Friday, July 13, 2018

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 30 Bahasa Indonesia


Chapter 30 – Sahabat dan Kekasih




Kami membicarakan mengenai apa yang sudah terjadi hingga saat aku hidup kembali, selagi menuju ke ruangan yang ada formasi sihir teleportasi-nya.

            "Meski begitu, tetap saja itu nyaris sekali. Di pertengahan kejadian aku tidak begitu sadar, jadinya aku tak melihat keseluruhannya."

Terbebas dari rantai yang mengekangnya, Leadred tengah sibuk menggunakan bola api kecil untuk menghangatkan dirinya dengan menggerakkan bola api kecil tersebut dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lainnya. Aku memberikan jubahku supaya dia tidak kedinginan.

            "Maaf.... Karena aku dikalahkan, jadinya aku tak tahu apa yang terjadi."

Shuri yang meminta maaf, memeluk leherku dengan tangannya dan bersandar pada punggungku. Bahkan semenjak sadar, dia sudah bertingkah manja dan terus melekat padaku.

Buat seorang lelaki sepertiku, tentu saja itu merupakan hal yang bagus.

Miliknya itu menyentuh punggungku.....

Mereka bertempur melawan kemampuanku untuk berpikir.

Aku berhasil menyelamatkan mereka berdua tanpa adanya masalah lain usai menangani Fantra.

Karena dadanya Shuri ditusuk, aku pun menggendongnya di punggungku. Sedangkan Leadred menahan diri, dan malah memilih untuk berjalan sendiri.

            "Tidak bisa mati karena terperangkap dalam es merupakan hal yang masuk akal. Tapi, Pahlawan, kau kembali dengan menggunakan Revenge of the Grudgebearer...."

            "Oh, ya. Aku menggunakan efek Deadly Poison."

            ""Deadly Poison?""

            "Ya! Efek status Deadly Poison."

Jawab Shuri dan Leadred secara serentak, suara mereka saling tumpang tindih. Orang yang menjawabnya bukan aku sih, tapi Tamaki.

            "Ingat saat aku mengeluarkan semua barang dari kantungnya Katsuragi saat dia tak bisa bergerak karena sihir tingkat kekaisaran? Salah satu dari barang-barang tersebut menarik perhatianku saat sedang mencari-carinya—aku melihat daun yanu."

Melihat sahabatnya yang masih kelihatan bingung, Tamaki pun melanjutkan.

            "Kau akan mendapatkan efek status Deadly Poison kalau mengkonsumsi daun yanu secara berlebihan. Artinya, apa pun yang terjadi kau akan kehilangan seratus stamina setiap menit-nya. Terlebih lagi, kalau kau kehabisan stamina selama efeknya berlangsung, kau akan mati. Dengan kata lain, terperangkapnya dia dalam es pun bukan masalah."

            "Begitu, ya. Tapi kapan dia memakannya? Aku tidak melihat dia memakan apa pun?"

            "Itulah gunanya berciuman dengannya."

Tamaki berlagak seolah-olah dia tak memikirkan apa pun dan mengabaikan masalah itu.

            "Aku menempatkan daun yanu di mulutku. Dengan begitu, aku bisa memberikan itu padanya dengan berpura-pura berciuman. Jadi—"

Tamaki menepuk kepala sahabatnya dengan pelan.

            ".... Katsuragi tidak membuangmu, Shuri. Kau tidak perlu meneruskan tindakanmu lagi, oke?"
Kasih sayang dalam suaranya itu cukup untuk membuat Shuri menangis.

Tak menyangka akan dilihat, Shuri pun mendongak ke arahnya dan berkedip karena terkejut.

            "Ka-Kau mengetahuinya?"

            "Tentu sajalah. Kau ini ‘kan sahabat terbaikku."

            "Yang barusan kau ucapkan itu..... beneran, ‘kan?"

            "Ya."

            "..... Ta-Tapi, tetap saja....."

            "Aduh, ayolah! Kalau kau mau terus seperti itu, maka teruskan saja seperti biasanya! Jadi, silahkan saja saling rayu satu sama lain! Pengganggu seperti kami akan meninggalkan kalian berdua!"

Tamaki menepuk punggungnya untuk menyemangatinya.

            "Riajuu mah meledak saja sana! Leadred, ayo kita pergi!"

Tamaki mengambil tangan Leadred dan berlari ke depan menuju ruangan teleportasi.

Kami ditinggal berdua.

Dan kami pun saling menatap satu sama lain.

Tak ada orang di sekitar kami.

Apa yang Tamaki ingin katakan, apa yang diharapkannya untuk gadis yang ada di hadapanku ini.... aku mengetahuinya.

            "Katsuragi.... apa kau mencintaiku?"

            "Tentu saja, Shuri. Aku mencitaimu. Lebih dari siapa pun."

Dengan begitu, aku—

......

Usai bergabung kembali dengan yang lainnya bebera menit kemudian, kami pun berada di formasi sihir teleportasi. Itu sudah bersinar, dan hanya tinggal menunggu kata terakhir.

            "Kalau dipikir-pikir, kita tidak berhasil membuat iblis lainnya bergabung, ‘kan?

Shuri yang kini sudah jauh lebih bersemangat ketimbang sebelumnya, membicarakan soal tujuan awal kita datang ke dungeon ini seolah-olah baru saja mengingatnya.

            "Kita tak bisa berbuat apa-apa soal itu. Bagaimanapun juga, orang itu bukanlah orang yang cocok buat kita. Yang terpenting, aku berhasil mendapatkan beberapa informasi bagus, jadi aku tak keberatan."

            "Informasi seperti apa? Apa soal dungeon lain yang harus didatangi?"

            "Ya, semacam itulah. Soal dua orang yang akan kita bawa untuk bergabung bersama kita."

            "Heeeh, apa mereka iblis juga?"

            "Akan kubiarkan kau mengetahuinya saat kita bertemu mereka. Kalian semua, sudah siap pergi?"

Leadred mengangkat bahunya, Shuri menggenggam tanganku, dan Tamaki memperhatikan Shuri dengan tatapan lembut.

Semuanya menunjukkan kesiapan mereka dengan caranya tersendiri.

            "Tiga, dua, satu—"

            """"Teleport""""

Kami mengaktifkan formasi sihir.

Kali ini, cahaya sekuning bunga matahari bergetar ke atas dari tanah, memenuhi semuanya, dan meneteleportasi kami ke permukaan.

Akhirnya, kami pun kembali dari Trance Labyrinth.

⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 30 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh

2 komentar