Saturday, July 21, 2018

The Forsaken Hero - Volume 01 - Tambahan Bahasa Indonesia



Tambahan – Menuju Kota Berikutnya


Kami berhasil keluar dari Trance Labyrinth dengan selamat. Yah, meski rasanya agak sedikit berlebihan untuk mengatakan berhasil keluar dengan selamat.

Tapi yang jelas, kami masih hidup. Itu sudah cukup bagus.

            "Jadi begini rasanya usai menaklukan dungeon....."

Usai menaklukan dungeon pertamanya, Tamaki melihat ke sekitar seakan merasa sangat tersentuh.

Aku bisa sedikit memahami perasaannya.

Usai terselebung di area-area tertutup, mencium darah, dan memperjuangkan hidupmu begitu lama, dunia luar adalah pemandangan yang menakjubkan untuk dilihat.

Langit biru memang indah. Bahkan udara saja terasa segar.

Semuanya terasa lebih hidup.

            "Terima kasih, dan kerja bagus, Daichi. Kau juga, Leadred, Yui."

            "Kupikir aku benar-benar bakalan mati kali ini. Yah, meski aku sudah mati sekali."

            "Harusnya aku yang berkata begitu.... Yah, tapi berkat kalian semua, kita berhasil menanganinya."

Emangnya dia tidak bisa menguncapkan terima kasih dengan sedikit lebih patuh, ya?

Yah, mungkin seperti itulah cara dia menunjukkan rasa terima kasihnya. Meski kalau dia yang dulu mungkin takkan berkata begitu.

            "Yang lebih penting, Tamaki. Yang lainnya juga pasti ada yang pergi ke dungeon sepertimu secara berkelompok, ‘kan? Beritahu aku kemana mereka pergi."

            "Palingan aku hanya tahu orang-orangnya saja? Samejima, Nanamin, dan Kijima membuat satu kelompok. Mikima, Suzuki, dan Tokubara membuat satu kelompok lainnya. Lalu ada kelompok kami. Akan tetapi, aku tak tahu dungeon mana yang dituju Samejima."

            "Huh? Kenapa kau tidak mengetahuinya?"

            "Mereka langsung pergi dan tak mengatakan apa-apa. Kami sibuk mengurus barang-barang kami sendiri, jadi kami tak punya waktu untuk mencemaskan mereka."

            "Cih, kagak ‘guna."

            "Iya, iya, maaf, salahku."

Menjulurkan lidahnya, Tamaki terlihat seperti tak merasa bersalah sama sekali. Mari pastikan supaya dia merasakan rasa sakit di dungeon berikutnya.

Itu akan menjadi suatu kehormatan bagi seseorang yang mencoba jadi tameng.

            "Daichi. Apa prajurit yang kau jadikan budak di istana juga tak mengetahui soal kelompok-kelompok lainnya?"

            "Itu adalah sesuatu yang bersifat rahasia. Hanya diberitahukan pada kelompok yang ditugaskan."

            "Terus apa yang harus kita lakukan? Pergi ke tempat paling dekat lagi?"

Leadred meregangkan badannya, menikmati sinar matahari pada tubuhnya.

Kelihatannya, sarannya menjadi satu-satunya pilihan kami.

Apakah itu tempat yang dituju Samejima atau bukan, akan tergantung pada takdir.

Tapi aku pasti akan membunuhnya. Aku akan menemukannya, dan akan kuakhiri hidupnya dengan tanganku sendiri.

            "..... Ya. Tapi mari kita pergi ke kota terdekat dahulu. Kita tak bisa kembali ke Wrystonia lagi."

            "Eh, terus bagaimana dengan barang-barang yang kutinggalkan di sana?"

            "Buang saja di sana. Karena sekarang, kau sudah jadi budakku untuk seumur hidup. Kau tak memerlukan lagi barang-barangmu itu, kita takkan kembali ke dunia kita."

            "Kejamnya! Shuri, Katsuragi kejam!"

            "Yui, perkataan Daichi itu mutlak, oke?"

            "Kalian berdua ini iblis?!"

Tamaki takkan kalah dengan siapa pun kalau soal berisik, tapi saat itu dia merasa senang.

Dia masih hidup dan tersenyum dengan rekan-rekan yang disayanginya.

Aku mulai memahami kurangnya pengalamanku lewat dungeon ini.

Aku harus jadi lebih semakin kuat lagi di dungeon berikutnya, sehingga takkan jatuh ke dalam keadaan genting seperti itu lagi.

Membulatkan tekadku, kukepalkan tanganku di depan dadaku.

Saat melakukannya, aku merasakan kelembutan yang menyelimuti tanganku.

            "Ayo, Daichi."

Berkata begitu, Shuri menarik tanganku.

Leadred pun menyebarkan peta saat kami sudah bersiap pergi, dan Tamaki yang melihatnya berkata ini dan itu.

Mereka menunjukkan kesiapan mereka secara berbeda-beda, tapi mereka bersemangat dengan caranya tersendiri.

Melihat sesuatu yang sebelumnya tak pernah terpikirkan akan kulihat, senyuman pun menjalar di wajahku.

            "Ya. Kita akan pergi ke kota pandai besi, Russell!"

Melihat senyuman di wajahku, Shuri mengeratkan genggamannya pada tanganku saat kami mengambil langkah pertama menuju kota baru.


⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

The Forsaken Hero - Volume 01 - Tambahan Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh

1 komentar: