cih! Racun?!"

Leadred melompat mundur darinya. Shuri yang tengah bersiaga pun langsung merawatnya dengan sihir penyembuhan beratribut cahaya.

Dengan kata lain, hanya menyisakan aku dan Tamaki lah untuk bertarung melawannya.

            "Ap-Apaan sih makhluk ini...."

Aku tak memalingkan pandangaku dari monster itu, slime beracun—aku memutuskan untuk menyebutnya begitu karena Leadred juga tidak mengetahui namanya.

Kami yakin bisa mengalahkannya saat membuka pintu dan melihat monster itu sendirian di tengah ruangan.

Tidaklah berlebihan kalau dibilang kami akan bisa langsung membunuhnya. Tapi pas kami menyerangnya, sesuatu yang aneh terjadi.

Makhluk itu bereaksi dengan kecepatan yang sangat cepat sehingga pasti mempunyai nilai dexterity yang sangat tinggi. Kami juga tidak bisa menindihnya dengan sihir. Hanya terserempet tubuhnya saja sudah cukup membuat kondisi status terserang Deadly Poison .

Makhluk ini jelas-jelas bukan slime biasa.

Slime yang kuketahui tidaklah sekuat ini.

Aku bahkan mati sekali. Aku terkena serangan mendadaknya, tapi setengahnya karena disengaja.

Alasannya, karena aku ini rentan terhadap racun dan aku ingin memperkuat diriku untuk melawan bos nantinya.

Aku sanggup menahannya dengan berpikir untuk melindungi Shuri dan yang lainnya.

Beruntungnya, Shuri mampu menggunakan sihir penyembuh yang cukup untuk menyingkirkan racun, tapi ini merupakan kenyataan bahwa kita tidak bisa menyerangnya dengan sembrono.

Apa makhluk itu berencana menguras stamina dan mana kami?

Sudah satu jam semenjak kami mulai bertarung.

Kalau memang itu tujuannya, maka strateginya berjalan dengan baik.

            "Hei, Katsuragi! Apa kau tidak punya rencana?!"

Teriak Tamaki yang mengeluh. Berisik, cari saja sendiri!

Kenapa kau berteriak dengan sangat keras.... lihat? Sekarang makhluk itu mengincarmu.

            "Ah—hei, tunggu! tunggu!"

Tak mampu bertarung, Tamaki pun dijegal oleh slime.

Tentu saja dia terserang Deadly Poison.

Akan tetapi, aku kepikiran sesuatu. Cara untuk melalui ini.

Tamaki akan diperlukan untuk menjalankan rencana ini. Aku berlari ke tempat dia roboh, dan mengusir slime itu sebelum mengguncangkan bahunya Tamaki.

            "Geh.... Katsuragi...."

            "Kau tidak apa-apa, Tamaki?"

            "Serangannya sih tidak ada apa-apanya, tapi racunnya sangat menyebalkan...."

            "Bentar, aku akan memeriksa sesuatu."

Aku membuka layar status, dan melihat Deadly Poison ditambahkan pada stauts-nya Tamaki.

Dalam status-nya dijelaskan bahwa efeknya akan mengurangi nilai stamina seseorang seratus per menitnya, dan jikalau nilai stamina-nya sampai nol, maka orang itu akan mati.

Dengan kata lain, Tamaki hanya punya waktu sembilan menit lagi. Aku harus cepat-cepat mengurusi makhluk itu.

Aku membuat dia duduk dan mencengkram tengkuk lehernya.

            "Hei—! Apa yang kau lakukan pada orang yang sakit?!"

            "Aku akan memakaimu untuk menghentikan pergerakan makhluk itu! Kau akan segera melakukan serangan bunuh diri, dan makhluk itu pasti akan mencoba mejegalmu lagi. Gunakan momen itu untuk menangkapnya! Oke?!"

            "Tidak mau! Tunggu, jadi kau menjadikanku tameng?!"

            "Menyerahlah! Sesalilah atas semua yang kau lakukan padaku hingga sekarang!"

            "Tidak mungkin! Lepaskan aku!"

Tamaki mencoba melepaskan diri dari cengkramanku. Ayolah, dasar wanita merepotkan!

Saat kutempatkan tangan kosongku pada matanya, dia pun berhenti melawan.

            "Apa yang kau lakukan?! Aku tidak bisa melihat! Ini gelap dan menakutkan!!"

            "Kalau kau tidak mau nurut, akan kulemparkan kau ke sana!"

            "Aku akan melakukannya, jadi lepaskan aku!"

            "Jadi kau ingin menjadi tamengku?!"

            "Aku ingin menjadi tamengnya Master!"

            "Bagus! Kalau begitu pergilah, Tameng!"

            "Sialaan! Memakaiku seperti tameng saja! Terserahlah, akan aku lakukan!"

Tamaki mempersiapkan dirinya dan menjawab dengan menyeringai meski meneteskan air matanya, dan mendekati slime.

Tentu saja, makhluk itu menghantam punggung Tamaki dengan tandukkannya.

            "Tameng! Tangkap dia!"

            "Baik, Master!.... Gufuh—!"

Si Tameng mengatur waktunya dengan baik, dan berhasil menangkap slime itu dalam pelukkannya.

Lalu dia menghabisinya dengan sihir tipe es, dan mengangkatnya di atas kepala.

            "Aku berhasil! Aku berhasil, Master!"

            "Kau berhasil. Dan untuk hadiahmu, serahkan itu padaku dan pergilah ke Shuri untuk diobati."

            "Terima kasih. Aku takkan melupakan kebaikanmu. Aku pasti akan membayarnya...!"

Biarpun dia mengatakannya dengan gigi terkatup, dia tidak terasa mengancam sama sekali.

Aku yang kesal pun mencengkram tangannya dan menguncinya ke balik punggungnya, merenggut kebebasannya sekali lagi.

Tanpa perlu dikatakan lagi, wanita itu pun sangat ketakutan dan menjerit.

            "Ngapain kau?!"

Lupa kalau dia adalah budakku, Tamaki pun ngegas.

            "Apa kau lupa kalau kau itu cuma alat buatku? Berhentilah mengeluh."

            "Buatku, ini level paling rendah."

            "Hah?! Apa-apaan!"

Usai mengalahkan musuh yang kuat dan semakin percaya diri, Tamaki kelihatannya belum memahami posisinya.

Percakapan riang yang kami lakukan mungkin adalah penyebabnya.

Status-nya Tamaki itu rendah, jadi kami pikir takkan bisa memanfaatkannya kecuali melakukannya seperti ini. Atau malahan, bisa dibilang inilah peran utamanya.

Biarpun begitu....

Dinilai dari sikapnya, dia tidak mempertimbangkan apa pun.

Pembangkangannya yang seperti ini menyebalkan. Aku tadi mati, jadi aku memperoleh slot baru.

Kurasa tidak ada ruginya untuk menjadikannya budak yang sebenarnya sebelum kita sampai ke lantai terakhir.

Ya, ayo lakukan. Meskipun itu membuat rugi sedikit.

            "Tamaki."

            "Apa?"

            "Bisakah kau mati?"

            ".... Eh?"

Leadred yang berdiri di belakangnya, menusuk payudara kirinya Tamaki dengan pedang perangnya.

            ".... H—... ah...?"

            "Devil Flame."

Leadred membakar wajah Tamaki dengan apinya untuk memastikan kematiannya.

            "Leadred. Jangan membunuhnya secepat itu. Kau harus sengaja menghindari titik vitalnya."

            "Oh, baiklah."

Tangan Tamaki kejang-kejang.

Aku tahu apa yang dirasakannya.

Panas, sakit, menderita.

Ketiga itu pasti menguasai pikirannya. Setelah beberapa saat, sarafnya akan berhenti bekerja dengan benar dan rasa sakitnya akan berkurang, tapi itu hanya akan membuatnya semakin takut akan kematian.

Kalau soal sekarat, aku ini veterannya.

Aku tahu sebagian besar hal-hal yang akan orang rasakan dan pikirkan saat mereka mati.

            "Dia sudah tidak bernapas lagi.... Anda mesti cepat-cepat menjadikannya budak. Lebih baik dilakukan saat mayatnya masih segar."

            "Ya."

Ekpresinya sudah disimpangkan oleh rasa sakit. Matanya terbakar dan ingus kotornya membasahi wajahnya.

Aku sedikit merasa mendingan melihat dia seperti itu.

Membaringkan Tamaki di lantai, aku mengangkat tangannya dan mulai menjadikannya budak.

            "Aku akan memberikanmu kehidupan baru, kehidupan kedua. Buatlah perjanjian denganku, dan jadilah pelayanku. Binding Resurrection!"

Tubuh Tamaki mulai memulihkan sendiri.

Luka di dadanya pun tertutup, kegosongannya lenyap, dan bagian-bagian pada wajahnya pun kembali seperti semula.

Dengan begitu, Tamaki pun sudah selesai dijadikan budak. Setelah beberapa saat, dia pun terbangun. Aku takkan pernah bosan dengan reaksi mereka setelah terbangun kembali.

Tamaki takkan bisa melarikan diri lagi.

            ".... Daichi."

Shuri yang mulai bosan pun menepuk pangkuannya saat aku memeriksa Tamaki.

Kurasa tidak ada laki-laki yang bisa menolak ajakan itu.

            "Leadred. Kita istirahat sebentar. Aku akan melakukan perjalanan singkat ke alam mimpi, jadi tolong awasi Tamaki."

            "Kalau dia mencoba kabur?"

            "Membunuh dia tidak ada gunanya, jadi jaga saja dia agar tidak menyerang dengan Devilish Aura atau sesuatu. Kalau dia tidak mematuhimu, patahkan saja satu atau dua tulangnya."

            "Dimengerti. Sembuhkan diri Anda sepuasnya."

Leadred melambaikan tangannya. Dia sudah mulai mengawasi Tamaki.

.... Kurasa dia cuma tidak ingin melihat kami bercumbu, tapi itu mungkin cuma khayalanku saja.

            "Kalau begitu, akan kuterima tawaranmu, Shuri."

            "Aku tidak keberatan, lakukanlah selama yang kau inginkan. Aku suka saat melihatmu tertidur."

Karena Shuri berkata begitu, aku tak bisa menertawakannya sebagai lelucon.

Tapi aku penasaran, mengapa aku merasa sangat nyaman dimanjakan olehnya?

Sungguh, aku benar-benar tidak tahu yang mana dari kami yang majikan.

Merasa santai dan menikmati keempukan di atas kepalaku, aku pun jatuh tertidur dengan lelap.

***

Usai kami silih gantian tidur selama beberapa jam untuk memulihkan mana, kami pun mulai kembali menundukkan dungeon.

Leadred, Shuri, dan aku tengah membicarakan soal slime yang kami hadapi.

Tamaki sedang mengurus monster-monster sendirian. Ngomong-ngomong, aku menggunakan Absolute Command padanya, sehingga dia tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Usai dijadikan budak, Tamaki terus-terusan berteriak dan menghujaniku dengan makian.

Aku yang muak pun menghukumnya untuk berburu monster-monster sendirian. Aku bahkan menyuruh Shuri dan Leadred untuk melayangkan serangan pembunuh dengan sihir, sehingga level-nya tidak akan meningkat.

Bagaimanapun juga, Tamaki tetap akan mendapatkan beberapa exp jikalau aku membunuh monster-monster.

            "Tidakkah kau pikir level kita melonjak karena slime sebelumnya?"

            "Ya. Kalau dibandingkan dengan kalian berdua, pada pertarungan itu aku masih tidak berdaya meski...."

            "Aku juga terkejut. Ini kali kertiganya aku tidak bisa memotong sesuatu dengan pedangku. Tapi berkat itu, rasanya aku tahu siapa penjaga dungeon ini."

Leadred yang bangga pun tersenyum.

            "Beneran?!"

            "Ya. Monster itu menggunakan racun dan mempunyai tubuh yang lunak. Keduanya itu adalah tindakan yang sempurna terhadap seranganku. Hanya ada satu orang yang mampu melakukan itu.... hanya saja.... haah...."

Seketika itu juga, senyumannya langsung berubah jadi kesal.

            "Apa ada yang salah?"

            "Orang itu benar-benar menyebalkan. Kurasa aku tidak akan bisa menghindari pertarungan dengannya."

            "Eh, serius?"

Terus terang saja, kupikir dengan adanya Leadred, yang juga seorang iblis, kita bisa membujuknya. Aku lebih suka jikalau kita bisa menyelesaikannya dengan pembicaraan saja.

Namun naasnya, kelihatannya kita takkan bisa berbuat begitu.

            "Sungguh, dia takkan mendengarkan apa yang Anda katakan kecuali dia menganggap Anda memang layak untuk dilayaninya."

            "Begitu ya...."

            "Kalau begitu, tidak bisakah Daichi menggunakan kekuatannya untuk menjadikan dia budaknya?"

            "Pokoknya, kita harus membunuhnya terlebih dahulu. Dan yang paling terpenting, aku tak punya slot yang masih tersedia."

Biarpun aku bisa melepaskan Tamaki untuk menukarnya demi mendapatkan iblis yang kekuatannya jauh lebih kuat, punya banyak pion untuk dikendalikan akan lebih baik.

Aku mati dua kali saat bertarung melawan Leadred, jadi sayangnya, aku cukup yakin akan mati setidaknya sekali lagi. Sebut saja itu firasat.

            "Apalagi, kekuatannya sebanding denganku."

            "Uwah... siapa nama iblis itu?"

Mendengar pertanyaan Shuri, Leadred terhenti sejenak sebelum menjawabnya.

            "Fantra Angus. Saat itu, dia adalah seorang ahli siaasat dan dinyatakan sebagai iblis pengguna sihir tipe es terkuat."

⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 22 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh

4 komentar

May 30, 2018 at 7:58 PM delete

padahal dah baca eng nya kemaren :v tapi tetep aja seru baca hasil TL indo nya (karena sebagian ada beberapa yang gak ngerti sih klo eng),, Semangat min update-update novel nya

Reply
avatar