Sunday, August 5, 2018

Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 54 Bahasa Indonesia


Arc 2.5 (Selingan) 


Chapter 54 – Iblis ②



Kepulan debu dan api berputar saat gelombang kejut berhembus di sekitarnya.
Terdapat ledakan yang menggelegar saat tanah berguncang. Gelombang dan udara yang teramat panas membuat semua orang menutupi wajah mereka.
Wynn membaringkan tubuhnya di tanah supaya tak terhempaskan oleh ledakan.

Kuatnya, Eliza terkagum selagi dia menutupi wajah menggunakan lengan jubahnya.

Debu yang bertebaran di udara membuat dia tak bisa membuka mata sepenuhnya, dan dia berusaha menemukan Leti.
Berusaha menghiraukan rasa perih di matanya, dia pun akhirnya melihat Leti.
Leti berjongkok untuk menahan gelombang kejut yang mendekat.
Tiap kali mengaktifkan mantra, sang pengguna akan dikerumuni oleh sisa-sisa mana, yang berguna sebagai pelindung untuk melindungi mereka.
Semakin kuat mantra-nya, makan semakin banyak pula sisa-sisa mana-nya, jadi pelindung Leti harusnya sudah menghalau sebagian besar gelombang kejut tersebut.
"Fireball", adalah salah satu mantra serangan yang paling dasar, tapi salah satu yang Eliza lepaskan tak bisa dibandingkan dengan milik Leti.
Sekalipun menggunakan mantra yang jauh melebihi kemampuannya Eliza, Leti tak kelihatan lelah sama sekali.

Kalau begini, bahkan iblis pun akan....

            "Awoooooooooo!"

Pikiran Eliza disela oleh lolongan mirip serigala.
Di saat yang bersamaan, cahaya merah marun menembus kobaran api tersebut.
Api buyar saat asap melambung dari tempat terakhir serigala terlihat.

            "Ti... Tidak mungkin...."
Ucap Eliza dengan mata terbelalak.
            "Mustahil!"
Teriak Louis yang tak percaya.

            "Wow, mengejutkan. Kagak disangka-sangka seorang penyihir yang kuat bakalan ada di sini."

Veldaroth memotong apinya, tapi asap masih melambung dari tubuhnya.
Tangan kanannya membesar beberapa ukuran, cahaya merah marun pun berdenyut di sepanjang tangannya.

            "Ada banyak mana, tapi aku kagak tahu kenapa dia malah menggunakan api biasa. Kayaknya dia masih amatiran, ya?"

Eliza menggertakkan giginya saat dia mendengar iblis itu tak terluka.
Bola api yang dilepaskan Leti adalah mantra yang sama dengan milik Eliza.
Dia membayangkan mantra-nya persis dengan yang Eliza lakukan, jadi Leti tak mengalirkan mana-nya dengan tepat ke dalam mantra-nya.
Sesuai dengan yang Veldaroth ucapkan tadi, Eliza masih jauh dari penyihir kelas satu. Untuk seorang petualang.... dia memang terampil. Tapi kalau dibandingkan dengan para kesatria kekaisaran dan para penyihir istana, dia tak lebih dari seorang pemula.

Ini terlihat jelas dari mantra bola api yang dilepaskannya.
Untuk setiap 10 unit mana yang digunakannya untuk membuat bola api, paling banyak, hanya dua api lah yang akan mempunyai efek sihir.
Dari delapan unit sisanya, dua unit-nya lagi akan dihabiskan untuk merapal mantra, dan kelima unit sisanya digunakan untuk membuat api biasa, yang tak mempunyai efek sihir.
Sisa unit terakhir, akan menjadi pelindung dari sisa-sisa mana yang digunakan.
Kemampuan penyihir sangat tergantung pada pemahaman mereka sendiri, yang diperluas dengan memperoleh pengetahuan dan grimoire-grimoire misterius, serta pengalaman yang diperoleh dari berbagai percobaan dan kesalahan.
Iblis berbeda dengan kebanyakan makhluk hidup dan monster-monster yang bisa terluka oleh api biasa. Veldaroth hanya bisa dilukai oleh sepersepuluh dari keseluruhan jumlah daya sihir yang digunakan untuk mantra—duapersepuluhnya mempunyai efek sihir.

            "Kurang.... kalau saja aku menggunakan lebih banyak mana lagi...."
Gumam Eliza yang menyesal.

Karena Leti hanya menirukan "Fireball" Eliza, termasuk komposisi sihirnya yang kurang baik, mantra-nya pun sangat jauh dari potensi penuhnya.

            "Kau kayaknya lebih menarik ketimbang yang lainnya."

Veldaroth mengalihkan tatapan haus darahnya ke Leti.
Para petualang bisa merasakan tekanan yang kuat dan menyesakkan.
Wajah Leti menegang karena ketakutan saat perasaan haus darah ditujukkan padanya.
Dia tak bisa mengeluarkan suara. Kaki, dan giginya gemetar.
Air mata mengucur dari matanya, dan menuruni pipi putih cantiknya.

            "Oi, tunjukkan lagi mantra itu padaku. Ayo main denganku."

            "Eek!"
Teriak Leti yang ketakutan.

            "Cih... cuman bocah bau kencur. Bahkan untuk bertarung saja takut. Ada apa? Aku ingin lihat mantra itu lagi. Atau cuman itu sjaa yang bisa kau lakukan? Kalau ‘emang begitu.... kau kubunuh saja, ya?"
Ancam Veldaroth sembari memperlihatkan giginya pada Leti, yang tegang dan pucat.

Menunjuk gadis itu dengan tangan kanannya, dia pun berkata, "Kalau aku kagak bisa main denganmu, mungkin aku bunuh saja kau. Kalau kubiarkan kau hidup, saat besar nanti kau bakalan jadi mainan yang sangat bahaya." Cahaya merah marun terkumpul pada ujung tangan kanannya Veldaroth, dan mulai membesar dengan cepat.

            "Leti!"

Tepat sebelum sihir Veldaroth mencerai-beraikan kepalanya Leti, Wynn berlari dengan cepat ke sebelah Leti dan menyambar lengannya.
Dia berlari sembari menyeretnya pergi.
Cahaya merah marun tak mengenai sasarannya dan menghantam tanah, melayangkan puing-puing ke udara.
Wynn memeluk Leti untuk melindunginya dari serpihan-serpihan yang terbang ke arah mereka.

            "Ugh...."
Leti mendengar rintihan Wynn di tengah-tengah badai puing-puing yang dahsyat.
Saat debu mereda, dia membuka matanya, dan melihat anak lelaki yang memeluknya erat-erat.

            "O-Onii... chan...?"
            "Kau tidak apa-apa, Leti? 
Tanya Wynn selagi darah mengucur dari dahi dan lengannya.

            "Onii-chan... darah.... berdarah...."
            "Ini hanya masalah sepele. Yang lebih penting, apa kau terluka, Leti?"
Sembari menangis, Leti menggelengkan kepalanya.
Dia mencoba untuk memeluknya, tapi Wynn dengan pelan mendorongnya.
Dia bangkit, dan menyiapkan pedangnya saat melakukan gerakan melindungi di hadapannya.

            "Beraninya kau,"
Ejek si iblis.

            "Onii-chan!
Seru Leti.

Meninggalkannya di belakang, Wynn berputar-putar di sekitar Veldaroth.
Dia melakukan gerakan zigzag dan terlihat mencoba menusuk badannya Veldaroth.
Tiba-tiba, dia membungkuk dan mengarahkan serangannya pada kakinya.
Akan tetapi, tepat sebelum pedangnya mengenainya, Veldaroth melompat ke udara.
Wynn pun ikut melompat untuk mengejarnya, dan memutar tubuhnya, bersiap untuk menebas si iblis di udara.

            "Huh?"
Tapi, Veldaroth berhasil meloloskan diri dari pandangannya.

            "Gerakan yang lumayan, tapi kau terlalu lambat!"
            "?!"

Saat Wynn mendarat, dia langsung mencoba berbalik.
Dia melihat Veldaroth menerjangnya.
Wynn mencoba untuk mempersiapkan diri dalam posisi bertahan, tapi Veldaroth mendorong kaki kanannya ke dalam solar plexus Wynn sebelum dia bisa melakukannya.
Dia pun terhempas dengan jalur melengkung di udara. Dia memantul sekali, dua kali, tiga kali.

            "Onii-chan!"
            "Wynn!"
Sekalipun Leti dan Paul berteriak, Wynn tidak bergerak.
Cahaya pucat memudar dari pedang yang terjatuh di sampingnya.

            "Ooh, dia pingsan. Yah, aku juga senang, jadi sampai di sini saja buat hari ini."

Veldaroth memelototi para petualang.
Dia mengangkat tiga jarinya dan berkata, "Tiga hari. Akan kuberi kalian waktu sebanyak itu. Seharusnya mana kalian bisa pulih hingga saat itu. Lalu, akan kubunuh kalian semua, mulai dari gadis itu, lalu si bocah Avian kurang ajar itu. Tuan Raja Iblis menyuruhku untuk membantai para Avian kapan pun aku menemukannya. Dan mana gadis itu juga terlalu berbahaya untuk dibiarkan hidup."

Veldaroth tersenyum bengis, mulutnya hampir terlihat seperti terpisah dari seberapa lebar dia memperlihatkan taring-taringnya.

            "Dan begitu aku membunuh kedua bocah sialan itu, kalianlah selanjutnya. Jangan pikir kau bisa lari dari iblis sepertiku, ya? Kalau kau ingin hidup, cepat persiapkanlah diri kalian. Bukannya itu menyenangkan?"

Tertawa keras, Veldaroth pun loncat dari tanah dengan mudahnya.
Dia pun langsung menghilang, dan tekanan yang kuat darinya pun juga hilang.
Tak ada satu para petualang yang bisa bergerak seinci pun.

***

            "Gawat, kita tidak bisa mengalahkan.... si iblis itu,"
Keluh Oort sembari membidai tangan kirinya yang patah.

            "Bahkan sihir Eliza atau Leti sekali pun tak bisa melukai monster itu,"
Gumam Paul selagi meratap.

            "Aku tak menyangka iblis sekuat itu,"
Gumam Louis sembari melihat api dengan tatapan kosong.
Dia sudah disingkirkan oleh serangan pertama Veldaroth, dan dia merasa begitu kesal dengan kenyataan tersebut ketimbang mengkhawatirkan peluang mereka untuk mengalahkan iblis itu.
Rasa frustasinya semakin membesar saat dia menyaksikan Wynn yang juga melawan iblis itu.
Anak lelaki itu tengah tertidur di pangkuannya Eliza.
Karena Leti kehabisan mana, luka yang disebabkan oleh batu-batu kerikil hanya bisa diobati dengan obat salep, lalu dibalut.
Dilihat dari noda merah pada perban yang membalut dahinya, lukanya pasti amat menyakitkan.
Leti menangis hingga tidur sembari berpegangan erat pada Wynn.
Para petualang tidak bisa kembali ke Simurgh, atau bahkan ke rumahnya Laura, karena kedua anak itu sudah dinyatakan akan dibunuh oleh Veldaroth sekembalinya lagi nanti.
Mereka tak punya pilihan selain menunggu dengan sabar hingga Leti terbangun, dan menerbangkan pulang mereka semua.
Para petualang juga kelelahan.

            "Kita tak bisa mengalahkan iblis itu. Kita harus meminta Orde Kesatria untuk membantu."

            "Apa Orde Kesatira akan bertindak?"
Tanya Eliza.
Para iblis tak muncul secara semabarangan di garis depan sesukanya.
Alasan sebenarnya tak diketahui, tapi para ilmuan berpendapat bahwa itu disebabkan karena jumlah mereka yang rendah.
Para iblis menghindari penyebaran kekuatan mereka karena takut dihancurkan oleh para dewa, roh, atau naga jikalau mereka melakukannya.
Karena itulah, sekalipun ada perbedaan yang sangat besar dalam kekuatan individu, manusia mampu membangun dan mempertahankan garis pertahanan.
Pasukan utama Raja Iblis benar-benar monster. Ini adalah pengetahuan yang diperoleh manusia selama beberapa dekade berperang.

            "Tapi kita tak punya pilihan lain. Mereka mungkin takkan mendengarkan kita, tapi mereka akan mendengarkan Guild Petualang."
            "Pokoknya, kita harus menunggu si kecil Leti bangun,"
Kata Louis, yang mengakhiri diksusi, dan mereka pun terdiam.
Hanya suara derakkan api lah yang bisa terdengar. Mereka mengawasi dengan tenang selagi percikan api perlahan-lahan melayang ke langit.

⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 54 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh

1 komentar: