Wednesday, July 11, 2018

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 29 Bahasa Indonesia



Chapter 29 – Ia yang Dihidupkan Kembali dari Kematian ⑦


*** Sudut Pandang Katsuragi Daichi ***


            "Bagaimana.... Bagaimana bisa?! Bagaimana bisa kau hidup?!"

            "..... Diam kau, mayat palsu bangsat."

Kueratkan cengkramanku pada kepalanya, dan terdengar suara kusam dari patahnya tulang.

            "Aaaaah!!"

            "Sudah kubilang, diam."

Semasih memegangi wajahnya, kubantingkan dia ke lantai.

            "Gahah.....?!"

Fantra kesulitan bernapas saat dadanya menghatam tanah. Menyadari dia yang menempatkan jari tengah pada ibu jarinya, kelihatannya dia masih berniat melawan.

Jadi kuinjak saja jari-jarinya.

Fantra pun tak bisa berteriak dengan sewajarnya.

            "Kau tak membutuhkan jari-jarimu lagi, ‘kan?"

Berkata begitu, kupatahkan jari-jari di tangan kanannya satu per satu. Untuk tangan kirinya, kutarik dengan cukup jauh mereka ke belakang buku jarinya, hingga tulang-tulangnya bisa kelihatan menembus kulitnya.

            "Uaaaaah?!"

Aku bahkan tak bisa memahami apa yang ingin diucapkannya lagi. Kalau dia kira aku akan mengakhirinya, maka dia salah besar.

Saat kusadar, aku melihat betapa kacaunya Shuri, Tamaki yang roboh, dan Leadred yang terkekang.

Aku masih harus membalaskan bagian mereka juga.

Kuletakkan tanganku pada pertunya Fantra selagi dia berguling-guling, dilanda oleh rasa sakit.

            "Wind Cut."

Pisau angin mencabik tubuhnya dengan tanpa ampun.

            "He-Hentikan...."

Aku berhasil membuat dia mengemis akan nyawanya. Tentunya, aku tak berhenti.

Baru akan kubunuh usai kusiksa sepuas-puasnya hingga dia lebih memilih mati.

            "Earth Chains."

Rantai-rantai yang muncul dari tanah merenggut tangan dan kakinya Fantra, dan menarik jauhnya antar satu sama lain. Setelahnya, paku-paku pun muncul pada rantai tersebut.

Dan tentu saja, paku-paku tersebut menusuk dagingnya saat itu dieratkan.

            "—Aah?!"

            "Kau ini kebanyakan teriak. Jangan-jangan kau tidak membutuhkan mulutmu juga? Rasanya aku bisa melepaskan hidungmu juga selagi aku melakukannya?"

            "——?!"

            "Wind Slice."

Pisau angin kecil yang dipadatkan mengiris hidungnya, dan dengan tanpa suara memotong itu dari wajahnya.

            "——?!"

Dia menjerit tanpa suara.

Saat itu, Fantra nyaris tak bisa bernapas.

Mulutnya mulai berbusa saat dia mulai meronta-ronta. Matanya mulai mengosong, nampak seperti akan pingsan.

            "Water Ball."

Kuguyur tubuhnya dengan air, supaya dia takkan mendapatkan kenyamanan karena kehilangan kesadaran. Air merembes ke dalam luka-lukanya, Fantra mencoba meronta-ronta lagi.

Akan tetapi, dia tak mampu bergerak. Dia juga tak bisa melepaskan diri dari rasa sakit yang dirasakannya.

Yang bisa dia lakukan hanyalah menahannya.

            ".... Aku masih belum selesai, kau masih harus merasakan apa yang Shuri dan Leadred juga rasakan. Jadi selanjutnya mari kita akhiri saja, aku tak punya waktu untuk bermain-main denganmu lagi."

            ".........."

Fantra tak mampu mengatakan apa pun lagi.

Bercak-bercak darah menutupi kulitnya, pada wajahnya terpampang ekspresi seseorang yang tengah memandang kematiannya.

Aku yang yakin bahwa Fantra sudah tak mempunyai keinginan untuk hidup, memanggil orang yang paling pantas mendapatkan kehormatan, orang yang kini tengah mencoba berdiri dan menepuk debu-debu yang ada pada dirinya.

            "Tamaki!"

            "Ap-Apa? Oh, jadi ujung-ujungnya itu hanya sekedar akting saja, ya? Aku berbakat dalam hal itu!"

            "Ya, kau pasti bisa jadi seorang aktris."

Saat kuikuti ucapan riangnya dan bergurau balik dengan rasa syukur atas apa yang diperbuatnya, dia menatapku dengan ragu.

            ".... Apa kau ini beneran Katsuragi? Katsuragi yang aku tahu kagak bakalan tersenyum seperti itu."

            "Jangan buat aku menyakitimu, Tameng."

            "Yep, kau beneran Katsuragi."

Tamaki tertawa layaknya anak bandel yang behasil menjahili.

Hukuman apa yang mesti aku.... tidak, sekarang bukan waktunya untuk melakukan itu. Untuk saat ini, kita fokus saja pada orang ini.

Tapi pertama-tama ada sesuatu yang harus kulakukan.

            "Tamaki. Kau saja yang melakukan serangan penghabisannya."

Tamaki pun kelihatan bingung usai mendengarku yang berkata begitu.

            "Eh, kenapa? Kenapa bukan kau? Semua kristal-nya juga sudah digunakan, dia takkan bisa menghidupkan kembali dirinya lagi....?"

Seperti yang diucapkan Tamaki, kristal-kristal yang berkilauan di sekitar ruangan sudah kehilangan cahayanya.

            "Bodoh. Meski tanpa menggunakan mana krisltal-nya, dia selalu bisa menggunakan kekuatan miliknya sendiri. Bukan berarti aku mempercayainya saat dia berkata itu semua juga dari kristal-kristalnya."

            "Oh, benar juga."

Tamaki yang tersadar pun menepukkan tangannya.

            "Huh? Kalau ‘gitu, dia bakalan hidup kembali kalau kita membunuhnya...."

            "Kalau soal itu, tidak usah khawatir. Aku sudah membicarakannya dengan seseorang."

            "Membicarakannya? Sama siapa?"

            "Seseorang yang tercinta."

Bukan orang yang kucintai, tapi orang ini.

Tamaki yang bingung hanya memiringkan kepalanya, tapi aku hanya bisa berkata sebatas itu, setidaknya selama Fantra masih bisa mendengar kami.

            "Selain itu, kaulah pemeran utama hari ini. Kau memang hebat, Tamaki. Kau harus membunuhnya."

            "Ya sudahlah kalau kau ‘maksa, rasanya aku takkan menahan diri. Aku hanya harus melakukannya."

Tamaki mengangkat bahunya seolah-olah dia tak punya pilihan, tapi saat itu juga dia menyeringai.

            "Triple Guard."

Tamaki membuat lembaran-lembaran es di atas Fantra yang tengah berada diambang kematian.

            "Crush!!"

Mengulurkan tangannya hingga ke ujung jarinya, lalu mengayunkannya dalam sebuah lengkungan.

Tameng seputih salju pun menghancurkan eksistensinya.

⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 29 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh

1 komentar:

July 11, 2018 at 10:04 AM delete

mansap min...
bantai teruss...

Reply
avatar